Senin, 20 Juli 2009

Kita Harus Berjuang !

Perjuangan tidak mengenal batas. Apa saja yang kita berikan untuk kebaikan adalah berjuang. Perjuangan adalah nafas dan naluri kehidupan setiap hari. Kita memang harus berjuang, karena di sanalah habibat kemanusiaan dan ke¬musliman kita....

----------
Kita Harus Berjuang

Kota suci Makkah, awal masa kenabian. Ruas-ruas waktu serasa berjalan sangat lamban, seakan turut mengeja duka yang dirasa Rasulullah atas kebengisan orang-orang Quraisy. Seperti hari itu, Rasulullah sedang shalat di sekitar Ka'bah. Sementara Abu Jahal dan kawan-kawannya duduk-duduk memandangi Rasulullah. Mereka saling berseloroh, "Siapa yang berani mengambil isi perut onta dari si fulan lalu menimbunkannya ke atas pundak Muhammad ketika is sujud?" Maka pergilah salah seorang mereka mengambil isi perut onta itu. Ketika Rasulullah sujud, secepatnya is timbunkan kotoran itu ke punggungnya.

Rasulullah terus sujud. Sementara orang-orang kafir yang najis itu terpingkal-pingkal dan saling memandangi satu sama lain. Rasulullah tidak mengangkat sujudnya. Hingga Fatimah, putri tercintanya datang membersihkan kotoran itu. Rasulullah segera bangkit, lalu menengadahkan do'a. "Ya Allah balaslah orang-orang Quraisy itu."
Di kali lain, Rasulullah berjalan di lorong Mak¬kah. Tiba-tiba orang-orang Quraisy mengguyurkan tanah ke atas kepalanya. Rasulullah bergegas pulang. Setibanya di rumah, putri tercintanya mena¬ngis melihat apa yang dialami ayahnya. la lantas membersihkan tanah itu. Rasulullah menghibur putrinya, 'Wahai anakku, janganlah engkau mena¬ngis. Sesungguhnya Allah melindungi ayahmu."

Kisah di atas bukan sekadar penggalan sirah Rasulullah yang mulia. Lebih dari itu, is juga sebuah sikap. Bahkan sebuah deklarasi yang menjelaskan kepada kita, bahwa perjuangan –dalam konteks apapun– selalu berat.
Kali pertama agama ini diturunkan, ia diturunkan dalam garis dan rel perjuangan. Sebagaimana para Rasul sebelumnya harus berjuang keras menyampaikan wahyu kepada kaum mereka. Sebagian dari mereka terbunuh, sebagian besar lainnya dilecehkan, dianiaya, disiksa dan diusir. Agama ini memang tidak tegak dalam sekejap. Tidak juga teguh dengan biaya murah.

Berjuta-juta jiwa gugur dan tertanam di bumi. Berjuta-juta nyawa pulang ke hadapan Allah. Berjuta-juta tubuh bergelimang darah dan air mata. Berjuta jiwa tercekam, terusir, terasing, terpinggirkan, bahkan tenlindas arogansi orang-orang yang dzalim. Semuanya demi tegaknya agama Islam. Dengan jelas Allah berfirman, "Apakah kamu me¬ngira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (QS. AI-Baqarah: 214).

Ketegaran Rasulullah juga memberi penega¬san lain. Bahwa perjuangan tidak saja soal berat dan bebannya. Tapi juga sebuah ekspektasikeba¬hagiaan jiwa. Artinya, perjuangan yang benar akan memberi samudera bahagia di tengah mata air derita. Memberi makna keberartian di tengah peminggiran dan pengusiran. Memberi rasa pengharapan dan kepasrahan mendalam kepada Allah di tengah penindasan dan kesewenang¬wenangan. Sekali lagi, perjuangan adalah sungai bahagia yang menganak panjang. Hulunya adalah janji dan jaminan Allah. Hilirnya adalah kemenang¬an dan peneguhan.

Itulah rahasia terbesar para pejuang. Sekaligus argumen terkuat mengapa perjuangan selalu melahirkan orang-orang perkasa, tegar, kokoh, meski ada juga orang-orang munafik yang mendompleng.
Maka, dengan sangat terang kita bisa merasakan betapa di tengah segala kegilaan orang-orang Quraisy itu, Rasulullah tetap tegar. Karenanya, keti¬ka sekelumit kegamangan mampir dalam diri saha¬bat, Rasulullah dengan penuh kasih menghibur mereka. Rasulullah lantas mengisahkan bagai¬mana para pendahulu mereka juga menghadapi hal yang sama, disiksa, dianiaya, dibunuh, atau dikubur hidup-hidup. 'Tetapi siksaan-siksaan itu tidak menggoyahkan tekad mereka untuk mem¬pertahankan agama," jelas Rasulullah. Kemudian ia menambahkan, "Demi Allah, Allah pasti akan mengakhiri semua persoalan ini, sehingga orang berani berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut tanpa rasa takut kepada siapapun selain Allah, dan hanya takut kambingnya disergap serigala. Tetapi kalian tampak buru-buru."

Di sisi lain, Rasulullah juga harus berjuang di jalur kehidupannya yang wajar sebagai manusia di dunia. Menambal bajunya sendiri, mencari naf¬kah untuk keluarganya, dan membantu istrinya di rumah. Rasulullah tidak saja tegar di medan da'wah, tapi juga tegar dalam mencintai umatnya, sahabat¬sahabatnya, anak-anak dan juga istrinya. Maka, ketika istri-istrinya pada suatu hari meminta kenai¬kan nafkah, Rasulullah pun sedih dan haws berju¬ang menyelesaikan urusan duniawi tersebut. Berju¬ang meluluhkan hati para istrinya. Hingga akhimya mereka ridha dengan apa yang telah diberikan Rasulullah.

Itu menunjukkan sisi lain dari sebuah perjuangan. Bahwa hidup di dunia ini juga dilahirkan di atas rel perjuangan: perjuangan untuk hidup. Perjuangan untuk memenuhi hak¬hak orang lain. Perjuangan untuk hidup di atas jalan yang lurus sesuai aturan Allah. Perjuangan untuk melawan godaan hawa nafsu dan rayuan syetan. Perjuangan untuk mengejar kehendak dan cita-cita. Termasuk, perjuangan untuk me¬nyambung hidup itu sendiri, dengan nafas-na¬fas dunia dan pengharapan kepada hari akhirat.

Setiap kita punya cara sendiri untuk hidup. Itu tak soal. Di jalan-jalan raya yang keras, di kantor-kantor megah yang sejuk, di kampus¬-kampus yang gegap gempita, di tengah samudera yang bergelombang, di sawah-sawah dan ladang-ladang yang tenang, di rumah-rumah yang pengap maupun lapang, di batik deru mesin-mesin industri yang bising, di dalam lorong panjang pertambangan yang men¬cekam, setiap hari, setiap waktu, setiap orang menyambung nafas-nafas kehidupannya. Ada berjuta cara untuk hidup. Tetapi, perjuangan hanya kosakata untuk cara hidup yang lurus. Perjuangan hanya bahasa untuk pengorbanan yang benar. Maka, menyambung hidup dengan cara kotor, licik, dan kerdil sama sekali bukan perjuangan. Sampai pun bila hidup secara kotor lebih melelahkan dan lebih memakan pengor¬banan.

