Kamis, 30 Juli 2009
Legenda Pendekar Islam Negeri Cina
Lebih layak kalau perjalanan armadanya adalah untuk riset, menagih upeti dari Majapahit dan mengamankan Sriwijaya dari serangan bajak laut yang juga orang-orang Cina. Kota Palembang sekarang yang banyak dihuni orang-orang berwajah Cina tapi beragama Islam mungkin bisa dijadikan kunci untuk menelisik lebih jauh tentang peran Cina muslim dalam islamisasi di Indonesia. Juga tentang keberadaan preman-preman Palembang yang kondang mungkin bisa dihubungkan dengan adanya perkampungan yang dihuni para bajak laut di masa lalu. Bagaimana dengan mpek-mpek? di daerah Cina selatan dikabarkan ada makanan sejenis itu yang mungkin merupakan cikal bakal mpek mpek Palembang.
Siapakah Cheng Ho sebenarnya?
Kisah pelayaran Cheng Ho tidak hanya menorehkan jejak sejarah yang mengagumkan di setiap negara yang dilaluinya (laporan khusus Time di bawah tajuk The Asian Voyage: In the Wake of the Admiral, ed. August 20-27, 2001) tetapi juga telah mengilhami ratusan karya ilmiah baik fiksi maupun non-fiksi serta penemuan berbagai teknologi kelautan-perkapalan di Eropa khususnya pasca penjelajahan sang maestro.
Legenda Sinbad Sang Pelaut yang begitu populer di Timur Tengah juga terinspirasi oleh kisah legendaris Cheng Ho. Di Indonesia, terutama Jawa, juga terdapat jejak historis yang tak terbantahkan sebagai pengaruh misi muhibah Cheng Ho. Selain itu, juga cukup banyak berbagai karya sastra yang bertutur tentang Cheng Ho/Sam Poo Kong seperti yang ditulis Remy Silado (saya sendiri belum membaca, disarikan dari resensi seorang teman).
Cerita lisan Dampu Awang yang begitu kuat di masyarakat pesisir utara Jawa juga disinyalir merupakan pengaruh dari legenda itu. Jadi siapakah Cheng Ho sehingga pengaruhnya begitu besar?
Cheng Ho sebetulnya adalah nama yang diberikan oleh Cheng Tzu atau Chu Teh yang lebih populer dengan sebutan Yung Lo, kaisar ke-3 Dinasti Ming yang berkuasa dari tahun 1403 sampai 1424. Nama asalnya adalah Ma Ho, lahir 1370 M dari keluarga miskin etnis Hui di Yunan. Hui adalah komunitas muslim Tionghoa campuran Mongol -Turki. Karena jasanya dalam turut mengkudeta Kien Wen, akhirnya Ma Ho diberi jabatan penting oleh Kaisar Yung Lo sebagai pemegang komando atas ribuan abdi dalem di Dinas Rumah Tangga Istana yang melayani kaisar sebagai polisi rahasia (Seagrave, 1999).
Ini merupakan jabatan sangat berpengaruh, sebagai bukti kepercayaan sang kaisar pada Cheng Ho, ia diberi mandat untuk memimpin ekspedisi laut sebagai Commander in Chief lewat sebuah dekrit kerajaan (Imperial Decree). Sementara wakil dan sekretaris masing-masing dipegang oleh Laksamana Muda Heo Shien (Husain) dan Ma Huan serta Fei Shin (Faisal) sebagai juru bahasa Arab, selain Ma Huan yang memang mahir berbahasa Arab juga Hassan, seorang imam di bekas ibukota Sin An (Changan). Dalam menjalankan politik diplomasi laut ini, Kaisar Yung Lo mengeluarkan armada berjumlah 62 kapal besar dengan 225 junk (kapal berukuran lebih kecil) dan 27.550 orang perwira dan prajurit termasuk di dalamnya ahli astronomi, politikus, pembuat peta, ahli bahasa, ahli geografi, para tabib, juru tulis dan intelektual agama. Kisah itu kemudian ditulis antara lain di Ming Shi (Sejarah Dinasti Ming).
Sejak 1405, awal mula Cheng Ho mengadakan pelayaran sampai wafatnya, 1433 ia telah mengadakan pelayaran selama 7 kali dan mengunjungi lebih dari 37 negara: dari berbagai pelabuhan di Nusantara dan Samudra Hindia sampai ke Sri Langka, Quilon (Selandia Baru), Kocin, Kalikut, Ormuz, Jeddah, Magadisco dan Malindi. Dari Campa hingga India, dan dari sepanjang Teluk Persia dan Laut Merah hingga pesisir Kenya.
Dilihat dari kuantitas dan waktu, ekspedisi Cheng Ho jauh melampaui para pengembara mana pun di Eropa: Chistopher Columbus, Vasco da Gama, Ferdinand Magellan, Francis Dranke dan lain-lain. Karena prestasinya yang luar biasa menjadikan Cheng Ho semakin dimitoskan dan diberi julukan kaisar sebagai Ma San Bao ("Ma" si Tiga Permata). Julukan sebagai ungkapan rasa sayang dalam adat Tionghoa. Setelah Cheng Ho meninggal dunia karena sakit pada tahun 1435, di usia 65 tahun, ia dimakamkan di Niushou (Bukit Kepala Banteng), Nanjing, Cina Daratan.
Dalam komunitas Tionghoa dewasa ini, terlepas dia seorang muslim atau tidak, tokoh Cheng Ho menjadi semacam tokoh mitologi yang diagungkan. Ia tidak hanya dipuja dan dikagumi sebagai seorang Bahariwan Agung tetapi juga disembah sebagai dewa di berbagai kelenteng dengan sebutan Sam Poo Kong terutama oleh penganut agama leluhur Tionghoa. Di kemudian hari,sang maestro ini dikenal dengan berbagai sebutan: Sam Poo Tay Djin, Sam Poo Tay Kam, Sam Poo Toa Lang dan lain-lain.
Ini adalah sebuah anakronisme historis. Sebab Cheng Ho yang manusia biasa dan muslim itu kemudian diberhalakan sebagai dewa yang disembah di kelenteng. Lebih menyedihkan lagi, sejarah Cheng Ho selalu ditulis secara hagiografis yaitu berlebih-lebihan yang cenderung melampaui manusia lumrah bukan menggunakan pendekatan sejarah kritis. Akibatnya, sosok Cheng Ho tampil sebagai manusia yang nyaris sempurna yang hanya pantas ada di alam mitos. Padahal Cheng Ho adalah seorang Muslim Tionghoa lumrah sebagaimana lainnya yang tentu memiliki berbagai keterbatasan. Jasa terbesar dia barangkali adalah telah menjalin persahabatan antara Tiongkok dengan negara atau kerajaan lain di dunia ini yang diperkukuh dengan pertukaran kebudayaan yang masih tampak hingga dewasa ini, termasuk di Jawa.
Sino-Javanese Muslim Cultures
Memang telah terjadi apa yang disebut "Sino-Javanese Muslim Cultures" yang membentang dari Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Demak, Jepara, Lasem sampai Gresik dan Surabaya sebagai akibat dari perjumpaan Cheng Ho dan Tionghoa Islam lain dengan Jawa. Bentuk Sino-Javanese Muslim Cultures itu tidak hanya tampak dalam berbagai bangunan peribadatan Islam misalnya masjid, yang menunjukkan adanya unsur Jawa, Islam, Tionghoa tetapi juga berbagai seni/sastra, batik, ukir dan unsur kebudayaan lain. Sayang, fenomena Sino-Javanese Muslim Cultures itu tidak terpelihara dengan baik bahkan oleh masyarakat Tionghoa muslim sendiri.
Banyak dari mereka yang tidak mengerti mengenai asal-usul/genealogi mereka. Para sejarawan Tanah Air juga sangat langka yang merawat atau memelihara kesejarahan akulturasi Tionghoa, Islam, Jawa ini. Mereka umumnya terkena penyakit intellectual laziesness atau kemalasan intelektual untuk melakukan penggalian sejarah yang memang minim dokumentasi tertulis ini.
Perpustakaan Nasional juga tidak menyimpan dokumen-dokumen berharga kaitannya dengan kesejarahan Jawa terutama Jawa prakolonial sebuah kurun di mana perjumpaan Tionghoa, Islam, Jawa mengalami intensitas tinggi. Oleh karena itu sangatlah wajar apabila setiap kali diadakan pembicaraan mengenai asal-usul Islam di Jawa, para sejarawan selalu mengulang-ulang teori klasik, sekaligus klise, yakni bahwa Islam yang tersebar di Jawa ini melalui para pedagang dari India Belakang (Gujarat) dan Timur Tengah terutama Persia. Padahal jika kita mau jujur, bangsa Tionghoa-lah sebetulnya yang memiliki peran cukup signifikan dalam proses Islamisasi di Jawa khususnya.
Argumentasi ini tidak hanya didasarkan pada laporan sejarah yang dilakukan Ma Huan (seorang muslim Tionghoa yang juga sekretaris Cheng Ho) yang pada abad ke-15 mengunjungi pesisir Jawa tetapi juga oleh beberapa pengembara asing lain seperti de Baros (Portugis), Ibnu Battuta (Maghrib), dan Loedwicks (Belanda). Teks-teks babad lokal juga menceritakan adanya orang-orang Tionghoa muslim yang mempunyai pengaruh kuat dalam proses penyebaran Islam di Jawa.
Fakta yang tak terbantahkan tentu saja adalah apa yang saya sebut Sino-Javanese Muslim Cultures tadi. Ukiran padas di masjid kuno Mantingan, Jepara , menara masjid di pecinan Banten (Jawa Barat), konstruksi pintu makam Sunan Giri di Gresik (Jawa Timur), arsitektur Keraton dan Taman Sunyaragi di Cirebon (Jawa Barat), konstruksi Masjid Demak (Jawa Tengah) terutama soko tatal penyangga masjid beserta lambang kura-kuranya, konstruksi Masjid Sekayu di Semarang dan sebagainya semuanya menunjukkan adanya keterpengaruhan budaya Tionghoa yang sangat kuat.
