Minggu, 16 Juni 2013

Harmoni Alam (Bagian 2-Habis)

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.05 WIB. Aku pun bersiap untuk berangkat ke masjid, ketika azan mulai berkumandang. Perlahan aku mulai melangkahkan kaki, setapak demi setapak. Ku lihat langit maghrib itu nampak cerah. Awan-awan tipis tampak menyebar dan membentuk formasi indah di atas cakrawala, jejak sinar mentari yang mulai tenggelam masih melekat di perut-perut awan menyisakan warna jingga yang berpadu dengan wana biru cakrawala yang mulai di selubungi oleh gelapnya malam. Sepertinya cuaca sangat bersahabat, tidak ada tanda-tanda awan mendung yang bersemayam di langit. Aku pun terus berharap, semoga cuaca nanti malam cerah dan kami bisa berkumpul di agenda rutin pengajian mingguan.

Sepulang dari masjid aku melakukan rutinitas seperti biasa hingga jam menunjukkan pukul 19. 45 WIB. Aku segera menyiapkan segala sesuatu yang akan ku bawa ke pengajian malam itu. Mulai dari Qur'an, buku catatan, dan tak ketinggalan kado yang sudah di bungkus sedemikian rupa untuk acara inti. Oh ya aku ingin sedikit menjelaskan, mengapa di adakan acara tukar kado ? apakah ada yang berulang tahun ? Tenyata tidak. Hal ini dilakukan untuk mengaplikasikan anjuran dari Rasulullah shallallahu 'alaihi was salam untuk saling memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana  yang tersebut dalam hadis riwayat Bukhari. Rasulullah shallallahu 'alaihi was salam bersabda; "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai."

Berhubung tempat kami mengadakan pengajian adalah di rumah salah seorang teman yang berlokasi di daerah yang cukup jauh dan sedikit terpencil, maka aku mulai menghubungi beberapa teman untuk berbarengan pergi ke lokasi yang di tuju. Suasana alam malam itu amat bersahabat. Cuaca langit begitu cerah, bulan purnama tampak utuh terlukis indah di atas langit, awan-awan hitam hanya sedikit yang menampakkan diri, angin pun berhembus pelan, yang menandakan tidak akan turun hujan. Bintang-bintang hanya sedikit yang nampak, mungkin karena cahaya mereka "termakan" oleh terang sinar bulan malam itu. Aku pun segera menarik laju kuda besi menuju persimpangan Rca, tempat aku dan teman-teman berjanji bertemu, sebelum berangkat ke tempat tujuan.

Sekitar pukul 20.10 WIB, aku telah tiba disana. Dari kejauhan aku melihat, akh (bahasa arab-artinya saudara, -pen) farhur telah tiba lebih dahulu. Akh fahrur adalah salah satu rekan pengajianku, beliau berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar  Islam terkemuka di kotaku. Perawakannya sedang, dengan wajah dihiasi cambang dan janggut yang tumbuh rapi di sekitar dagu dan tepi wajahnya, pria kelahiran tanah Jawa ini telah menunggu lebih kurang lima menit sebelum aku tiba. Akupun menepikan motor di depan salah satu toko baju yang ada di simpang itu. Kami pun mengobrol sejenak, sambil menunggu temanku yang satu lagi akan tiba, akh ican. Beliau juga seorang guru muda dan mengajar di Sekolah dasar yang sama dengan akh fahrur. Sepuluh menit berselang beliau sudah tiba. Kami pun segera berangkat bersama menuju rumah akh tama, tempat kami mengadakan pengajian malam itu.

Rumah yang terletak cukup jauh, melewati jalan berkelok dan naik turun tebing. Mungkin karena berada di lokasi yang secara geografis terdiri dari daerah perbukitan. Sekitar pukul 20.40 WIB kami telah tiba di rumah yang di tuju. Disana tampak beberapa teman telah lebih dahulu tiba, kami pun memarkirkan motor di halaman depan rumahnya. Rumah bedeng yang berada di tepi jurang, dimana di bawah jurang tersebut terdapat aliran sungai kelingi. Jika di lihat dari sudut pandang berbeda, lokasi rumah ini cukup nyaman, karna menyatu dengan nuansa hutan yang masih alami. Kami pun segera berkumpul di ruang tengah, dan memulai acara pengajian malam itu.

Pengajian di buka oleh temanku yang bertindak sebagai MC. Lantunan ayat-ayat qur'an mulai menggema ketika kami membaca qur'an (tilawah) secara bergiliran. Selesai tilawah, acara pun dilanjutkan dengan pengumpulan infaq, setiap anggota kelompok menyisihkan uang seikhlasnya untuk di kumpulkan dan masuk ke dalam kas kelompok pengajian kami, setelahnya baru masuk ke acara inti penyampaian materi oleh murrobbi (guru). Berhubung jarak antara penulisan kisah ini dengan momen tersebut cukup jauh, materi pun tidak bisa saya jabarkan di sini. :-). Selesai penyampaian materi, kami masuk ke acara berikutnya, tukar kado.

Masing-masing anggota mengeluarkan kado yang telah mereka siapkan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk kotak agak besar, ada yang seukuran kotak jam, dan berbagai macam rupa lainnya, dan tentu telah di bungkus dengan kertas kado dengan warna beragam. Supaya adil dan tidak bisa memilah mana kado yang akan di dapatkan, kami pun membuat nomor untuk setiap kado, dan selanjutnya di guncang seperti layaknya arisan. Qodarullah, aku mendapatkan kado berisi buku berjudul Panduan Lengkap Perjalanan Haji dan Umroh. Saya anggap itu sebagai salah satu doa agar Allah berkenan memberangkatkanku mengunjungi tanah suci-Nya, dan ku lihat teman-teman yang lain pun mendapat kado beragam. Sepasang kaos kaki ber-merk, buku panduan mengasuh bayi, dan lain-lain. Malam itu pun di penuhi dengan gelak tawa yang cukup hangat, ketika melihat temanku yang masih lajang mendapatkan buku yang seharusnya dimiliki oleh pria yang sudah beristri. Setelah serangkaian acara selesai di laksanakan, tuan rumah menyajikan berbagai macam makanan seperti pisang goreng, pempek, dan lain-lain untuk kami santap bersama, hingga jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Kami pun pamit, dan pulang ke rumah masing-masing.