Hidup adalah perjuangan, dalam konteks dunia maupun akhirat, dalam kepentingan agama maupun kepentingan kemanusiaan. Membangun sarana pendidikan adalah ber-juang, menyantuni anak-anak yatim, mencari nafkah, menyayangi dan mendidik anak-anak, mendirikan tempat-tampat pengobatan gratis, menyuarakan kebenaran dihadapan penguasa, meninggikan syiar agama adalah berjuang.
Perjuangan tidak mengenal batas. Apa saja yang kita berikan untuk kebaikan adalah berjuang. Perjuangan adalah nafas dan naluri kehidupan setiap hari. Kita memang harus berjuang, karena di sanalah habibat kemanusiaan dan ke¬musliman kita. Karena di sanalah tempat kita menabung, untuk dipanen anak cucu kita sebagai amal jariyah, atau kita panen sendiri di akhirat kelak sebagai amal kebaikan.
sumber : www.oaseislam.com

Kisah Pemudi Yahudi Yang Memeluk Islam

Pada suatu malam tepatnya ketika menjelang pagi, terbersit keinginan untuk bunuh diri untuk meng-akhiri kegalauan ini. Aku berada di dalam ruangan yang tak bermakna. Hujan yang deras, gulungan awan yang tebal seakan memenjarakanku. Apa yang ada di sekitarku seolah ingin membunuhku....
----------

Wahai saudara-saudaraku! Agama ini merupakan sebuah agama yang agung. Jika ada seseorang yang mendakwahkannya dengan lurus dan benar maka jiwa yang suci pasti akan menerimanya, walau apapun agama yang sedang ia anut atau dari bangsa manapun ia berasal. Dalam kisah ini, penulis kisah yang telah kami pilihkan untuk kalian dari jaringan internet berkata, teman wanita pemudi itu berkata, "Aku melihat wajahnya berseri-seri di dalam sebuah masjid yang terletak di pusat kota kecil di Amerika, sedang membaca al-Qur'an yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Aku ucapkan salam kepadanya dan ia membalasnya dengan iringan senyum. Kami pun membuka obrolan dan dalam waktu singkat kami menjadi dua orang sahabat yang sangat akrab.

Pada suatu malam, kami bertemu di tepi sebuah danau nan indah. Di sanalah ia menceritakan kisah keislamannya. Mari kita simak kisah tersebut.

Ia berkata, "Aku hidup dalam rumah tangga Amerika penganut agama Yahudi yang berantakan. Setelah ayah dan ibuku bercerai, ayahku menikah dengan wanita lain. Ibu tiriku ini sering menyiksaku. Pada usia 17 tahun aku lari dari rumah dan pergi dari satu negara bagian ke negara bagian lain. Di sana aku bertemu dengan seorang pemudi Arab mereka (sebagaimana yang ia ceritakan) adalah teman tempat pelarianku yang sangat baik. Mereka semua tersenyum padaku kemudian kami menyantap hidangan makan malam. Akupun ikut melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Setelah menyantap hidangan, aku lang-sung kabur, karena aku tidak suka persahabatan seperti ini. Ditambah lagi aku tidak menyukai bangsa Arab.

Hidupku yang sengsara tak pernah merasa tenang, selalu dirundung kegelisahan. Aku mulai mendalami agama dengan tujuan ingin mendapatkan ketenangan rohani dan kekuatan moril dalam menjalani kehidupan. Namun semua itu tidak aku dapati dalam agama Yahudi. Ternyata agama ini hanya menghormati kaum wanita namun tidak menghormati hak asasi manusia dan sangat egois. Setiap mengajukan suatu pertanyaan aku tidak mendapatkan jawaban. Lalu aku berpindah ke agama Nasrani. Ternyata dalam agama ini banyak pertentangan yang sulit diterima akal dan hanya menuntut kita agar menerimanya. Berkali-kali aku tanyakan bagaimana mungkin Tuhan membunuh anakNya? Bagaimana cara ia melahirkan? Bagaimana mungkin kita mempunyai tiga Tuhan sementara satu pun tidak ada yang dapat kita lihat? Lalu aku bertekad untuk meninggalkan semua itu. Namun aku yakin bahwa alam ini pasti ada yang menciptakan. Setiap malam aku selalu berpikir dan berpikir hingga pagi menjelang.

Pada suatu malam tepatnya ketika menjelang pagi, terbersit keinginan untuk bunuh diri untuk mengakhiri kegalauan ini. Aku berada di dalam ruangan yang tak bermakna. Hujan yang deras, gulungan awan yang tebal seakan memenjarakanku. Apa yang ada di sekitarku seolah ingin membunuhku. Pepohonan memandangku dengan pandangan sinis, siraman air hujan mengalunkan irama kebencian. Kupandang dari balik jendela, di dalam sebuah rumah terpencil. Aku merasa diriku rendah di hadapan Allah.
Ya Tuhanku! Aku tahu Kau ada di sana. Aku tahu Kau menyayangiku. Aku seorang terpenjara, hambaMu yang lemah, Tunjukilah jalan yang harus kutempuh, Ya Tuhanku! berilah aku petunjuk! Atau cabut saja nyawaku. Aku menangis tersedu-sedu hingga tertidur.

Pada pagi hari aku bangun dengan ketenangan hati yang belum pernah aku rasakan. Seperti biasa aku keluar mencari rizki dengan harapan semoga ada yang mau memberiku sarapan, atau mengambil upah dengan mencuci piringnya. Di sanalah aku bertemu dengan seorang pemuda Arab kemudian aku berbincang-bincang dengannya cukup lama. Setelah sarapan, ia memintaku untuk datang ke rumahnya dan tinggal bersamanya, lalu aku pun ikut dengannya. Ketika kami sedang menyantap makan pagi, minum dan bercanda, tiba-tiba muncul seorang pemuda berjenggot yang ber-nama Sa'ad. Nama tersebut aku ketahui dari temanku yang sambil terkejut menyebut nama pemuda itu. Pemuda itu menarik tangan temanku dan menyuruhnya keluar. Tinggallah aku sendirian duduk gemetar. Apakah aku sedang berhadapan dengan seorang teroris? Tetapi ia tidak melakukan sesuatu yang menakutkan, bahkan ia memintaku dengan lemah lembut agar aku kembali ke rumahku. Lalu aku katakan kepadanya bahwa aku tidak punya rumah. Ia memandangku dengan perasaan terharu.

Kesan ini dapat aku tangkap dari mimik wajahnya. Kemudian ia berkata, 'Baiklah, kalau begitu tinggallah di sini malam ini, karena di luar cuaca teramat dingin dan pergilah besok. Kemudian ambil uang ini semoga bermanfaat sebelum kamu mendapat pekerjaan.' Ketika ia hendak pergi aku menghadangnya lalu aku ucapkan terima kasih. Aku katakan, 'Tetaplah di sini dan aku yang akan keluar, namun aku harap engkau menceritakan apa yang mendorongmu melakukan ini terhadap aku dan temanmu. Ia lalu duduk dan mulai bercerita kepadaku sementara matanya memandang ke bawah. Katanya, 'Sebenarnya yang mendorongku berbuat seperti itu karena agama Islam melarang melakukan segala yang haram, seperti berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahram dan meminum khamar. Islam juga mendorong untuk berbuat baik terhadap sesama manusia dan menganjurkan untuk berakhlak mulia.' Aku merasa heran, apakah mereka ini yang disebut teroris? Tadinya aku mengira mereka selalu membawa pistol dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Demikian yang aku dapatkan dari media massa Amerika.