Peninggalan sejarah yang tak terelakkan dari masyarakat Tionghoa muslim adalah dua masjid kuno yang berdiri megah di Jakarta, yakni Masjid Kali Angke yang dihubungkan dengan Gouw Tjay dan Masjid Kebun Jeruk yang didirikan oleh Tamien Dosol Seeng dan Nyonya Cai. Bukti-bukti kesejarahan ini belum termasuk kelenteng kontroversial yang diduga kuat oleh beberapa sejarawan sebagai bekas masjid yang dibangun masyarakat Tionghoa muslim pada abad ke-15/16. Kelenteng-kelenteng dimaksud adalah Kelenteng Ancol (Jakarta), Kelenteng Talang (Cirebon), Klenteng Gedung Batu (Simongan, Semarang), Kelenteng Sampokong (Tuban) dan Kelenteng Mbah Ratu (Surabaya). Inilah sekelumit dari fakta Sino-Javanese Muslim Cultures di atas.
Fakta Sino-Javanese Muslim Cultures di atas sekaligus menunjukkan bahwa komunitas Tionghoa di negeri ini pernah hidup berdampingan secara damai dengan etnis lain, Jawa, Betawi. Mereka tidak hanya saling tukar-menukar kebudayaan tetapi lebih dari itu juga mengadakan perkawinan silang dengan perempuan setempat karena kita tahu para pengembara Tionghoa pada waktu itu semuanya laki-laki. Kata nyonya yang begitu melekat dalam masyarakat kita pada awalnya berasal dari akar kata Hokian "nio" atau "niowa" yang berarti perempuan lokal yang dinikahi laki-laki Tionghoa.
Dari sinilah maka tidak mengherankan apabila banyak masyarakat Indonesia yang sebetulnya masih memiliki darah Tionghoa. Hal ini misalnya ditunjukkan dengan adanya tembong biru pada pantat atau bagian bawah lain dari bayi yang baru lahir. Tembong biru itu mengisyaratkan bahwa si bayi mempunyai darah Mongoloid atau darah Tionghoa (Mongoolse Vlek).
Fakta harmoni Tionghoa-Jawa ini kemudian dirusak oleh Belanda dengan menerapkan politik segregasi berupa passenstelsel, keharusan bagi setiap orang Tionghoa untuk mempunyai surat jalan khusus apabila hendak bepergian ke luar distrik tempat mereka tinggal, dan wijkenstelsel, pelarangan bagi Tionghoa untuk tinggal di tengah kota dan mengharuskan mereka membangun satu ghetto yang kemudian dikenal dengan Pecinan sebagai tempat tinggal. Sejak itu Tionghoa menjadi terisolasi dari publik ramai, dan menjadi eksklusif. Fakta ini diperparah dengan adanya penulisan sejarah Jawa yang Nerlando-centris sehingga semakin mengucilkan peran dan eksistensi masyarakat Tionghoa terlebih Tionghoa muslim di Indonesia. Hal inilah yang sepatutnya kita luruskan bersama.(myn) SuaraMedia.Com
Psikolog Islam Legendaris
Lewat kitab Firdous al-Hikmah yang di tulisnya pada abad ke-9 M, dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang mengalami gangguan jiwa. Al-Tabari menekankan kuatnya hu bungan antara psikologi dengan kedokteran. Ia berpendapat, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi.
Al-Tabari menjelaskan, pasien kerap kali mengalami sakit karena imajinasi atau keyakinan yang sesat. Un tuk mengobatinya, kata al-Tabari, dapat dilakukan me lalui ‘’konseling bijak’‘. Terapi ini bisa dilakukan oleh seorang dokter yang cerdas dan punya hu mor yang tinggi. Caranya de ngan membangkitkan kembali ke percayaan diri pasiennya. Pemi kir annya di abad ke-9 M ternyata masih relevan hingga sekarang.
Psikolog kenamaan itu terlahir pa da 838 M. Ia merupakan keturunan Yahudi Persia yang menganut Zoroas ter. Menurut SN Nasr, dalam karyanya bertajuk Life Sciences, Alchemy and Medi cine al-Tabari semasa hidupnya telah ber pin dah keyakinan menjadi seorang Muslim. Awalnya, dia berasal dari keluarga Yahudi dari Merv di Tabaristan. Karena itu nama belakangnya di tambahkan al-Tabari sesuai dengan nama daerah asalnya. Ia lalu memutuskan hijrah ke dunia Is lam pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mu’tasim (833-842) berkuasa.
Al-Tabari lalu mengabdi di istana khalifah Dinasti Abbasi yah hingga kepemimpinan al-Mutawakkil (847-861). Al-Tabari berasal dari keluarga ilmuwan. Ayahnya, Sahl Ibnu Bishr merupakan seorang ahli pengobatan, astrolog dan ahli matematika yang terkenal. Dia tergolong keluarga bangsawan dan banyak orang-orang di sekitarnya memanggilnya Raban yang artinya ‘pemimpin kami’.
Sang ayah adalah guru pertama bagi al-Tabari. Dari ayahnya, ia mempelajari ilmu pengobat an dan ka ligrafi. Sebagai seorang pemuda berotak encer, Ali juga sangat mahir berbahasa Suriah dan Yunani. Nama besarnya dicacat dan diabadikan dalam dalam karya muridnya Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi alias Rhazes, fisikawan agung.
Al-Tabari dinilai muridnya sebagai seorang guru yang berdedikasi tinggi. Tak heran, jika murid-muridnya juga meraih ke suksesan seperti dirinya, salah satunya al-Razi. Ia mengajari al-Razi ilmu pengobatan saat menetap di wilayah Rai. Lalu dia hijrah ke Samarra dan menjadi sek reta ris nya Mazyar ibnu Marin. Meski begitu, ia kalah pamor dibanding, muridnya al-Razi.
Kitab Firdous al-Hikmah atau (Paradise of Wisdom) merupakan adikarya sang psi kolog. “Ia menghasilkan karya pertamanya dalam bidang pengobatan. Dia merupakan orang pertama yang mengusung ilmu kesehatan anak-anak dan bidang pertumbuhan anak,” ujar Amber Haque dalam bukunya berjudul Psychology from Islamic Perspec tive: Contributions of Early Muslim Scholars and Challenges to Contemporary Muslim Psychologists
Kitabnya yang monumental itu juga diterjemahkannya ke dalam bahasa Suriah. Al-Tabari memiliki dua kompilasi untuk karya nya yang dinamakan Deen-al-Doulat dan Hifdh al-Sehhat. Adikarya sang ilmuwan itu bisa ditemukan di perpustakaan Universitas Oxford, Inggris. Al-Tabari tutup usia pada tahun 870 M, namun namanya hingga kini tetap abadi.
Kitab Firdous al-Hikmah berisi tentang sistem pengobatan yang dibuat dalam tujuh bagian. Buku pertama itu dikategorikan se ba gai ensiklopedia kedokteran dan dibuat da lam tujuh volume dan 30 bagian, dengan total 360 bab.
Dalam kitabnya itu, al-Tabari membagi ilmu pengobatan dalam beberapa bagian, antara lain: ilmu kesehatan anak dan pertumbuhan anak serta psi ko logi dan psikoterapi. Di bagian peng obatan dan psikoterapi, al-Tabari me ne kankan kekuatan antara psikologi dan peng obatan, dan kebutuhan psikoterapi dan kon seling pada pelayanan pengobatan pasien.
Menurut Amber Haque, al-Tabari menuliskan dalam risalahnya, untuk mengobati pasien gangguan jiwa membutuhkan konseling dan dan psikoterapi. Ia melakukan pendekatan terhadap pasien dengan bantuan konseling, atau mencoba pasiennya meng ung kapkan isi hati serta perasaan yang meng gangu.
Ia juga mengajarkan agar para dokter, mem berikan perhatian, tidak hanya dalam bentuk pengobatan, namun juga dalam ben tuk berdialog. Inilah upaya yang diyakini Ali akan membantu suksesnya sebuah pengobatan.
Pemikirannya dalam bidang psikologi banyak mempengaruhi al-Razi. Melalui kitab yang ditulisnya yakni El-Mansuri dan Al-Hawi, al-Razi juga telah berhasil mengungkapkan definisi symptoms (gejala) dan perawatannya untuk menangani sakit men tal dan masalahmasalah yang berhubungan dengan kesehatan mental.
Al-Razi juga tercatat sebagai dokter atau psikolog pertama yang membuka ruang psi kiatri di sebuah rumah sakit di Kota Baghdad. Pemikir Muslim lainnya di masa ke emas an Islam yang turut menyumbangkan pe mikirannya untuk pengobatan penyakit ke jiwaan adalah Al-Farabi. Ilmuwan termasyhur ini secara khusus menulis risalah terkait psikologi sosial dan berhubungan dengan studi kesadaran.
Hingga kini, sebanyak lima karya al-Tabari masih tetap tersimpan di perpustakaan. Dr Mohammed Zubair Siddiqui telah membandingkan dan mengedit manuskrip karya al-Tabari. Dalam kata pengantarnya, Siddiqui mengaku sangat kagum dengan karya sang ilmuwan dari abad ke-9 M itu. Menurut dia, buah pikir al-Tabari sungguh sangat berguna.
Alquran di Mata Al-Tabari
Ali bin Rabban al-Tabari awalnya adalah penganut Zoroaster. Ia lalu memutuskan untuk masuk Islam, karena begitu kagum dengan Alquran. Sang psikolog terkemuka itu mengaku tidak pernah menemukan tulisan maupun bahasa yang lebih hebat dan sempurna dari Alquran.
