Sabtu, 04 Mei 2013

Perjalanan Malam (Bagian 1)

Perjalanan malam. Mungkin ini kata yang tepat untuk memulai tulisanku kali ini. Di sini aku akan bercerita panjang lebar tentang kegitan dan seluk beluk aktivitas yang ku lewati malam itu. Aku juga ingin menceritakan hal-hal yang sempat membuatku takjub, dan sedikit mengungkapkan mengapa malam (lail, dalam bahasa arab-pen) begitu di"muliakan" dalam Islam, bahkan Allah subhanahu wa ta'ala sering mengawali firman-Nya dengan bersumpah, Demi Malam" atau Wal Laily dlm bahasa arabnya. 

Di suatu malam tepatnya di minggu pertama bulan jumadil akhir 1434 H, seperti biasa aku dan sohibku (panggil saja Az), akan menghadiri agenda pengajian rutin mingguan. Kala itu, aku berangkat tidak tepat pada waktunya, mengingat agenda kami ialah agenda spesial dan cukup santai, wisata kuliner bersama rekan-rekan pengajianku. Malam itu aku berangkat sendirian dengan mengendarai sepeda motor, bermodal bensin full tank dan cuaca malam yang cukup bersahabat, aku pun segera melaju menuju "markas" orang-orang soleh. Markas yang menjadi pusat berkumpulnya para aktivitis dakwah di kota kecilku. 

Biasanya aku berangkat berdua dengan temanku. Namun, karena malam itu dia ada kegiatan lain jadi kami tidak bisa berangkat berbarengan. Tepat jam 8 lewat 20 menit, kami telah berkumpul di markas. Duduk-duduk sebentar, mengobrol dan bercanda, sembari menunggu bendahara kelompok kami datang. Maklum, malam itu agenda kami membutuhkan dana yang cukup besar. Tiga puluh menit kemudian, sekitar pukul 8 malam lewat 55 menit bendahara pun datang sambil menjelaskan alasan keterlambatannya, dan tanpa menunggu lama kami langsung berangkat ke tempat "wisata kuliner" yang telah kami rencanakan di minggu sebelumnya, di depan SMA swasta terkemuka di kotaku. 

Acara pun dimulai ketika makanan yang di pesan telah terhidang di depan kami. Sambil melanjutkan santap malam dan sesekali bercanda bersama teman2, kami melahap habis makanan yang di hidangkan. Penuh rasa ukhuwah dan kebersamaan. Selesai dari tempat itu, kami pun melanjutkan perjalanan malam itu ke sebuah masjid, yang terletak di jln. kemang 1 sekitar 500 meter dari lokasi wisata kuliner. Kami ingin melengkapi wisata kuliner malam itu dengan mengikuti acara Mabit yang di adakan oleh salah satu kelompok dakwah di masjid tersebut. Sekedar untuk di ketahui, Mabit adalah Malam Bina Iman dan Taqwa, pada malam itu ruhiyah atau pemahaman akan ilmu agama kita benar-benar di bina, di isi dengan kegiatan2 islami, mulai dari ceramah agama, bangun malam utk qiyyamullail dan shalat subuh berjamaah. 

Kembali ke cerita awal, sesampainya di sana aku dan teman-teman segera memarkirkan kendaraan kami di halaman masjid. Dari luar, aku melihat jauh ke dalam masjid melalui kaca jendela masjid yang transparan, aku melihat seorang ustadz muda mengenakan kopiah hitam dan baju koko putih sedang berdiri menyampaikan ceramah di hadapan puluhan kader dakwah yang hadir di acara itu. Rupanya acara telah berjalan lebih dulu sebelum kami tiba. Materi yang ku ingat di sampaikan oleh sang ustadz pada malam itu bertema tentang kematian. Namun sayang, pada waktu kami tiba ustadz telah selesai menyampaikan ceramahnya dan di lanjutkan ke sesi diskusi (tanya jawab). 

Sekitar pukul 22.30 malam itu, sesi diskusi pun di tutup, dan para peserta mabit di bolehkan melakukan aktivitasnya masing-masing. Pukul sebelas malam para peserta sudah terlihat berbaring di lantai-lantai masjid beralaskan karpet merah, ada yang sudah tertidur namun sebagian ada yang masih kelihatan mengobrol, bercerita seputar kegiatan sehari-hari, seperti yang di lakukan temanku az bersama temannya yang lain. 

Sementara aku sendiri masih belum bisa memejamkan mata, aku hanya tertegun dan takjub melihat bulan dari balik kaca masjid yang begitu indah terlukis di langit biru malam itu.Tepat di samping bulan terdapat banyak bintang yang bertebaran. Mereka ibarat pecahan intan yang berhamburan memenuhi langit. Gumpalan awan tipis berwarna hitam tampak bergelayut di bawah bulan, seolah tak mau ketinggalan menghiasi indahnya langit malam itu. Subhanallah.. maha suci Engkau ya Allah yang menciptakan bumi dan alam semesta.. Kami hanyalah butiran debu di hadapan-Mu. (Bersambung)