Aku katakan, 'Aku ingin mengenal Islam lebih dalam, dapatkah engkau memberitahukannya kepadaku?' Ia berkata, "Aku akan bawa kamu ke sebuah keluarga muslim yang taat dan kamu dapat tinggal di sana. Aku tahu mereka akan mengajarkan sebaik-baik pengajaran kepadamu." Kemudian pemuda itu membawaku pergi. Pada jam 10 aku sudah berada di rumah tersebut dan mendapat sambutan hangat. Lalu aku mengajukan beberapa pertanyaan sedang Dr. Sulaiman sebagai kepala rumah tangga menjawab pertanyaan tersebut sampai aku merasa puas. Aku merasa puas karena aku telah mendapatkan jawaban pertanyaan yang selama ini aku cari. Yaitu agama yang terang dan jelas yang sesuai dengan fitrah manusia. Aku tidak mengalami kesulitan dalam memahami setiap apa yang aku dengar. Semuanya merupakan kebenaran. Ketika mengumumkan keislamanku, aku merasa adanya sebuah kebangkitan yang tiada tara.

Pada hari kebangkitanku itu atas kesadaranku sendiri aku langsung memakai cadar. Tepat jam 1 siang Sayyidah (Nyonya Sulaiman) membawaku ke sebuah kamar yang terbaik di rumah itu. Ia berkata, 'Ini kamarmu, tinggallah di sini sesuka hatimu.' Ia melihatku tengah memandang ke luar jendela. Aku tersenyum sementara air mata berlinang membasahi pipiku. Ia bertanya mengapa aku menangis. Aku ja-wab, 'Kemarin pada waktu yang sama aku berdiri di balik jendela merendahkan diri kepada Allah.'

Aku berdo'a, 'Ya Tuhanku! Tunjukilah aku jalan kebenaran, atau cabut saja nyawaku.' Sungguh Allah telah menunjukiku dan memuliakanku. Sekarang aku adalah seorang muslimah bercadar dan terhormat. Inilah jalan yang aku cari, inilah jalan yang aku cari. Sayyidah memelukku dan ikut menangis bersamaku'."
sumber : www.oaseislam.com

Panjang Angan-Angan

Ada empat perkara yang mendatangkan kerugian, yaitu: mata yang tak pernah menangis, hati yang keras, panjang angan-angan, dan rakus terhadap dunia.
Panjang angan-angan akan melahirkan sifat malas berbuat taat dan menunda-nunda taubat, berambisi mengejar dunia, lupa terhadap akhirat, dan hati yang keras. Karena hati yang lembut dan bersih terlahir dengan banyak mengingat kematian, kubur, pahala, siksa, dan kedahsyatan hari kiamat. “…Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras…” (QS. al-Hadid : 16)

Atau sebuah hadits riwayat Bukhari dalam ar-Riqaaq, “Hati orang tua menjadi muda karena dua hal, cinta dunia dan panjang angan-angan.”
Hasan al-Bashri rahimahullah pun pernah berkata, “Yaitu syaithan memanjangkan angan-angan mereka dan menjanjikan bagi mereka umur yang panjang.”

Terapinya? Ingat mati, kubur, pahala, siksa, dan kedahsyatan hari kiamat. Sesungguhnya perkara-perkara itu akan membangunkan kita dari kelalaian. Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Jika engkau berada di sore hari janganlah tunggu sampai datang pagi. Jika engkau berada di pagi hari janganlah tunggu sampai datang sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang masa sakit. Pergunakanlah kesempatan hidupmu sebelum datang kematian.”

Terapi kedua adalah segera beramal shalih. “Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara, tidaklah yang kalian tunggu itu selain kefakiran yang melalaikan, kekayaan yang menyombongkan, penyakit yang merusak, usia tua yang melemahkan, kematian yang melenyapkan, kedatangan Dajjal sejahat-jahat yang dinantikan atau hari kiamat, dan hari kiamat itu sangat pedih dan sangat pahit.” (HR. at-Tirmidzi dalam az-Zuhd)

Orang yang membatasi angan-angannya akan sedikit kesedihan dan akan bersinar hatinya.

Hai orang-orang yang sibuk dengan dunianya
Ditipu oleh angan-angan kosong
Sementara kematian datang sekonyong-konyongnya
Kubur akan menjadi kotak amal
Sesungguhnya dunia ibarat bayangan yang akan hilang
Atau seperti tamu yang bermalam dan akan segera pergi

penulis : Andita SB
dikutip dari : www.sobat-muda.com

Saat Shalat Sangat Cepat bag.1

Siapapun takkan ada yang menyangkal bahwasanya bagi setiap muslim memiliki kewajiban kepada penciptanya. Kewajiban tersebut berupa penyembahan atas Rabbnya sesuai dengan apa-apa yang Rabbnya tersebut syariatkan. Salah satu diantara keawajiban bagi seorang hamba ialah shalat, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam :

Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya..........(HR.Muslim)

Shalat merupakan syariat Islam yang merupakan perintah dari Allah, melalui perantara malaikat Jibril tersebut maka shalat dimasukkan kedalam rukun Islam yang kedua, sebagaimana pernah diketahui dalam pelajaran agama disetiap jenjang pendidikan formal di negeri tercinta Indonesia ini. Bahkan sejak jenjang pendidikan tingkat awal dalam kehidupan manusia di negeri ini. Mereka para anak-anak TK telah diwajibkan oleh gurunya untuk menghafalkan rukun Islam. Telah banyak penjelasan dari masa seseorang kecil hingga mencapai usia tuanya tentang shalat.

Shalat bagi setiap mukmin adalah kondisi yang tenang dan sempurna kesemua rukunnya, setiap manusia memiliki tuntutan dalam beribadah dengan dua sendi. Sendi pertama ialah hendaklah ibadah tersebut dilaksanakan diatas dasar keikhlasan; yakni menafikan (meniadakan) perkara-perkara lain saat beribadah tersebut melainkan hanya karena Allah dan hanya berharap Allah yang membalas amalan ibadahnya tersebut. Sedangkan yang kedua ialah mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam dalam melaksanakannya dan tata caranya. Ibadah jika terlepas dari dua konsekuensi tersebut maka tidak diterima.

Jika dalam buang air saja Rasululah shalallahu ‘alayhi wa sallam telah mengajarkan tata caranya secara sempurna dan mudah, maka dengan hal besar termasuk shalat pun tentulah Rasulullah telah mengajarkannya dengan penuh kesempurnaan. Beliau shalallahu ‘alayhi wa sallam telah mengajarkan urutan tata tertibnya, rukunnya, syaratnya, dan hal-hal yang melengkapi dalam shalat itu sendiri. Bahkan beliau pun berpesan dalam perkatannya dari Malik bin Huwairits radhiyallohu anhu, “shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)

Bagi setiap hamba Allah hendaknya melaksanakan shalatnya dengan sepenuh hati, sesuai sunnah Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam. Dipenuhi dengan ketenangan hati dan kekhusyuan sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya,” (QS. Al Mukminun : 1-2)

Terkadang seorang muslim hanya mendapatkan pahala shalatnya tidak sepenuhnya dalam keadaan sempurna pahalanya, hal ini disebabkan mungkin shalatnya tersebut tidak dilaksanakan dengan kekhusyu’an yang berkurang, sunnah-sunnah yang tidak dilaksanakan secara sempurna, dan berbagai macam hambatan lainnya. Sebagaimana Rasulullah shalallahu ‘alayhi wa sallam dari Ammar bin Yassir radhiyallohu anhu, “Sesungguhnya seseorang selesai melakukan shalat sedangkan pahala shalatnya itu tidak didapatkannya kecuali sepersepuluhnya, atau sepersembilannya, seperdelapannya, atau sepertujuhnya, atau seperenamnya, atau seperlimanya, atau seperempatnya, atau sepertiganya, atau setengahnya.” (Hadist Hasan, dalam Shahih Targhib wa Tarhib oleh Asy Syaikh Al Albani. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasaa’i dan Ibnu Hibban.).