Pengakuan al-Tabari terhadap kehebatan Alquran itu dikutip MSM Saifullah dalam karyanya bertajuk Topics Relating to The Qur’an: I’jaz, Grammarians & Jews. “Apa yang dikatakan Quran itu adalah benar. Kenyataannya adalah saya tidak menemukan satu bukupun, dalam bahasa Arab dan Persia serta dalam bahasa India atau Yunani yang sempurna seperti Alquran,’‘ tuturnya.
ADIKARYA KARYA SANG PSIKOLOG
1. Firdous al-Hikmah (“Paradise of Wisdom”)
2. Tuhfat al-Muluk (“The King’s Present”)
3. Hafzh al-Sihhah (“The Proper Care of Health”), mengikuti pengarang Yunani dan Indian.
4. Kitab al-Ruqa (“Book of Magic or Amulets”)
5. Kitab fi al-hijamah (“Treatise on Cupping”)
6. Kitab fi Tartib al-‘Ardhiyah (“Treatise on the Preparation of Food”).(rpb) SuaraMedia.Com
Sejarah Islam di Negeri China
Tak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.
Sejak itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle Kingdom' - julukan Cina.
Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar Cina, para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera. Mereka `angkat layar' dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia menuju lautan Samudera Hindia.
Sebelum sampai ke daratan Cina, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Sejak itu banyak orang Arab yang menetap di Cina.
Ketika Islam sudah berkembang dan Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan di Madinah, di seberang lautan Cina tengah memasuki periode penyatuan dan pertahanan. Menurut catatan sejarah awal Cina, masyarakat Tiongkok pun sudah mengetahui adanya agama Islam di Timur Tengah. Mereka menyebut pemerintahan Rasulullah SAW sebagai Al-Madinah.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW). Terdapat beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran Cina. Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa para sahabat Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah. Mereka antara lain; Ruqayyah, anak perempuan Nabi; Usman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Rasulullah SAW; dan sejumlah sahabat lainnya.
Para sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M - 618 M).
Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa'ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di Cina, Sa'ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran.
Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M - kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon, Sa'ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.
Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton - masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.
Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.
Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias 'So-Fei Er'. Dia bergelar `bapak' komunitas Muslim di Cina.
Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di Cina semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.
Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.
Pada masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho - seorang pelaut Muslim andal.
Saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.
Masa Surut Islam di Daratan Cina
Hubungan antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing (1644-1911) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan Keislaman.
Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima - menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.
Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855 M hingga 1873 M.
Setelah jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan Muslim yakni keluarga Ma.
Kondisi umat Islam di Cina makin memburuk ketika terjadi Revolusi Budaya. Pemerintah mulai mengendorkan kebijakannya kepada Muslim pada 1978. Kini Islam kembali menggeliat di Cina. Hal itu ditandai dengan banyaknya masjid serta aktivitas Muslim antaretnis di Cina.(nym) SuaraMedia.Com
Istambul, Kota dambaan para Raja
Perang menjadi pilihan terakhir. Namun, penguasa kota itu Constantine Paleologus - menolak seruan dakwah dan berkukuh tak mau menyerahkan Konstantinopel ke tangan Umat Islam. Paleologus lebih memilih jalan perang. Pasukan tentara Bizantium dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa, siap menghadapi meriam-meriam tercanggih dan 130 ribu tentara Muslim.
Lantaran tawarannya ditolak, Sultan ketujuh dari Kerajaan Usmani itu pun mulai mengobarkan semangat jihad. Gema takbir terus membahana seiring derasnya serangan yang dilancarkan pasukan Sultan Mehmed - begitu orang Barat menyebutnya — ke benteng Bizantium yang kokoh. Pertempuran hebat pun meletus.
Kerajaan Ottoman dengan strategi, teknologi perang, serta kepemimpinan militer yang tangguh, dan 130 ribu pasukan akhirnya berhasil membungkam kepongahan Bizantium. Setelah 53 hari berjibaku angkat senjata, dengan semangat jihad pasukan Sultan Muhammad akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel.
Harapan dan impian umat Islam untuk menundukkan Bizantium yang telah dirintis sejak tahun 664 M akhirnya tercapai. Kemenangan yang tertunda selama 800 tahun itu akhirnya tiba juga. Sejak saat itu, bendera Kerajaan Usmani berkibar di langit Konstantinopel, kota impian para raja, kaisar dan sultan.
Konstantinopel pun memasuki era baru. Kota itu lalu berganti nama menjadi Istanbul yang berarti ‘kota Islam’, sekaligus menjadi ibukota Kerajaan Ottoman. Sebuah momentum penting dalam sejarah dunia. Kali pertama menduduki kota penting itu, Kerajaan Usmani mulai menegakkan hukum di kota itu.
Tak ada pembantaian terhadap penduduk Konstantinopel. Bahkan, pemerintahan Islam Usmani bekerja sama dengan umat Kristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalin persahabatan dengan Yunani. Dinasti Usmani juga terus mengepakkan sayap kekuasaannya ke wilayah Mesir, Arabia, dan Syiria. Yang tak kalah pentingnya, kerajaan Usmani menyebarkan ajaran Islam hingga ke kawasan Balkan.
Seiring dengan menancapnya dominasi Islam, wajah bekas kota Konstantinopel itu pun berganti rupa. Bangunan masjid bermunculan, namun tetap dengan corak arsitektur Bizantum yang khas. Tak heran, jika pengaruh Bizantium ikut mewarnai gaya arsitektur Islam di Turki. Kemegahan bangunan Gereja Aya Sofia banyak mewarnai arsitektur masjid di Istanbul.
Di bawah kekuasaan Daulah Usmani, Istanbul terus berbenah. Pembangunan pun terus berlanjut, sepeninggal Sultan Muhammad (Mehmed) II. Pada era kepemimpinan Sultan Sulaiman I (1520-1566), pada tahun 1550 di Istanbul berdiri Masjid Sulaiman. Bangunan masjid itu berdiri kokoh dengan empat menara dan kubahnya lebih tinggi dari Aya Sofia.
Guna menambah jumlah penduduk Muslim di Istanbul, umat Islam yang tinggal di Anatolia dan Rumeli dianjurkan untuk bermigrasi ke Istanbul. Akhir 1457, migrasi besar-besaran terjadi dari Edirne bekas ibu kota Kerajaan Usmani ke Istanbul. Pada 1459, kota terbesar di Eropa itu dibagi menjadi empat wilayah administratif.
Sebagai sebuah kota besar pada zamannya, di Istanbul pun berdiri berbagai sarana dan prasarana publik. Tak kurang ada 81 masjid besar serta 52 masjid berukuran sedang di kota itu. Untuk mendidik para generasi muda, tersedia 55 madrasah, tujuh asrama besar untuk mempelajari Alquran.
Fasilitas sosial pun bermunculan, tak kurang lima takiyah atau tempat memberi makan fakir miskin berdiri. Tiga rumah sakit disediakan untuk mengobati penduduk kota. Tujuh buah jembatan juga dibangun untuk memperlancar arus transportasi. Guna menunjukkan kejayaannya, Kerajaan Usmani membangun 33 istana dan 18 unit pesanggrahan.
Selain itu, 33 tempat pemandian umum juga telah disediakan di berbagai penjuru kota. Untuk menyimpan benda-benda bersejarah, pemerintah Usmani pun menyediakan lima museum. Pada 14 Juli 1509, Istanbul sempat diguncang gempa bumi dahsyat atau yang dikenal sebagai ‘kiamat kecil’.
Ribuan bangunan yang awalnya berdiri kokoh akhirnya luluh lantak. Mulai 1510 M, Sultan Bayezid bahu membahu membangun kembali kota Istanbul selama 80 tahun. Hingga akhirnya, kota Istanbul kembali tampil megah dan gagah.
Pada tahun 1727 M pada masa Ibrahim Muteferika - seorang ilmuwan terkemuka - di Istanbul dibuka percetakan. Seiring dengan lahirnya fatwa dari Syekh Al-Islam kerajaan, buku-buku selain Alquran, hadits, fikih, ilmu kalam dan tafsir juga mulai diperbolehkan untuk dicetak. Sejak itulah, buku-buku tentang kedokteran, astronomi, ilmu pasti, sejarah, dan lainnya dicetak. Apalagi mulai 1727 sudah mulai berdiri badan penerjemah.
Sayangnya, ketika imperium Usmani memegang kendali kekuasaan, jejak peradaban yang ditinggalkan pada abad ke-8 M sampai ke-13 M tak dilanjutkan. Daulah Usmani lebih berkonsentrasi membangun pertahanan dan armada perang untuk memperluas wilayah kekuasaan, ketimbang membangun universitas dan pusat-pusat riset ilmu pengetahuan.
Seiring kemunduran yang dialami Kerajaan Usmani, Turki akhirnya berubah haluan menjadi negara sekuler pada 1923. Di bawah kepemimpinan Kemal Attaturk, sekulerisme menjadi ideologi negara. Semua simbol Islam dilarang, penggunaan bahasa dan aksara Arab diganti huruf Latin.