Written by Rizki Aji
www.sobat-muda.com

Iblis Datang Dari Muka, Belakang, Kanan, dan Kiri Kita

Di dalam Al Qur'an, akan kita dapati sebuah rekaman dialog antara Allah dengan iblis yang dihukum oleh Allah. Dalam dialog tersebut, iblis bersumpah, bersumpah untuk selalu menyesatkan manusia. Hal tersebut terekam dalam surat Al A'raf ayat 16-17 berikut ini:

"Iblis menjawab: 'Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta'at).'" (QS. Al A'raf : 16-17)
Teman, dari ayat Al Quran di atas dijelaskan bahwa Iblis akan selalu menghalang-halangi kita dari jalan yang lurus. Caranya, dia akan mendatangi kita dari muka, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri kita. Lalu apa maksud dari keempat penjuru itu?

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah SWT dalam surat Al-A'raf ayat 17 di atas adalah:

"Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka": Iblis akan membuat manusia ragu akan permasalahan akhirat (Min baini Aidihim),

"dan dari belakang mereka": membuat mereka cinta kepada dunia (Wa Min Kholfihim),
"dari kanan": urusan-urusan agama akan dibuat tidak jelas (Wa 'An Aimaanihim)
"dan dari kiri mereka": dan manusia akan dibuat tertarik dan senang terhadap kemaksiatan (Wa 'An Syama'ilihim).

Lalu timbul pertanyaan di benak kita, mengapa iblis tidak mendatangi kita dari atas dan dari bawah kita? Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah tafsir Al Qur'an berikut ini:

Al-Fakhrur-Razy dalam tafsirnya berkata: "Diriwayatkan bahwa ketika Iblis mengatakan ucapannya tersebut, maka hati para malaikat menjadi kasihan terhadap manusia mereka berkata: "Wahai Tuhan kami, bagaimana mungkin manusia bisa melepaskan diri dari gangguan syaitan?" Maka Allah berfirman kepada mereka bahwa bagi manusia masih tersisa dua jalan: atas dan bawah, jika manusia mengangkat kedua tangannnya dalam do'a dengan penuh kerendah-hatian atau bersujud dengan dahinya di atas tanah dengan penuh kekhusyu'an, Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka" (At-Tafsir Al-Kabir V/215)

Dalam tafsir yang lain juga dikatakan bahwa Iblis tidak mendatangi kita dari atas, karena rahmat turun kepada manusia dari atas (Tafsir Ibnu katsir III/394-395)
Ikhwah fillah, iman adalah senjata kita. Berdoalah, mari sama-sama kita berlindung kepada Allah atas segala godaan syaithan yang terkutuk. (hdn)

sumber : hudzaifah.org

19 Tips Khusus untuk Dakwah Fardhiyah

Dalam berdakwah fardhiyah, ada beberapa tips yang bisa kita ikuti agar dapat memperoleh hasil yang optimal. Dalam artikel ini, dipaparkan 19 tips khusus untuk dakwah fardhiyah.

1. Giat dan sungguh-sunggguhlah dalam beramal, serta melakukan pengecekan dan evaluasi secara rutin agar dapat meneruskan perjalanan dakwah dengan tenang dan sukses.

2. Mereka yang menjalankan Dakwah Fardiyah sebaiknya diarahkan dan diberi bimbingan dalam hal metode, pengertian-pengertian, dan urutan tahapan-tahapan dakwah.

3. Membantu aktivitas dakwah mad’u , mungkin dapat diberikan ketika acara liqa’at ‘pertemuan-pertemuan’ dengan penjelasan materi, keterangan, dan penegasan mengenai nilai-nilai tertentu.

4. Tujuh tahapan di atas harus terwujud dan terbentuk dalam jiwa mad’u secara bertahap. Menyalahi urutan tahapan berdakwah dapat menyebabkan penolakan mad’u terhadap pesan-pesan dakwah. Perlu diperhatikan bahwa setiap tahapan yang dilalui bergantung pada tahapan sebelumnya dan sejauh mana penerimaan terhadapnya. Contohnya, bila seorang mad’u belum punya kesadaran tentang kewajiban memikul tanggung jawab sosial dan memahami betapa sebuah jamaah itu diperlukan sebagai wahana menjalankan tanggung jawab tersebut, maka ia tidak mungkin bersedia menerima keberadaan sebuah jamaah, apalagi bergabung bersamanya.

5. Jangan sampai hanya karena ingin mad’u sampai pada tahapan yang lebih tinggi, menjadikan bertindak gegabah dan tergesa-gesa meningkatkannya, padahal ia belum mempunyai keyakinan dan penerimaan yang sempurna terhadap setiap tahapan yang dilalui. Hal ini dilakukan sebagai langkah preventif terhadap kemungkinan apabila mad’u berbalik arah karena keragu-raguan dalam hatinya.

6. Sebaiknya dialog dan perbincangan seputar tujuh tahapan tersebut dilakukan dengan intensif, begitu juga pembicaraan mengenai berbagai dalil dan berbagai faktor yang dapat membuat mad’u puas. Hal ini sangat memudahkan seseorang yang akan menjalankan Dakwah Fardiyah.

7. Jalan dakwah harus benar-benar “bersih”, bersih seluruh prasyaratnya dan persangkaan negatif, bersih seluruh amal islaminya dari syubhat, bersih sarana dan prasarananya dari najis, dan tentunya juga bersih para pengembannya dari maksiyat. Sehingga tidak ada lagi kesan keragu-raguan dalam jiwa mad’u.

8. Seluruh kebaikan dan keberuntungan yang diraih oleh orang yang menerima dakwah harus ditonjolkan, begitu juga bahaya besar yang mengancam orang yang menolak seruannya. Metode targhib dan tarhib ‘membangkitkan rasa harap pada pahala dan rasa takut terhadap siksa’ mungkin akan sangat berkesan bagi mad’u.

9. Sesama aktivis dakwah seharusnya bahu-membahu, nasihat-menasihati, dan bersama-sama memikirkan masalah dan solusi terhadap problematika di jalan dakwah. Misalanya, dengan saling membagi pengalaman di medan dakwah.

10. Selama dalam tahapan-tahapan tersebut, perlu dibekali dengan buku-buku, risalah-risalah, majalah-majalah, atau apa saja yang dapat diberikan kepada mad’u. disamping itu, perlu juga memberi beberapa pertanyaan kepada mad’u sehingga perkara yang kurang jelas dapat diketahui dan diberi penjelasannya.

11. Seorang mad’u yang sudah siap dan telah mampu menjalankan dakwah fardiyah, sepatutnya dianjurkan untuk segera melakukannya sambil tetap diberi bimbingan dan diikuti perkembangannya.

12. Barakah, taufik, dan hasil dalam dakwah dapat diperoleh sesuai dengan kadar keikhlasan, kesungguhan, sikap lapang dada, dan kesabaran seorang da’i.

13. Dakwah Fardiyah dapat dijalankan dalam segala situasi, berbeda dengan Dakwah Ammah ‘dakwah dengan pendekatan publik’ seperti: ceramah, pengajian, diskusi, dll. Yang kadang-kadang dihambat dan dirintangi.

14. Keistimewaan Dakwah Fardiyah adalah dapat menciptakan hubungan dan ikatan langsung dengan mad’u , sementara Dakwah Ammah tidak demikian.