Dakwah diawasi. Bahkan pada 1925, Attaturk melarang tarekat dan pergi haji. Pendidikan agama amat dibatasi. Pengadilan agama ditutup, hukum pernikahan Islam diganti dengan hukum positif Swedia. Kini angin segar kembali berhembus di Istanbul. Muslimah kini diperbolehkan lagi mengenakan jilbab.(kbh)
sumber : suaramedia.com
Suku Indian Cherokee dahulu adalah muslim
Ya benar sekali, dalam sejarah yang tidak terungkap dan tidak pernah terungkap dan hanya diungkap di kalangan akedemisi yang berhubungan dengan sejarah, tercatat bahwa suku indian Cherokee mayoritas beragama muslim. Sebagai bukti bahwa hal itu memang benar, kalau ada rejeki dan kesempatan bisa berkunjung ke perpustakaan kongres amerika (Library of Congress) silahkan minta untuk ditunjukkan arsip perjanjian antara pemerintah AS dan orang-orang indian suku Cherokee pada tahun 1787. Disana akan terlihat tanda tangan kepala suku Cherokee saat itu dengan nama Abdel-Khak and Muhammad Ibn Abdullah
Subhanalloh….
Kok bisa?
Sejarahnya panjang,
Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 - 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 - 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.
Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkanpelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 - 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 - 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.
Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 - 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 - 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re'isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.
Bicara tentang Cherokee tentu saja tidak bisa lepas dari Sequoyah (portait kiri atas). Seorang asli suku Cherokee yang menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara barangkali, bila kita mengenalnya dengan abjad A sampai Z maka suku Cherokee memiliki cara sendiri untuk aksara-nya. Yang membuatnya sangat luar biasa adalah ternyata aksara yang ditemukan kembali oleh Sequoyah mirip sekali dengan aksara Arab (lihat di bawah). Beberapa tulisan cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada bahkan sangat mirip dengan tulisan “Muhammad” dalam bahasa Arab.
Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.
Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.
Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]
Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol. Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu. Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.
Dan tahukah anda? sebenarnya laksam ana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama laksamana Cheng Ho adalah penemu benua amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus.
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.
Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, danbukannya Columbus.
Bahkan menurutnya, Zheng He 'mengalahkan' Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.
''Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,'' ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.
Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.
Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.
"Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut," ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.
Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.
"Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya," kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. "Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat."
Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. "Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun."
Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.
Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam. Ayah dan kakek Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.
Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun. Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.(Early Tokyo/sbl)
sumber : http://howto-bagaimana.blogspot.com
Rabu, 29 Juli 2009
Umar bin Khattab
Awal Keislamanya.
Umar masuk Islam ketika para penganut Islam kurang lebih sekitar 40 (empat puluh) orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Imam Tirmidzi, Imam Thabrani dan Hakim telah meriwayatkan dengan riwayat yang sama bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam telah berdo’a,” Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.
Berkenaan dengan masuknya Umar bin al-Khaththab ke dalam Islam yang diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad yang diungkap oleh Imam Suyuti dalam kitab “ Tarikh al-Khulafa’ ar-Rasyidin” sebagai berikut:
Anas bin Malik berkata:” Pada suatu hari Umar keluar sambil menyandang pedangnya, lalu Bani Zahrah bertanya” Wahai Umar, hendak kemana engkau?,” maka Umar menjawab, “ Aku hendak membunuh Muhammad.” Selanjutnya orang tadi bertanya:” Bagaimana dengan perdamaian yang telah dibuat antara Bani Hasyim dengan Bani Zuhrah, sementara engkau hendak membunuh Muhammad”.
Lalu orang tadi berkata,” Tidak kau tahu bahwa adikmu dan saudara iparmu telah meninggalkan agamamu”. Kemudian Umar pergi menuju rumah adiknya dilihatnya adik dan iparnya sedang membaca lembaran Al-Quran, lalu Umar berkata, “barangkali keduanya benar telah berpindah agama”,. Maka Umar melompat dan menginjaknya dengan keras, lalu adiknya (Fathimah binti Khaththab) datang mendorong Umar, tetapi Umar menamparnya dengan keras sehingga muka adiknya mengeluarkan darah.
Kemudian Umar berkata: “Berikan lembaran (al-Quran) itu kepadaku, aku ingin membacanya”, maka adiknya berkata.” Kamu itu dalam keadaan najis tidak boleh menyentuhnya kecuali kamu dalam keadaan suci, kalau engaku ingin tahu maka mandilah (berwudhulah/bersuci).”. Lalu Umar berdiri dan mandi (bersuci) kemudian membaca lembaran (al-Quran) tersebut yaitu surat Thaha sampai ayat,” Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhanselain Aku, maka sembahlah Aku dirikanlah Shalat untuk mengingatku.” (Qs.Thaha:14). Setelah itu Umar berkata,” Bawalah aku menemui Muhammad.”.
Mendengar perkataan Umar tersebut langsung Khabbab keluar dari sembunyianya seraya berkata:”Wahai Umar, aku merasa bahagia, aku harap do’a yang dipanjatkan Nabi pada malam kamis menjadi kenyataan, Ia (Nabi) berdo’a “Ya Allah, muliakanlah agama Islam ini dengan orang yang paling Engkau cintai diantara kedua orang ini, yaitu Umar bin al-Khaththab atau Abu Jahal ‘Amr bin Hisyam.”.
Lalu Umar berangkat menuju tempat Muhammad Shallallahu alaihi wassalam, didepan pintu berdiri Hamzah, Thalhah dan sahabat lainnya. Lalu Hamzah seraya berkata,” jika Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya dia akan masuk Islam, tetapi jika ada tujuan lain kita akan membunuhnya”. Lalu kemudian Umar menyatakan masuk Islam dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.
Lalu bertambahlah kejayaan Islam dan Kaum Muslimin dengan masuknya Umar bin Khaththab, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Mas’ud, seraya berkata,” Kejayaan kami bertambah sejak masuknya Umar.”.
Umar turut serta dalam peperangan yang dilakukan bersama Rasulullah, dan tetap bertahan dalam perang Uhud bersama Rasulullah sebagaimana dijelaskan oleh Imam Suyuthi dalam “Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin”.
Rasulullah memberikan gelar al-Faruq kepadanya, sebagaimana ini diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Dzakwan, seraya dia berkata,” Aku telah bertanya kepada Aisyah, “ Siapakah yang memanggil Umar dengan nama al-Faruq?”, maka Aisyah menjawab “Rasulullah”.
Hadist Imam Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:” Sungguh telah ada dari umat-umat sebelum kamu para pembaharu, dan jika ada pembaharu dari umatku niscaya ‘Umarlah orangnya”. Hadist ini dishahihkan oleh Imam Hakim. Demikian juga Imam Tirmidzi telah meriwayatkan dari Uqbah bin Amir bahwa Nabi bersabda,” Seandainya ada seorang Nabi setelahku, tentulah Umar bin al-Khaththab orangnya.”.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Ibnu Umar dia berkata,” Nabi telah bersabda:”Sesungguhnya Allah telah mengalirkan kebenaran melalui lidah dan hati Umar”. Anaknya Umar (Abdullah) berkata,” Apa yang pernah dikatakan oleh ayahku (Umar) tentang sesuatu maka kejadiannya seperti apa yang diperkirakan oleh ayahku”.
Keberaniannya
Riwayat dari Ibnu ‘Asakir telah meriwayatkan dari Ali, dia berkata,” Aku tidak mengetahui seorangpun yang hijrah dengan sembunyi sembunyi kecuali Umar bi al-Khaththab melakukan dengan terang terangan”. Dimana Umar seraya menyandang pedang dan busur anak panahnya di pundak lalu dia mendatangi Ka’bah dimana kaum Quraisy sedang berada di halamannya, lalu ia melakukan thawaf sebanyak 7 kali dan mengerjakan shalat 2 rakaat di maqam Ibrahim.
Kemudian ia mendatangi perkumpulan mereka satu persatu dan berkata,” Barang siapa orang yang ibunya merelakan kematiannya, anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, maka temuilah aku di belakang lembah itu”. Kesaksian tersebut menunjukan keberanian Umar bin Khaththab Radhiyallahu’Anhu.
Wafatnya
Pada hari rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H ia wafat, ia ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh beliau ditikam oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar dimakamkan di samping Nabi dan Abu Bakar ash Shiddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.
Disalin dari Biografi Umar Ibn Khaththab dalam Tahbaqat Ibn Sa’ad, Tarikh al-Khulafa’ar Rasyidin Imam Suyuthi
sumber : http://ahlulhadist.wordpress.com/
Abdullah bin Jahasy
Hijrah kepada Allah dan terpisah dari keluarga dan tanah air, maka fi sabilillah bukanlah hal yang baru bagi Abdullah bin Jahasy. Sebelum ini dia juga pernah berhijrah bersama keluarganya ke negeri Habasyah (Ethiopia).
Tetapi untuk kali ini hijrahnya mengikutsertakan banyak pihak. Dia disertai oleh keluarganya, seluruh kerabat ayahnya, pria-wanita, tua-muda. Rumahnya memang rumah Islam dan kabilahnya pun kabilah Islam.
Begitu keluar dari Makkah, kelompok Muhajirin ini menatap sejenak pada kampung halaman mereka dari kejauhan. Terlihat kosong, sunyi, membiaskan duka. Tak ada kehangatan seperti sebelumnya, tak ada orang yang lalu lalang dengan penuh gairah hidup seperti sebelumnya…
Tak lama setelah itu Abdullah bin Jahasy mendengar kabar bahwa para pemimpin Quraisy mengepung daerah perkampungan untuk mencari tahu siapa saja orang-orang Islam yang berhasil keluar dari Makkah dan siapa yang masih tinggal. Di antara orang-orang Quraisy tersebut terdapat Abu Jahal dan Utbah bin Rabi'ah.
Utbah menengok-nengok rumah-rumah Bani Jahasy. Angin berhembus kencang menebarkan debu dan pasir, pintu-pintu gedubrakan silih berganti terhempas angin. Utbah menggerutu, “Rumah-rumah Bani Jahasy teleh kosong melompong dan menangisi pemiliknya.”
Abu Jahal menimpali, “Siapa mereka itu sampai-sampai rumah menangisi mereka?”
Kemudian Abu Jahal merampok rumah Abdullah bin Jahasy. Rumahnya memang sangat indah dan mewah. Abu Jahal menguasainya beserta segala macam perabotnya. Dia bertingkah laku bagai pemiliknya saja.
Mendengar polah tingkah Abu Jahal mengenai rumahnya, Abdullah bin Jahasy mengadu kepada Rasulullah. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, “Tidakkah engkau rela diberi rumah di surga oleh Allah sebagai gantinya?”
“Saya rela, ya Rasulullah,” jawabnya.
“Akan diberikan kepadamu,” Rasulullah menegaskan.
Hati Abdullah kembali segar dan berbunga-bunga.
Namun rumah di surga sangat mahal harganya. Belum lagi lenyap kepedihan akibat penderitaan dalam hijrahnya yang pertama dan kedua, belum lagi tenang ia beristirahat di pangkuan saudara-saudara Anshar, Allah sudah memberinya ujian yang sangat berat. Semenjak ia memeluk Islam, ujian-ujian berat silih berganti.
Mari kita simak kisahnya….
Rasulullah mengutus delapan orang sahabat untuk melakukan tugas militer yang pertama dalam Islam. Di antara para sahabat ini terdapat Abdullah bin Jahasy dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Kata Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, “Aku menugaskan orang-orang yang paling penyabar dan paling kuat menahan lapar dan dahaga.”
Kepemimpinan satuan ini diserahkan kepada Abdullah bin Jahasy. Dengan demikian, dialah Amirul Mukminin yang pertama.
Rasulullah memberitahukan tujuan satuan kecil ini kepada Abdullah bin Jahasy dan membekalinya sepucuk surat. Abdullah bin Jahasy tidak diperkenankan membukanya sebelum dua hari perjalanan.
Maka selang dua hari baru Abdullah membuka surat tersebut, yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
”…Setelah membaca surat ini teruskan perjalanan sampai ke Nakhlah di antara Tha'if dan Makkah. Lakukan pengintaian terhadap orang-orang Quraisy dan laporkan hasil nya kepadaku….”
Setelah membaca surat tersebut, Abdullah bin Jahasy berkata pasti, Aku akan patuh kepada perintah nabiyullah yang mulia.”
Dia berpaling kepada sahabat-sahabatnya, “Saudara-saudara aku diperintah oleh Rasulullah ke Nakhlah untuk melakukan pengintaiaan terhadap orang-orang Quraisy, lalu melaporkannya kepada beliau. Rasulullah melarangku memaksa kalian mengikutiku. Bagi yang tidak, ia boleh pulang, dan itu pun tidak tercela.”
Para anggota satuannya berkata, “Kami telah mendengar perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka akan mematuhinya. Kami akan menyertai Anda ke tempat yang diperintahkan.”
Mereka terus berjalan sampai ke Nakhlah dan langsung melakukan penyelidikan sesuai perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka mengelilingi desa-desa untuk mengintai kaum Quraisy.
Akhirnya di kejauhan tampaklah iring-iringan kafilah Quraisy yang dijaga oleh empat orang, yaitu Amru bin Al-Hadrami, Al-Hakam bin Kaisan, Utsman bin Abdullah, dan saudaranya, Mughirah. Kafilah ini membawa barang-barang dagangan Quraisy. Ada kulit binatang, kismis, dan benda-benda lain yang dibawa oleh pedagang-pedagang mereka.
Para sahabat pun berunding. Itu adalah hari terakhir bulan Haram atau bulan suci (yaitu bulan yang terhalang untuk mengadakan peperangan menurut adab Arab. Bulan-bulan Haram ini adalah Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Kata mereka, “Kalau kita menyerang mereka, berarti kita melakukan pembunuhan dalam bulan Haram. Ini menunjukkan bahwa kita tidak menghormati bulan Haram. Seluruh bangsa Arab tentu akan mencela dan memusuhi kita. Tapi kalau kita biarkan mereka sampai bulan Haram ini berlalu, pastilah mereka sudah mencapai tanah Haram (Makkah). Menyerang mereka tetap dilarang, sebab mereka sudah berada di dalam wilayah tanah Haram. Mereka akan aman dari kita.”
Akhirnya perundingan ini menghasilkan kesepakatan, yaitu menyerang kafilah Quraisy tersebut. Mereka kemudian menewaskan satu orang, menawan dua orang, sedangkan yang seorang lagi berhasil meloloskan diri.
Abdullah bin Jahasy dan satuannya menggiring kedua tawanan tersebut beserta onta-ontanya sekalian menuju Madinah.
Segera setelah sampai, mereka menghadap Rasulullah. Namun di luar dugaan, Rasulullah tidak berkenan mendengar laporan mereka. Kata beliau, “Demi Allah aku tidak memerintahkan kalian untuk berperang, melainkan untk mencari berita tentang orang-orang Quraisy. Hanya mengintai gerak-gerik mereka, lain tidak.”
Rasulullah menahan dulu kedua tawanan Quraisy itu sementara menunggu keputusan yang pasti. Harta rampasan, onta-onta dan muatannya tidak disentuh sedikitpun.
Abdullah bin Jahasy merasa yakin bahwa mereka akan celaka karena melanggar perintah Rasulullah. Hatinya kian ciut karena rekan-rekannya dari kaum muslimin juga mengecam tindakan satuan yang dipimpinnya karena melanggar adat kebiasaan bangsa Arab, yaitu menghormati empat bulan Haram. Setiap kali berjumpa dengan anggota-anggota satuan Abdullah bin Jahasy, kaum muslimin mengolok-olok. “Mereka orang-orang yang melanggar perintah Rasulullah!”
Bertambah-tambah pula kesedihan kelompok kecil ini tatkala mendengar bahwa orang-orang Quraisy memanfaatkan peristiwa tersebut untuk menyebarkan provokasi menjelek-jelekkan Rasulullah. Kepada semua orang bahkan suku-suku di daerah pegunungan, mereka bercerita bahwa Muhammad telah melanggar bulan Haram mengingat orang-orangnya telah melakukan perampasan, penawanan, dan pembunuhan.
Bukan main penyesalan Abdullah bin Jahasy dan teman-temannya. Kekeliruan yang mereka lakukan telah menyulitkan posisi Rasulullah dan mencoreng kemuliaan.
Di tengah-tengah suasana duka yang mendalam itu, tibalah berita gembira yang tak terduga-duga. Allah ternyata meridloi perbuatan mereka dan menurunkan firman-Nya tentang hal itu.
Meluap-luap kegembiraan mereka. Orang-orang mulia berdatangan, memeluk mereka erat-erat, dan mengucapkan selamat dengan membaca ayat suci yang khusus di turunkan untuk mereka.
Telah turun kalamullah Yang Maha Tinggi kepada Rasulullah sebagai berikut:
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Alah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh….” (Al-Baqarah: 217).”
Sesudah ayat-ayat mulia ini turun, legalah hati Rasulullah. Beliau mau menerima onta-onta hasil rampasan tadi dan mempersilahkan keluarga kedua tawanan itu membayar uang tebusan. Rasulullah juga ridha dengan tindakan Abdullah bin Jahasy dan satuannya. Perang kecil yang mereka lancarkan telah menggoreskan catatan penting pada kehidupan kaum muslimin. Dengan peristiwa ini, untuk pertama kalinya Islam menewaskan seorang musyrik dan menawan orang lainnya. Untuk pertama kalinya Rasaulullah menerima panji-panji kemenangan dari musuh. Dan si pemimpin Abdullah bin Jahasy, adalah orang pertama yang disebut Amirul Mukminin (pemimpin orang-orang mukmin).
Perang Uhud bagi Abdullah bin Jahasy dan Sa'ad bin Abi Waqqash perang ini merupakan kisah yang tak mungkin terlupakan. Berikut ini Sa'ad bin Abi Waqqash menuturkan pangalamannya bersama Abdullah bin Jahasy:
Saat perang Uhud aku berjumpa dengan Abdullah bin Jahasy. Dia bertanya, “Tidakkah engkau mau berdoa?”
Aku menjawab, “Ya.”
Kami berdua menyingkir ke tempat yang sunyi. Aku berdoa pada kesempatan yang pertama: “Ya Allah Tuhanku, bila aku bertemu musuh, maka pertemukanlah dengan musuh yang kuat tubuhnya, perkasa, lagi mudah naik darah. Aku akan bertarung melawannya, dan karuniakanlah kemenangan bagiku sehingga aku mampu menewaskannya dan mengambil perbekalannya sebagai ghanimah…”
Abdullah bin Jahasy mengamini doaku, kemudiaan ganti berdoa: “Ya Allah hadapkanlah aku dengan musuh yang kekar tubuhnya, pemarah, dan ulet. Aku akan bertarung melawannya, kemudian dia menghantamku dan menyayat hidung dan telingaku. Bila aku berjumpa dengan-Mu pada hari berbangkit nanti dan Engkau bertanya, “Mengapa hidung dan telingamu putus?” Maka aku akan menjawab, “Karena Engkau dan karena Rasul-Mu.” niscaya Engkau akan berkata, “Engkau benar…”
Doa Abdullah bin Jahasy lebih baik daripada doaku. Aku melihat dia tewas di penghujung siang dalam keadaan hidung dan telinga tersayat. Sayatan hidung dan telinga itu digantungkan di pohon dengan tali…
Allah mengabulkan doa Abdullah bin Jahasy. Dia diberi rizki mati syahid sebagaimana dikaruniakannya kepada pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, bapak para syuhada'.