15. Dawkwah Fardiyah dapat mengkayakan pelakunya dengan berbagai pengalaman dan sebagai latihan berdakwah di jalan Allah yang merupakan salah satu kewajiban utama.

16. Dakwah Fardiyah mendorong pelakunya agar produktif dan giat membekali diri engan bekal-bekal dakwah agar dapat menunaikan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

17. Dakwah Fardiyah mendorong pelakunya agar dapat menjadi qudwah ‘teladan’ bagi orang lain.

18. Dakwah Fardiyah member peluang langsung kepada mad’u untuk meminta penjelasan tentang berbagai masalah yang dihadapi dan sekaligus dapat menghilangkan ganjaran dalam hatinya, sehingga pembentukan pribadinya berlangsung dalam keadaan bersih.

19. Dengan menggunkan perhitungan matematis sederhana, mungkin kita dapat mendapati hasil dari Dakwah Fardiyah menjadi berlipat gan dad an hanya dalam masa yang singkat.

sumber : www.hudzaifah.org

Bagaimana Berdakwah di Kampus ???


-Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. (QS:Al-Kahfi 13)

Pengantar

Para pemuda dan pemudi merupakan sasaran dakwah yang paling potensial. Mereka berada dalam usia yang penuh vitalitas dan semangat yang dibutuhkan Islam untuk melakukan perombakan ummat. Di antara generasi muda ini, para pelajar dan mahasiswa merupakan potensi terbesar bagi dakwah dan gerakan Islam. Karena itu adalah wajar bila dakwah memprioritaskan pembinaan mereka sebelum pembinaan kelompok lainnya.

Dalam dakwahnya, Rasulullah menjadikan para pemuda sebagai sasaran dakwah yang utama. Beliau juga menjadikan para pemuda yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi di masyarakat sebagai sahabat-sahabat Beliau. Dalam tahapan dakwah awal di Mekkah, tidak ada satu sahabat Beliau pun yang rendah akalnya atau berusia di atas Beliau kecuali Istri Beliau sendiri, Khadijah al Kubro Rodiyallahu anha. Abu Bakar As Siddiq misalnya adalah seorang ahli sejarah Quraisy, Ali Bin Abi Thalib merupakan remaja yang sangat cerdas dan tangkas, menjadi harapan para pemuka Quraisy. Usman Bin affan terkenal dengtan kepandaiannya dalam berekonomi. Umar Bin Khattab merupakan pemuda berwibawa dengan jiwa kepemimpinan yang menonjol. Saad Bin Abi Waqqash terkenal dengan ketangkasan dan kecerdasannya. Sahabat yang lain, kendati tadinya budak seperti Bilal atau Zaid Bin Haritsah, merupakan orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi.

Sikap Rasulullah ini adalah karena Al Qur’an menunjukkan bahwa para pemuda merupakan sasaran dakwah yang potensial dan akan mampu membawa panji perubahan di masyarakat seperti pada kisah Ashabul Kahfi:

Kami ceritakan kisah mereka kepadamu dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk. ( QS:Al-Kahfi 13)

Sebagai generasi muda para pelajar dan mahasiswa memiliki fitrah yang lebih mudah disentuh dengan siraman ruhiyah yang dapat menghasilkan keimanan. Sementara sebagai kalangan intelektual, mereka umumnya memiliki kesiapan untuk menerima Islam sebagai Din Ilmu dan Amal. Lebih dari itu, suasana kampus memberi keleluasaan untuk pengkajian studi-studi Islam. Kebebasan mimbar di kampus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengembangkan dakwah.

Pelajar dan mahasiswa juga terbukti merupakan motor penggerak perubahan masyarakat sepanjang masa. Karena itu pembinaan terhadap mereka perlu mendapat perhatian serius, jangan sampai kita didahului oleh pergerakan yang bathil dan menyesatkan. Kreatifitas dan sifat inovatif mereka merupakan potensi yang penting bagi pergerakan. Itulah sebabnya dalam fiqhud dakwah, merekalah yang paling potensial untuk menjadi anasirut taghyir (unsur-unsur perubah) masyarakat.

Perubahan yang terjadi pada mereka dapat mempengaruhi opini umum masyarakat dan memberi rangsangan bagi kelompok-kelompok masyarakat lain untuk turut berubah. Terbukti misalnya dengan ksus jilbab yang berlangsung pada pelajar SMA umum dan Perguruan Tinggi Umum. Masyarakat menaruh perhatian serius bahkan banyak yang menaruh simpati. Bahkan, diantara kaum wanita umum pun kemudian mulai mengikuti jejak mereka yang berjilbab tanpa canggung atau malu. Yang menggembirakan, sekolah-sekolah Islam yang dikelola kaum muslimin yang tadinya acuh terhadap masalah jilbab, kemudian mewajibkan pelajar-pelajar putrinya berbusana muslimah.

Penerimaan dakwah yang syamilah pun dimulai melalui alur kampus. Bahkan sampai saat ini kegiatan dakwah ini masih berorientasi di sekitar kampus. Memang dakwah tidak boleh terperangkap sebagai gerakan masyarakat kampus tetapi ia tidak bisa menghindarkan diri dari menjadikan para pelajar dan mahasiswa sebagai pelopor-pelopor awalnya.

Manakala dakwah berkembang, maka secara bertahap ia tidak boleh menjadikan kampus sebagai markas utamanya lagi. Kampus hendaknya hanya dijadikan sebagai basis umum pergerakan di kalangan pemuda. Sosialisasi dakwah di luar kampus harus dilakukan dengan memasang strategi dakwah kampus yang sebaik-baiknya sehingga tetap menjadikan kampus sebagai ajang dakwah yang semarak dan pelopor perubahan ummat.

Maka dakwah di kampus bukanlah dakwah takwiniyah tetapi dakwah aamah (harokah zhohiroh), tanpa meninggalkan asholah dalam minhaj tarbiyah. Dakwah aamah di kampus bertujuan membentuk potensi yang akan menambah elemen kekuatan Islam. Takwiniyah (pengkaderan) hendaknya tetap berlangsung bagi para mahasiswa dan pelajar terpilih. Namun aktifitas dakwah takwiniyah ini tidak boleh tampak kecuali hasil-hasilnya. Kampus harus diwarnai dengan dakwah umum yang digerakkan oleh para mahasiswa dalam pengkaderan kita dan terhindar dari bahaya gerakan haddamah baik dari luar Islam maupun dari kalangan kaum muslimin.

Membawa dakwah zhohiroh ke kampus hendaknya menggunakan skala pemikiran yang lebih luas. Di satu sisi, setiap kampus baik yang umum maupun Islam tetap harus dikuasai, tetapi di lain sisi takwiniyah tidak boleh berhenti. Untuk mensukseskan dakwah di kampus hendaknya dipersiapkan keseimbangan pertumbuhan tiga unsur berikut:

1. Kader aktifis dakwah kampus yang mampu berdakwah fardiyah. Mereka hendaknya dikhususkan dalam menunjang dakwah zhohiroh dan ditempatkan sebagai anggota tetap masyarakat kampus: sebagai pelajar, mahasiswa, dosen, atau guru misalnya. Atau sebagai ilmuwan/peneliti yang akrab dengan dunia kampus. Mereka hendaknya mampu menjadi pelopor-pelopor aktifitas dakwah zhohiroh, menjadi qudwah dalam amal Islami dan menjadi tonggak-tonggak Islamisasi kampus.