Rasulullah mengebumikan dua orang syuhada' ini di dalam satu lahat. Air mata beliau yang suci menetes membasahi tanah merah yang semerbak dengan wewangian syahadah…
sumber : http://www.sohabat.org/doku.php?id=sohabat:abdullah-jahasy
Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah ‘Utsman bin Affanbin Abi Ash bin Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf al Umawy al Qurasy, pada masa Jahiliyah ia dipanggil dengan Abu ‘Amr dan pada masa Islam nama julukannya (kunyah) adalah Abu ‘Abdillah. Dan juga ia digelari dengan sebutan “Dzunnuraini”, dikarenakan beliau menikahi dua puteri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Ibunya bernama Arwa’ bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin ‘Abdi Syams yang kemudian menganut Islam yang baik dan teguh.
Keutamaannya
Imam Muslim telah meriwayatkan dari ‘Aisyah, seraya berkata,” Pada suatu hari Rasulullah sedang duduk dimana paha beliau terbuka, maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menutupinya dan beliau mengizinkannya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka). Kemudian Umar minta izin untuk menutupinya dan beliau mengizinkannnya, lalu paha beliau tetap dalam keadaan semula (terbuka), ketika Utsman meminta izin kepada beliau, amaka beliau melepaskan pakaiannya (untuk menutupi paha terbuka). Ketika mereka telah pergi, maka aku (Aisyah) bertanya,”Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar telah meminta izin kepadamu untuk menutupinya dan engkau mengizinkan keduanya, tetapi engkau tetap berada dalam keadaan semula (membiarkan pahamu terbuka), sedangkan ketika Utsman meminta izin kepadamu, maka engkau melepaskan pakainanmu (dipakai untuk menutupinya). Maka Rasulullah menjawab,” Wahai Aisyah, Bagaimana aku tidak merasa malu dari seseorang yang malaikat saja merasa malu kepadanya”.
Ibnu ‘Asakir dan yang lainnya menjelaskan dalam kitab “Fadhail ash Shahabah” bahwa Ali bin Abi Thalib ditanya tentang Utsman, maka beliau menjawab,” Utsman itu seorang yang memiliki kedudukan yang terhormat yang dipanggil dengan Dzunnuraini, dimana Rasulullah menikahkannya dengan kedua putrinya.
Perjalanan hidupnya
Perjalanan hidupnya yang tidak pernah terlupakan dalam sejarah umat islam adalah beliau membukukan Al-Qura’an dalam satu versi bacaan dan membuat beberapa salinannya yang dikirim kebeberapa negeri negeri Islam. Serta memerintahkan umat Islam agar berpatokan kepadanya dan memusnahkan mushaf yang dianggap bertentangan dengan salinan tersebut. Atas Izin allah Subhanahu wa ta’ala, melalui tindakan beliau ini umat Islam dapat memelihara ke autentikan Al-Qur’an samapai sekarang ini. Semoga Allah membalasnya dengan balasan yang terbaik.
Diriwayatkan dari oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnadnya dari yunus bahwa ketika al Hasan ditanya tentang orang yang beristirahat pada waktu tengah hari di masjid ?. maka ia menjawab,”Aku melihat Utsman bin Affan beristirahat di masjid, padahal beliau sebagai Khalifah, dan ketika ia berdiri nampak sekali bekas kerikil pada bagian rusuknya, sehingga kami berkata,” Ini amirul mukminin, Ini amirul mukminin..”
Diriwayatkan oleh Abu Na’im dalam kitabnya “Hulyah al Auliyah” dari Ibnu Sirin bahwa ketika Utsman terbunuh, maka isteri beliau berkata,” Mereka telah tega membunuhnya, padahal mereka telah menghidupkan seluruh malam dengan Al-Quran”.
Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, seraya ia berkata dengan firman Allah”. “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs Az-Zumar:9) yang dimaksud adalah Utsman bin Affan.
WafatnyaIa wafat pada tahun 35 H pada pertengahan tasyriq tanggal 12 Dzul Hijjah, dalam usia 80 tahun lebih, dibunuh oleh kaum pemberontak (Khawarij).
Diringkas dari Biografi Utsman bin affan dalam kitab Al ‘ilmu wa al Ulama Karya Abu Bakar al Jazairy. Penerbit Daar al Kutub as Salafiyyah. Cairo. ditulis tanggal 5 Rab’ul Awal di Madinah al Nabawiyah.
sumber : http://ahlulhadist.wordpress.com
Minggu, 26 Juli 2009
Bulan Pernah Terbelah !
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan sebuah stasiun televisi, seorang pakar geologi muslim, Prof. Dr. Zaghlul An-Najar, ketika ditanya oleh pembawa acara tentang ayat di atas: “Apakah terdapat i’jaz ilmi (kemukjizatan yang bersifat sains) yang terkandung dalam ayat di atas?” Beliau memberikan jawaban dengan mengatakan:
“Berkenaan dengan ayat ini, aku mempunyai sebuah cerita. Sudah sejak lama aku menjadi tenaga pengajar di Universitas Chardif di bagian barat Inggris. Yang datang mengikuti perkuliahanku terdiri dari muslim dan non muslim. Pernah suatu ketika terjadi diskusi yang menarik tentang i’jaz ilmi dalam Al-Quran.”
Di tengah-tengah diskusi, ada seorang pemuda muslim berdiri dan mengatakan: “Tuan, apakah Anda melihat bahwa di dalam firman Allah swt:
Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar (54): 1)
terdapat isyarat i’jaz ilmi dalam Al-Quran?”
Dr. Zaghlul mengatakan:
“Tidak, karena i’jaz ilmi ditafsirkan oleh ilmu (sains), sedangkan mukjizat, ilmu (sains) tidak mampu menafsirkannya. Mukjizat adalah suatu perkara luar biasa yang tidak dapat ditafsirkan oleh hukum alam (hukum kausalitas). Terbelahnya rembulan adalah mukjizat yang terjadi untuk Rasulullah saw, dan menjadi bukti kenabian dan kerasulannya. Mukjizat visual adalah bukti nyata bagi orang yang menyaksikannya. Seandainya hal itu tidak datang dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya tentu kita ummat Islam di abad ini tidak wajib mengimaninya. Akan tetapi kita mengimaninya karena telah datang keterangannya di dalam kitab Allah swt dan di dalam sunnah Rasul-Nya dan karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dr. Zaghlul kemudian menyampaikan kisah terbelahnya rembulan sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab hadits. Dia mengatakan bahwa lima tahun sebelum Nabi saw berhijrah dari Makkah ke Madinah, ada sekelompok orang Quraisy yang datang menemui beliau dan mengatakan: “Hai Muhammad, jika engkau benar-benar seorang nabi dan rasul maka datangkanlah bukti yang menunjukkan bahwa engkau memang benar-benar seorang nabi dan rasul.” Maka Nabi bertanya kepada mereka: “Apa yang kalian inginkan?” Mereka berkata dengan tujuan melemahkan dan menantang: “Belahlah untuk kami rembulan itu!” Nabi saw lantas berdiri beberapa saat. Beliau berdoa kepada Allah swt agar memberikan pertolongan untuknya dalam situasi seperti ini. Allah swt lantas memberikan ilham kepada beliau untuk berisyarat dengan menggunakan jari tangan beliau ke arah renbulan. Tiba-tiba rembulan tersebut terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian menjauh dari bagian yang lain selama beberapa jam kemudian menyatu kembali.
Maka orang kafir berkomentar: “Muhammad telah menyihir kita.” Akan tetapi orang-orang yang cerdas diantara mereka mengatakan: Sesungguhnya sihir itu terkadang dapat mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya dan tidak dapat mempengaruhi seluruh manusia. Maka tunggulah rombongan yang datang dari perjalanan.” Maka orang-orang kafir bergegas keluar menuju pintu-pintu kota Makkah untuk menunggu orang-orang yang datang dari perjalanan. Ketika rombongan pertama datang, orang kafir menanyakan kepada mereka: “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh terjadi pada rembulan itu?” Mereka menjawab: “Ya, benar. Pada malam anu kami melihat rembulan itu telah terbelah menjadi dua dan saling berjauhan satu dari yang lain kemudian kembali menyatu.” Maka berimanlah sebagian dari mereka dan kafirlah orang-orang yang tetap kafir. Oleh karena itu Allah swt berfirman dalam kitab-Nya:
“Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar (54): 1-3).
Dr. Zaghlul melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan:
“Dan sesudah aku mengakhiri penjelasanku, ada seorang pemuda Inggris muslim berdiri dan memperkenalkan dirinya: “Aku bernama Dawud Musa Bidcook, Ketua Hizb Islami Britani.” Setelah itu dia mengatakan: “Tuan, bolehkah aku memberi keterangan tambahan?” Aku menjawab: “Silakan.” Dia berkata: “Sebelum masuk Islam, saya mempelajari banyak agama. Satu hari ada seorang mahasiswa muslim memberikan hadiah kepadaku berupa terjemahan Al-Quran. Aku berterima kasih kepadanya atas hadiah tersebut. Lalu buku terjemah Al-Quran tersebut aku bawa pulang ke rumah. Saat aku membukanya, surat yang pertama kali aku baca adalah surat Al-Qamar. Aku membaca ayat:
“Telah dekat datangnya saat itu (hari kiamat) dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar (54): 1)
Maka aku mengatakan: “Apakah ucapan ini masuk akal?! Apa mungkin rembulan terbelah kemudian menyatu kembali? Kekuatan apakah yang mampu melakukan itu?”