2. Pengarahan dakwah kampus yang sesuai minhaj, tanpa kehilangan asholah tetapi dapat diterima oleh masyarakat kampus. Ini dilakukan oleh elemen-elemen gerakan dakwah terkait secara hati-hati dan matang, melibatkan aktifis dakwah kampus yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, guru, dosen, serta yang memiliki keterlibatan dengan dunia kampus.

3. Berbagai organisasi yang menjadi bungkus pergerakan di kampus, berbentuk lembaga atau organisasi. Sarana ini menjadi pos dakwah yang memiliki satu warna yang khas dan diminati oleh para pelajar dan mahasiswa karena kebersihan dan kebaikan penampilannya. Persiapan yang meliputi fasilitas tidak kami singgung dalam pembahasan di sini.

Dengan tumbuh seimbangnya ketiga persiapan diatas, dakwah di kampus Insya Allah dapat terealisir dengan sebaik-baiknya. Karena dalam kampus kita hanya melakukan dakwah umum maka dalam pembahasan ini kita hanya akan membicarakan:
1. Dakwah Aamah di Kampus. Memperkenalkan tentang pengertian dakwah aamah serta keadaan kampus pada umumnya.
2. Pribadi Aktifis Dakwah Kampus. Menjelaskan sifat-sifat yang sebaiknya dimiliki oleh para aktifis dakwah kampus.
3. Dakwah Fardiyah. Menjelaskan tentang langkah-langkah rekruiting dakwah di kampus serta tahapan-tahapan dakwah fardiyah. Kemudian bagaimana mengajak mad’u ke dalam pengkajian Islam lebih lanjut.
4. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Dakwah. Menjelaskan dasar-dasar yang harus diketahui para penyelenggara dakwah di kampus sehingga dapat melakukan kegiatan dakwah mereka dengan sukses.
5. Untuk Para Mubaligh dan Da’i Kampus. Menjelaskan persiapan-persiapan yang diperlukan seorang mubaligh atau da’i ketika berdakwah di kampus.

sumber : hudzaifah.org

Yusuf al-Qaradhawy

Membicarakan wacana pemikiran Islam modern, orang tak bisa mengabaikan nama DR Yusuf Al Qardhawi. Pemikiran-pemikirannya yang cerdas dan dilambari dalil yang kuat, banyak dijadikan rujukan umat Islam, terutama menghadapi persoalan-persoalan kekinian.
Banyak buku ulama Mesir ini yang beredar luas di Indonesia. Antara lain, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Islam Ekstrem, Menyatukan Pemikiran Pejuang Islam, Ulama Versus Tiran, dan Agenda Permasalah Umat.
Di mata Qardhawi, umat Islam sudah lama mengidap krisis identitas diri yang akut akibat perang pemikiran [ghazwul fikr] Barat yang tidak menginginkan Islam bangkit kembali. Umat Islam sudah tidak percaya lagi kepada agamanya sendiri, justru lebih percaya kepada peradaban Barat. Hingga kini pun, umat Islam masih di bawah cengkeraman peradaban Barat.

Qardhawi adalah salah satu intelektual yang tak jemu-jemunya mengembalikan identitas umat itu. Caranya, terus menerus melakukan penyebaran pemikiran Islam yang benar dan tidak menyimpang.
Dia tidak hanya terlibat dalam penyebaran pemikiran lewat karangan-karangannya yang sangat beragam, serta seminar-seminar di tingkat internasional. Lebih penting dari itu adalah, pendiriannya yang sangat kokoh terhadap apa yang dia yakini sebagai kebenaran dan prinsip Islam, walaupun ada tekanan dari manapun.
Qardhawi sama sekali tidak terpengaruh dan amat selektif terhadap berbagai propaganda pemikiran Barat maupun Timur, termasuk dari kalangan umat Islam sendiri. Dia bukanlah pengikut buta dari mazhab atau gerakan Islam modern tertentu.
Bahkan dia tidak segan-segan berbeda pendapat dengan senior-seniornya dalam pergerakan Islam seperti Sayyid Quthb, tokoh garda depan pergerakan Islam modern Ikhwanul Muslimin. Kritik-kritik Qardhawi, terutama diarahkan pada pemikiran Sayyid Quthb dalam bukunya yang sangat spektakular Ma'alim Fii al-Thariiq [Rambu-Rambu di Jalan], yang mengandung ajaran sangat 'hitam-putih'. Sebuah buku yang menggiring pengarangnya ke tiang gantungan.

Bagi Qardhawi, perbedaan pendapat merupakan hal yang tak mungkin dihindari dan tak mungkin dapat dihentikan dengan tulisan-tulisan ilmiah atau seminar-seminar. Juga tak bisa distop dengan diterbitkannya kitab-kitab. Sepanjang sebab-sebab perbedaan itu ada, maka perbedaan itu tak akan pernah sirna. Bahkan dia beranggapan, religiusitas yang sangat dalam pada dada kaum Muslimin, sering menimbulkan ketegangan-ketegangan perbedaan yang sangat tidak toleran.
Dimana masing-masing pihak dengan penuh semangat mempertahankan pendapat masing-masing dan menganggapnya paling benar. Mereka menyangka, pendapat mereka adalah agama itu sendiri yang mungkin seseorang dengan mengikuti atau tidak mengikutinya bisa mendapat pahala atau dapat siksa. Mereka telah dengan sekuat tenaga, menjadikan pendapat-pndapatnya sebagai sesuatu yang sangat sakral dan sangat anti terhadap perbedaan. Sebuah sikap yang sebetulnya sangat tercela, karena akan terjadi pengendapan absolutisme pemikiran dan pendapat yang sangat menghambat nilai-nilai kemungkinan untuk berbeda yang dijamin Islam.

Perbedaan pendapat akan selalu ada sepanjang nash-nash, yang dari sana diambil kesimpulan sebuah hukum, terbuka bagi sebuah penafsiran yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Dan sepanjang pemahaman setiap orang juga tidak berada dalam satu tataran dalam pengambilan kesimpulan, maka perbedaan ini akan terus berjalan. Perbedaan seorang alim yang mengambil rukhsah [keringanan hukum] dengan yang mengambil 'azimah [sesuai dengan perintah awal syara'], atau yang mengambil hukum dengan sangat hati-hati [al-ahwath] dengan yang mengambilnya dengan cara lebih mudah [al-aysar] tidak mungkin dipertemukan sampai hari kiamat. Pasalnya, nash-nash al-Quran selalu membuka ruang yang segar bagi penafsiran yang berbeda. Sebuah rahmat yang sering kali tidak mampu dinikmati umat Islam dengan cerdas dan cermat.

Para sahabat juga berbeda pendapat antar mereka. Namun itu semua tidak menjadikan mereka saling cakar-cakaran, bahkan mereka dengan damai hidup dalam alam perbedaan itu. Mereka shalat di belakang yang lain tanpa risih dan tanpa caci maki.
Qardhawi sangat menyayangkan mereka yang tidak bisa membedakan antara perbedaan pendapat yang terpuji dan tercela secara syara'. Pandangan-pandangan Qardhawi yang tajam dalam hal perbedaan yang terpuji dan tercela ini, sangat lugas dan luas dituangkan dalam bukunya As-Shahwah al-Islamiyah baina al-ikhtilaf al-masyru' wa al-tafarruq al-madzmum [Kebangkitan Islam Antara Perbedaan yang Terpuji dan yang Tercela]. Atau dalam sebuah bukunya yang lain Awaamil sa'ah wa al-muruunah fii al-syariah al- Islamiyah [Elemen-Elemen Fleksibilitas dalam Syariah Islam].