Maka pemuda tadi mengatakan: “Ayat ini membuatku tidak dapat melanjutkan membaca Al-Quran dan akupun tersibukkan dengan urusan dunia. Akan tetapi Allah swt mengetahui seberapa jauh keikhlasanku dalam mencari kebenaran. Maka Tuhanku mendudukkan aku di depan televisi Inggris yang di sana ada acara dialog antara komentator Inggris dengan tiga ilmuwan ruang angkasa Amerika. Pembawa acara ini memberikan komentar miring terhadap tiga pakar tersebut karena telah menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk perjalanan ruang angkasa pada saat bumi dipenuhi berbagai problematika kelaparan, kemiskinan, timbulnya berbagai penyakit dan keterbelakangan. Sang komentator mengatakan: “ Seandainya biaya yang demikian banyak itu dihabiskan untuk memakmurkan bumi tentu lebih bermanfaat.” Akan tetapi tiga pakar tersebut tetap membela pendapat-pendapatnya dengan mengatakan bahwa sesungguhnya teknologi ini bisa bermanfaat secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan. Bisa bermanfaat dalam ilmu kedokteran, industri dan pertanian. Jadi biaya yang demikian besar itu bukanlah harta yang dihambur-hamburkan dengan percuma, akan tetapi biaya tersebut membantu perkembangan teknologi maju untuk mewujudkan tujuan mulia.
Di sela-sela dialog tersebut muncul penyebutan tentang perjalanan yang mendaratkan seorang astronot di atas permukaan rembulan. Karena pendaratan tersebut adalah perjalanan ruang angkasa yang paling banyak memakan biaya – ia telah menghabiskan lebih dari 100 milyar dolar Amerika – maka dengan nada tinggi, komentator Inggris mengatakan: “Kebodohan macam apa ini? 100 milyar dolar Amerika hanya untuk mendaratkan seorang ilmuwan Amerika di atas bulan?” Mereka menjawab: “Tidak, tujuannya bukan untuk mendaratkan ilmuwan Amerika di atas bulan, tapi kami mempelajari susunan bulan bagian dalam.
Dan kami pun telah menemukan sebuah fakta ilmiah, seandainya kita menghabiskan biaya berkali-kali lipat untuk membuat orang percaya terhadap fakta tersebut, tentu tidak ada orang yang mempercayai kami.” Maka sang komentator mengatakan: “Fakta apa itu?” Mereka menjawab: “Rembulan ini pernah terbelah pada suatu hari kemudian menyatu kembali.” Komentator bertanya: “Bagaimana kalian mengetahui hal itu?” Mereka menerangkan: “Kami mendapatkan sebuah sabuk dari bebatuan yang membelah rembulan dari permukaan hingga ke bagian dalamnya. Kami lantas berembuk dengan para pakar ilmu tanah dan geologi dan mereka mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali jika rembulan pernah terbelah kemudian menyatu lagi.”
Dawud Musa Bidcook lalu mengatakan: “Maka saya segera meloncat dari kursi tempat duduk saya, dan saya katakan, “Sebuah mukjizat terjadi untuk Muhammad saw pada seribu empat ratus tahun yang lalu. Allah swt menundukkan orang-orang Amerika untuk membelanjakan lebih dari 100 milyar US dollar guna menetapkan kebenaran mukjizat itu untuk Islam?! Kalau begitu, pasti agama ini adalah agama yang haq.” Pemuda itu melanjutkan perkataannya: “Maka saya pun segera kembali ke mushaf dan langsung membaca surat Al-Qamar, dan surat itulah yang menjadi pintu masuknya Islam ke dalam hatiku.”sumber : www.dakwatuna.com
Sabtu, 25 Juli 2009
"40 Keajaiban Ramadhan" bag.4
31. Sebagian peristiwa dalam perang Tabuk terjadi pada bulan Ramadhan
Ibnu Hisyam dalam Sirahnya menyebutkan bahwa persiapan perang Tabuk dilakukan sejak bulan Rajab, tahun ke 9 hijriyah untuk mengadapi Rum. Saat itu adalah masa-masa sulit bagi kaum Muslimin di Madinah, karena mereka sedang dilanda masa paceklik, serta cuaca panas yang amat menyengat, sehingga ada beberapa orang yang merasa berat hati untuk ikut serta dalam peperangan, seperti Ka’ab bn Malik. Walau banyak hambatan, pada akhirnya kaum Muslimin pun berangkat ke Tabuk dengan jumlah yang cukup besar, yaitu sekitar 30.000 tentara.
Namun setelah pasukan kaum Muslimin sampai di Syam yang saat itu berada dalam kekuasaan Rum, pasukan musuh berlindung di dalam benteng-benteng mereka dan enggan keluar. Sehingga Syam bisa dikuasai dengan mudah oleh pasukan Islam dan kewajiban membayar jizyah diberlakukan kepada penduduk Syam yang saat itu beragama Nasrani.
32. Penghancuran berhala Uzza di Bulan Ramadhan
Ibnu Katsir menyebutkan dalam Al Bidayah wa An Nihayah bahwa pada 5 hari terakhir di bulan Ramadhan tahun ke lima hijriyah Rasulullah Saw. mengutus sejumlah pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid guna menghancurkan rumah peribadatan yang digunakan untuk menyembah Uzza. Dan Rasulullah bersabda: “Uzza itu tidak akan diibadahi selamanya!”
33. Penghancuran Latta di Bulan Ramadhan
Ibnu Katsir menyebutkan dalam Al Bidayah wa An Nihayah, bahwa pada tahun ke sembilan hijriyah di bulan Ramadhan datanglah utusan kabilah Tsaqif dari Thaif kepada Rasulullah Saw. untuk menyatakan keislaman.
Karena kabilah Tsaqif sudah memeluk Islam maka Rasulullah dan para sahabat berinisiatif untuk menghancurkan berhala Latta yang biasa mereka sembah, akan tetapi mereka minta izin untuk menghancurkan berhala mereka sendiri, akhirnya Rasulullah Saw. pun mengizinkan. Tak lama kemudian, kabilah Tsaqif menghancurkan berhala mereka sendiri.
34. Andalus ditaklukkan pada bulan Ramadhan
Pada 27 Ramadhan tahun 92 H, pasukan Islam yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad berhasil memasuki Andalus dari arah pesisir, ini adalah hal yang diluar dugaan, sehingga Roderick, penguasa Visigoth Spanyol segera mempersiapkan pasukannya yang berjumlah 25.000.
Setelah menguasai Jabal Thariq dan membakar kapal-kapal yang telah digunakannya, Thariq bin Ziyad berkhutbah di depan pasukannya:”Lautan dibelakang kalian! Musuh di depan kalian!…”. Lalu pecahlah pertempuran antara 12.000 pasukan Muslimin melawan 100.000 tentara Roderick. Yang berakhir dengan tercerai-berainya pasukan Visigoth dan tewasnya Roderick.
35. Pasukan Islam di Andalus mengalahkan Faranjah di bulan Ramadhan
Di pagi hari Jum’at 20 Ramadhan 479 H terjadi peristiwa Zalaqah (yaitu dataran dekat wilayah Portugis). Di mana pasukan Islam yang melakukan penjagaan di wilayah Andalus yang dipimpinan Yusuf bin Tasyifin berhasil mengalahkan pasukan Faranjah (Franks) yang berjumlah 80.000 tentara yang dipimpin oleh Alfons VI yang juga tewas dalam pertempuran itu.
36. Pasukan Mongol dihancurkan di Palestina pada bulan Ramadhan
Hari Jum’at 15 Ramadhan 658 H pasukan Muslim yang dipimpin Saifuddin Qutuz, penguasa dinasti Mamalik di Mesir, berhasil menghancurkan 20.000 tentara Mongol yang dipimpin oleh Qitbuqa.
Para sejarawan menganggap bahwa peristiwa ini amat penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia Tengah, dimana pasukan Mongol mengalami kekalahan telak atas kaum Muslimin dan tidak mampu membalas kekalahan itu, sebagaimana yang biasa mereka alami, hingga panglima perangnya Qitbuqa berhasil dieksekusi.
Peperangan ini terjadi di ‘Ain Jalut, yaitu sebuah desa yang terletak antara Bisan dan Nablus. Sehingga peperangan ini dikenal dengan peristiwa ‘Ain Jalut.
37. Pengepungan 60 ribu pasukan Rusia digagalkan oleh 15 ribu pasukan Utsmani
23 Ramadhan 1270 H Pada hari ini kekuatan militer Rusia dibawah pimpinan Marsyal Bernes menghentikan kepungannya terhadap kota Selestriya yang terletak di wilayah Qorum, pengepungan yang terjadi selama 35 hari ini tidak membawa dampak yang berarti bagi kekuatan Khalifah Utsmaniyah,walaupun kekuatan militer Rusia mencapai 60 ribuan tentara berhadapan 15 ribu tentara Utsmaniyah yang kebanyakan berasal dari Mesir. Pelajaran yang dapat dipetik adalah kekuatan yang sedikit mampu mengalahkan kekuatan yang besar.
38. Anthokiah jatuh ke tangan kaum Muslimin di bulan Ramadhan
Pemerintahan Anthokiah didirikan oleh Pangeran Wormandi Buwaihimund pada tahun 491 H. Kota ini merupakan kota termegah dengan dikelilingi benteng yang sangat kuat dan dijaga oleh ribuan pasukan secara bergiliran siang dan malam. Walaupun kondisinya demikian kaum Muslimin berhasil menaklukan daerah ini dengan izin Allah Ta’ala dibawah panglima perang Dhohir Bibris. Terhitung empat puluh ribuan mati dan tertawan dari pihak musuh. Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar setelah kemenangan Hitthin. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Ramadhan 666 H
39. Mesir menghancurkan kekuatan Isreal di Suez pada bulan Ramadhan
Pada tanggal 10 Ramadhan yang bertepatan dengan 6 Oktober 1973 tentara Mesir mampu menembus terusan Suez dan menghancurkan benteng Berlif serta menghancurkan kekuatan tentara Israel. Begitupula tentara Suriah mampu membebaskan beberapa wilayahnya dari tangan Israel. Rakyat Mesir mengenang peperangan ini dengan peristiwa Abour.