Dipenjara
Lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di tengah Delta pada 9 September 1926. Usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an. Menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi terus melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952. Tapi gelar doktornya baru dia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi 'Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan', yang kemudian di sempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat konprehensif membahas persoalan zakat dengan nuansa modern.

Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam 'pendidikan' penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia mendekam di penjara militer selama dua tahun.

Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rejim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra. Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.

Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.

Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, kita bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri. Sebabnya ialah, karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa islami dan tidak islami, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah menghambat kemajuan umat Islam.
Sebab, menurut Qardhawi, peradaban bisa melesat maju jika peradaban tersebut bisa menyerap sisi-sisi positif dari peradaban yang lebih maju dengan tanpa meninggalkan akar-akar pembangunan peradaban yang dianjurkan Islam. Qardhawi menganggap, kemajuan peradaban manapun amat tergantung pada manusianya. Termasuk tentunya semangat untuk memajukan peradaban Islam dan mengusahakannya untuk memimpin peradaban dunia yang kehilangan roh kemanusiaan.

Peradaban Islam yang mundur, dalam pandangan Qardhawi, sebagaiamana pernah juga diungkapkan Muhammad Abduh, adalah karena umat Islam menutup koridor-koridor kebesaran ajaran Islam dengan kebodohan umatnya sendiri. Islam menjadi ajaran yang dikavling-kavling dan diparsialkan, sehingga kehilangan nafas universalisme. Islam yang agung dihinakan oleh anak-anaknya sendiri, yang tak percaya sepenuhnya kepada ajaran Islam itu sendiri.

Modernisasi Islam
Seperti disinggung di muka, Yusuf Qardhawi merupakan pemikir Islam modern yang sangat yakin akan kebenaran cara pemikiran Islam yang moderat [al-washatiyah al-Islamiyah]. Dalam buku-buku yang ditulisnya, selalu menyeru pada pemikiran moderat dan sangat anti ekstrimisme pemikiran. Dia selalu mendengungkan kelebihan Islam dalam segala lininya.
Islam selalu menganjurkan mengambil jalan tengah. Sebagai ulama yang apresiasinya terhadap al-Quran dan sunnah Nabi sangat tinggi, Qardhawi telah berhasil dengan cerdas dan sangat jenius menangkap roh dan semangat ajaran al-Qur'an dan Sunnah tersebut. Dia sangat fleksibel dalam memandang ajaran Islam. Kedalaman dan ketajamannya dalam menangkap ajaran Islam ini, sangat membantunya untuk selalu bersikap arif dan bijak. Namun pada saat yang sama, sangat kuat dalam mempertahankan pendapat-pendapatnya yang dia gali dari al-Quran dan Hadits.

Qardhawi dengan gencar mengedepankan Islam yang toleran serta kelebihan-kelebihannya yang tidak dimiliki oleh umat-umat lain di luar agama Islam. Islam begitu sangat menghargai makna pluralisme agama sebagai sebuah realitas sosial yang tidak mungkin dihilangkan.
Makanya Qardhawi sangat anti terhadap gerakan-gerakan militan yang membunuh para turis di Mesir [beberapa tahun lalu], dengan tanpa alasan yang jelas dan masuk akal. Tindakan seperti itu, dia anggap sebagai perlakuan brutalisme yang hanya memperburuk citra dan gambaran Islam. Islam yang cinta damai dan sangat manusiawi dalam memperlakukan orang lain, telah dikotori oleh semangat barbarian yang menumpahkan darah. Namun di saat yang sama, Qardhawi juga mengingatkan bahwa tindakan seperti itu bukan muncul dari keinginan mereka. Tindakan tersebut muncul dari para ekstrimis akibat kemerdekaan mereka telah dirampas oleh para penguasa yang tidak memberikan bagi mereka ruang yang bisa mereka pergunakan dengan leluasa menjalankan apa yang mereka yakini.

sumber : www.oaseislam.com

Karena Mimpi Melihat Neraka

PADA ZAMAN Rasulullah saw, jika para sahabat yang mulia bermimpi, biasanya mereka akan mengadukan dan menceritakannya kepada Baginda Rasul. Suatu malam, seorang sahabat nabi yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar ra, pergi ke Masjid Nabawi. Dia membaca al Quran sampai kelelahan. Setelah cukup lama membaca al Quran, dia hendak tidur.

Seperti biasa, sebelum tidur dia menyucikan diri dengan cara berwudhu, baru kemudian merebahkan badan dan berdoa, “Bismika Allahumma ayha wa bismika amutu; ya Allah, dengan nama Mu aku hidup dan dengan nama Mu aku mati.”

Demikianlah, Baginda Rasul menuntunnya cara tidur yang baik. Sehingga, dalam tidur pun, malaikat masih mencatatnya sebagai orang yang tidak lalai. Dengan menyucikan diri, ruh orang yang tidur akan mendapatkan hikmah dan siraman doa para malaikat.

Sambil pelan pelan memejamkan mata, Abdullah bin Umar terus bertasbih menyebut nama Allah hingga akhirnya terlelap. Di dalam tidurnya yang nyenyak, dia bermimpi.

Dalam mimpinya, dia berjumpa dengan dua malaikat. Tanpa berkata apa apa, dua malaikat itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagai sumur yang menyalakan api berkobar kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat orang orang yang telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menanggung siksa yang tiada tara pedihnya.

Menyaksikan neraka yang mengerikan dan menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “A'udzubillahi minannaazi. Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.”

Setelah itu, Abdullah bertemu dengan malaikat lain. Malaikat itu berkata, “Kau belum terjaga dari api neraka!”

Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpi yang dialaminya. Lalu, dia pergi ke rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah saw. Dia menceritakan perihal mimpinya itu dengan hati yang cemas.

Setelah itu, Hafsah menemui Baginda Nabi dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu pada beliau. Seketika itu, beliau bersabda, “Sebaik baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan shalat malam!”

Mendengar sabda Nabi itu, Hafshah bergembira. Dia langsung menemui adiknya, Abdullah bin Umar dan berkata,

“Nabi mengatakan bahwa kau adalah sebaik baik lelaki jika kau mau shalat malam. Dalam mimpimu itu, malaikat yang terakhir kau temui mengatakan bahwa kau belum terjaga dari api neraka. Itu karena kau tidak melakukan shalat tahajud. Jika kau ingin terselamatkan dari api neraka, dirikanlah salat tahajud setiap malam. Jangan kau sia siakan waktu sepertiga malam; waktu di mana Allah Swt memanggil manggil hamba Nya; waktu ketika Allah mendengar doa hamba Nya.”

Sejak itu, Abdullah bin Umar tidak pernah meninggalkan shalat tahajud sampai akhir hayatnya. Bahkan, kerap kali dia menghabiskan waktu malamnya untuk shalat dan menangis di hadapan Allah Swt. Setiap kali mengingat mimpinya itu, dia menangis. Dia berdoa kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka.

Apalagi jika dia juga ingat sabda baginda Nabi saw, “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya pada hari kiamat adalah seseorang yang diletakkan pada kedua tepak kakinya bara api yang membuat otaknya mendidih. Dia merasa tidak ada orang lain yang lebih berat siksanya daripada dia. Padahal, sesungguhnya siksa yang ia terima adalah yang paling ringan di dalam neraka. “

Dia berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah, agar termasuk hamba hamba Nya yang terhindar dari siksa neraka dan memperoleh kemenangan surga.