Setelah peristiwa ini Israel mulai menyadari kekuatan Mesir dan dataran Sinai kembali ke pangkuan Mesir.
40. Proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan dalam bulan Ramadhan
17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan yang telah mendera bangsa yang mayoritas Muslim ini, peristiwa itu terjadi pada Jumat terakhir di bulan Ramadhan.
Kemerdekaan ini amatlah perlu untuk kita syukuri, yaitu dengan melaksanakan perintah Allah Ta’ala. Bukan malah mengesampingkan syar’at yang telah ditetapkan-Nya.
sumber : swaramuslim.net
"40 Keajaiban Ramadhan" bag.3
21. Doa mustajab di bulan Ramadhan
Diriwatkan dari Abu Umamah Ra, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:”...Dan untuk setiap muslim di setiap hari dan petang (dalam bulan Ramadhan) doa yang mustajab (HR. Bazar).
Rasulullah juga bersabda:”Tiga yang tidak tertolak doanya, orang yang berpuasa hingga berbuka, imam adil, dan doa orang yang terdhalimi”. (HR. Tirmidzi)
22. Pahala umrah Ramadhan sama dengan haji
Rasulullah Saw. bersabda kepada seorang wanita Anshar:”Jika datang Ramadhan maka lakukanlah umrah, karena susungguhnya umrah dalam bulan itu setaraf dengan haji.” (HR. An Nasa’i).
23. Pahala i’tikaf di bulan Ramadhan sama dengan pahala 2 haji dan umrah
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Husain Ra. menyatakan, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:”Barang siapa menjalankan i’tikaf selama sepuluh hari di bulan Ramadhan maka amalan itu seperti dua haji dan umrah (HR. Baihaqi)
24. Dalam Ramadhan terdapat malam yang istimewa (Lailatul Qadar)
Allah berfirman:”Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan”. (Al Qadr: 3).
Tentang ayat ini, Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa menghidupkan Ramadhan dan melakukan amalan di dalamnya lebih baik daripada menjalankan amalan dalam seribu bulan tanpa Ramadhan.
25. Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan
Allah Ta’ala berfirman: “Bulan Ramadhan yang diturunkan di dalamnya Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan atas petunjuk itu, serta pemisah antara haq dan batil”. (Al Baqarah: 185)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa Allah Ta’ala menyanjung bulan Ramadhan atas bulan-bulan yang lain, yaitu dengan memilihnya sebagai bulan dimana Al-Quran diturunkan di dalamnya.
26. Kitab-kitab suci diturunkan pada bulan Ramadhan
Rasulullah Saw. bersabda:”Shuhuf Ibrahim turun pada awal malam pertama bulan Ramadhan, dan Taurat turun pada hari ke enam bulan Ramadhan dan Injil pada hari ke tiga belas dari Ramadhan…” (HR. Ahmad).
27. Rasulullah mendapat wahyu pertama di bulan Ramadhan
Ketika Rasululah Saw. mendekati umur 40 tahun beliau selalu berpikir dan merenung serta berkeinginan kuat untuk mengasingkan diri (uzlah), akhirnya dengan mempersiapkan bekal makanan dan minuman beliau menuju gua Hira yang terdapat pada gunung Rahmah sebagai tempat beruzlah, yang berjarak dua mil dari kota Mekah. Uzlah ini dilakukan tiga tahun sebelum masa kerasulan. Tatkala datang Ramadhan pada tahun ketiga dari masa uzlah, turun kepada beliau Malaikat Jibril mewahyukan surat Al Alaq yang merupakan surat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.
28. Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan
Perang Badar adalah pemisah antara yang haq dan yang batil, dan kaum muslimin sebagai simbol tauhid dan kemulyaan, meraih kemenangan atas kaum musyrikin sebagai simbol kekifiran dan kebodohan.
Peperangan terjadi pada hari Jum’at, 27 Ramadhan, tahun kedua setelah hijrah. Allah Ta’ala berfirman: “Dan benar-benar Allah telah menolong kalian di Badar sedangkan kalian dalam keadaan terhina, maka takutlah kalian kepada Allah, semoga kalian bersyukur”. (Ali Imran: 123).
Ibnu Abbas mengatakan:”Saat itu hari Jum’at, 27 Ramadhan, dan saat itu juga terbunuh Fir’aun umat, Abu Jahal, musuh terbesar umat Islam.
29. Mekah dikuasai pada bulan Ramadhan
Fathu Mekah adalah peristiwa besar, Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata”. (Al Fath:1).
Sebagian mufasirin berpendapat bahwa yang dimaksud kemenangan di sini adalah peristiwa Fathu Mekah, walau ada sebagian ulama’ yang menafsirkannya sebagai perjanjian Hudaibiya dan penaklukan negeri Rum.
Peristiwa itu terjadi pada hari, tanggal 20 atau 21 Ramadhan, tahun ke delapan hijriyah. Saat itulah semua berhala yang berada di sekitar Ka’bah dihancurkan.
30. Islam menyebar di Yaman pada bulan Ramadhan
Tahun ke sepuluh hijriyah pada bulan Ramadhan Rasulullah Saw. menunjuk Ali bin Abi Thalib guna menjadi pemimpin sejumlah pasukan untuk pergi ke penduduk Yaman dengan membawa surat yang berisi ajakan untuk memeluk Islam.
sumber : swaramuslim.net
"40 keajaiban Ramadhan" bag.2
11. Bau mulut orang berpuasa lebih harum dari misk di hadapan Allah
Rasulullah Saw bersabda:”…Yang kedua, sesungguhnya bau mulut mereka ketika sore hari lebih harum di hadapan Allah daripada bau misk…” (HR. Baihaqi).
12. Di Bulan Ramadhan para malaikat meminta ampunan untuk umat ini
Rasulullah Saw. bersabda:”…Adapun yang ketiga, sesungguhnya para malaikat meminta ampunan untuk mereka siang dan malam…” (HR. Baihaqi).
13. Di bulan Ramadhan sorga berbenah diri
Rasulullah Saw. bersabda:”…Adapun yang keempat, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan surga-Nya, Ia berfirman: “Bersiap-siaplah, dan hiasilah dirimu untuk para hamba-Ku, sehingga mereka bisa segera beristirahat dari kelelahan (hidup di) dunia menuju negeri-Ku dan kemulyaan-Ku…” (HR. Baihaqi).
14. Di malam akhir Ramadhan Allah mengampuni umat ini
Rasulullah Saw. bersabda: ”…Adapun yang kelima, sesungguhnya jika tiba malam terakhir Ramadhan Allah memberi ampun kepada mereka semua. Lalu bertanyalah seorang lelaki dari sebuah kaum: ”Apakah itu lailatul qadar? Ia bersabda:” Bukan, apakah kau tidak mengetahui perihal orang-orang yang bekerja, jika mereka selesai melakukan pekerjaan maka imbalannya akan dipenuhi. (HR. Baihaqi)
15. Pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup, syaitan dibelenggu
Rasulullah Saw. Bersabda: “Jika Ramadhan tiba dibukalah pintu sorga dan ditutuplah pintu neraka serta syaitan-syaitan dibelenggu. (HR. Bukhari).
Dalam Syarah Shahih Muslim, Qadhi Iyadh menjelaskan bahwa makna hadits di atas bisa bermakna haqiqi, yaitu pintu sorga dibuka, pintu neraka ditutup serta syaitan dibelenggu secara haqiqi, sebagai tanda datangnya Ramadhan sekaligus pemulyaan terhadapnya. Tapi bisa juga bermakna majaz yang mengisyaratkan besarnya pahala dan ampunan di bulan itu, sehingga syaitan seperti terbelenggu.
16. Pahala syuhada bagi yang melakukan kewajiban dan menghidupkan Ramadhan
Datanglah seorang laki-laki kepada Nabi Saw. Dan mengatakan: ”Wahai Rasulullah, tahukah anda jika saya telah bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya anda adalah utusan Allah, aku juga telah melakukan shalat lima waktu, juga telah menunaikan zakat, serta aku telah berpuasa Ramadhan dan menghidupkannya, maka termasuk golongan siapakah saya? Rasulullah Saw. Bersabda: “Termasuk dari orang-orang yang sidiq dan syuhada’”. (HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
17. Pahala amalan bulan Ramadhan berlipat ganda
Dari Salman ra., bahwasannya Rasulullah Saw. berkhutbah di hari terakhir bulan Sya’ban: ”Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan agung yang penuh berkah. Bulan yang terdapat di dalamnya sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang Allah jadikan puasa di dalamnya sebagai kewajiban, dan qiyamul lail sebagai hal yang disunnahkan, barang siapa mendekatkan diri di dalamnya dengan perbuat kebajikan, maka ia seperti mengerjakan kewajiban selainnya, dan barang siapa mengerjakan kewajiban di dalamnya, maka ia seperti mengerjakan tujuh puluh kewajiban selainnya…” (HR. Ibnu Huzaimah dalam Shahihnya)
18. Seluruh hari dalam Ramadhan memiliki keutamaan
Rasulullah Saw. bersabda: “…Dia adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, serta paripurnanya adalah pembebasan dari neraka…” (HR. Ibnu Huzaimah dalam Shahihnya)
19. Keutamaan memberi minum orang yang berpuasa
Allah akan memberi minum kelak di akhirat Rasulullah Saw. bersabda: “Dan barang siapa memberi minuman orang yang berpuasa maka Allah akan memberinya dari telaga minuman yang tidak menghauskan hingga ia masuk ke dalam sorga”. (HR. Ibnu Huzaimah dalam Shahihnya).
20. Sebaik-baik sedekah adalah sedekah di bulan Ramadhan
Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik sedekah yaitu sedekah di bulan Ramadhan.”
sumber : swaramuslim.net
Pergerakan Gunung
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88).
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
sumber : http://www.keajaibanalquran.com