Akhirnya, dia bisa merasakan betapa nikmatnya shalat tahajud. Betapa agung keutamaan shalat tahajud. Tidak ada yang lebih indah dari saat saat ia sujud dan menangis kepada Allah pada malam hari.

sumber : www.oaseislam.com

Isa al-Masih akan Kembali Lagi ke Bumi

Nabi 'Isa Al Masih, masih hidup dan akan kembali ke bumi di masa mendatang yang tak lama lagi. Kita kaum Muslim yang mencintai Isa, mengimani seluruh mukjizat dan akhlak mulianya, mengetahui bahwa dia akan kembali lagi ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia...

Isa, Nabi 'Isa Al Masih, masih hidup dan akan kembali ke bumi di masa mendatang yang tak lama lagi. Kita kaum Muslim yang mencintai Isa, mengimani seluruh mukjizat dan akhlak mulianya, mengetahui bahwa dia akan kembali lagi ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Kita sedang menanti-nanti terjadinya peristiwa besar dan penuh berkah ini. Kita percaya bahwa Isa akan datang lagi ke bumi melalui mukjizat di hari akhir dan menegakkan perdamaian, keadilan dan kebahagiaan dengan mempersatukan kaum Muslim dan Nasrani pada agama dan ajaran akhlak yang sama. Marilah kita bersama mempersiapkan diri untuk kedatangan Isa, Nabi 'Isa Al Masih, yang kedua.

Isa (Isa) AS, sebagaimana rasul-rasul lainnya, merupakan seorang hamba pilihan Allah yang diutus kepada umat manusia untuk menyeru kepada jalan yang benar. Meskipun demikian, ada beberapa sifat Isa AS yang membedakan dari rasul-rasul lainnya. Yang terpenting dari semua itu adalah dia telah diangkat Allah dan akan kembali lagi ke bumi.

Berbeda dengan yang diyakini oleh mayoritas manusia, Isa AS tidaklah wafat disalib dan dibunuh ataupun meninggal dengan tujuan dan alasan tertentu. Al-Qur'an memberitakan kepada kita bahwa mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya. Tidak ada satu ayat pun yang menunjukkan peristiwa pembunuhan terhadapnya atau bahwa dia telah dibunuh, terlepas dari ayat yang menolak bahwa hal tersebut telah terjadi. Selain itu, Al-Qur'an membeberkan kepada kita beberapa peristiwa dari kehidupan Isa AS yang tidak pernah terjadi. Kemudian, kedatangannya yang kedua kali ke bumi merupakan suatu prasyarat akan terjadinya peristiwa-peristiwa ini. Tidak ada keraguan bahwa wahyu-wahyu yang terdapat dalam Al-Qur'an akan benar-benar terjadi.

Sebaliknya, kebanyakan orang mengasumsikan bahwa Isa AS telah wafat beberapa ribu tahun yang lalu dan tidak mungkin akan kembali. Pendapat yang keliru ini muncul akibat kurangnya pengetahuan tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah. Suatu penelitian yang dilakukan dengan cermat dan hati-hati tentang Al-Qur'an akan menghasilkan suatu pemahaman yang akurat akan ayat-ayat tentang Isa AS.

Rasulullah SAW juga bersabda bahwa Isa (yang dimuliakan) akan diutus kembali ke bumi dan masalah waktunya, yang disebut dengan "akhir zaman", kemungkinan adalah suatu masa di mana bumi pada saat itu akan mencapai kesejahteraan, keadilan dan perdamaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Akhir zaman" ditujukan pada suatu periode waktu yang mendekati akhir kehidupan dunia. Menurut Islam, pada masa tersebut akan ada cobaan-cobaan yang mengerikan dari Dajjal, banyak terjadi gempa bumi dan munculnya Ya'juj dan Ma'juj. Setelah itu, nilai-nilai Al-Qur'an akan menang dan manusia akan mengikuti secara ekstensif nilai-nilai yang diperkenalkannya.

Dalam impian mereka, manusia selalu merindukan suatu yang lebih baik, sesuatu pemandangan yang lebih indah, makanan yang lebih enak, suatu masyarakat yang lebih menjanjikan secara sosial… Pendapat yang lain mengungkapkan bahwa "akhir zaman" adalah suatu periode yang mencangkup keseluruhan konsep, "yang lebih baik", "yang lebih indah" dan sebagainya. Saat itu merupakan suatu masa yang diberkahi yang dirindukan manusia sejak lama. Saat itu merupakan puncak kesejahteraan dan keadaan yang berlimpah-limpah, keadilan dan perdamaian. Saat itu merupakan masa di mana keberkahan-keberkahan ini akan menggantikan ketidakadilan, kerusakan moral, konflik dan peperangan. Saat itu merupakan masa yang benar-benar diberkati ketika nilai-nilai moral Islam akan terpatri di setiap aspek kehidupan.

Bukti bawa Isa AS tidak meninggal, bahwa dia telah diangkat ke haribaan Allah dan bahwa dia akan kembali lagi ke bumi akan dikaji dalam tulisan ini dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an yang terang dan nyata.

www.oaseislam.com

Perang Armageddon Sebagai Bagian Akhir dari Tanda-Tanda Kecil Kiamat

inzet : lokasi Armageddon

Pengenalan Perang Armageddon
Perang Armageddon adalah:
1. Peristiwa besar dan perang kehancuran
2. Pertemuan strategi dari perang raksasa yang sudah dekat waktunya
3. Perang persekutuan internasional (Perang Dunia) yang akan segera datang, yaitu yang sedang ditunggu oleh seluruh penduduk bumi pada hari ini
4. Ia adalah perang politik dan agama
5. Ia adalah perang raksasa oleh banyak pihak
6. Ia adalah perang yang paling besar dan dahsyat dalam sejarah
7. Ia adalah awal dari kemusnahan
8. Ia adalah perang yang dimulai dengan menyeluruhnya ‘perdamaian palsu’, sehingga orang-orang berkata, ‘perdamaian sudah datang’, ‘keamanan sudah datang’, padahal kenyataannya adalah sebaliknya

Armageddon adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Ibrani yang terdiri dari dua kata yaitu:
1. “Ar” yang berarti gunung atau bukit
2. “Mageddo” adalah nama dari sebuah lembah di Palestina, yang mana lembah ini merupakan medan pertempuran yang akan datang tersebut, yang akan membentang dari “Mageddo” di utara sampai ke “Edom” di selatan yang berjarak sekitar dua ratus mil dan sampai ke laut putih di barat dan ke bukit Mohab di Timur yang berjarak 100 mil.
Para ahli militer –khususnya ahli perang tempo dulu- memandang bahwa kawasan ini merupakan sebuah tempat yang strategis, dimana setiap panglima yang berhasil menguasai kawasan ini, maka ia akan dengan mudah mematahkan setiap perlawanan musuh.

Kata ‘Armageddon’ adalah sebuah istilah yang sudah dikenal bagi para ahli kitab, yang dapat ditemui dalam kitab-kitab suci mereka. Yang dimaksud ahli kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani saja. Bagaimanakah hukumnya menggunakan istilah atau keterangan-keterangan dari para ahli kitab? Rasulullah telah bersabda, “Sampaikanlah ajaran-ajaranku walaupun itu hanya satu ayat, dan berbicaralah dari ajaran Bani Israil (Yahudi) dimana tidak ada halangan bagi kalian…..” (HR. Bukhary). Dan di lain hadits Rasulullah bersabda, “Apabila ada ahli kitab yang berbicara (tentang agama), maka janganlah langsung kamu benarkan dan jangan pula langsung kamu dustakan.” (HR. Bukhary)

Perkataan para ahli kitab tentang Perang Armageddon
1. Dalam kitab Wahyu (revealition) pasal 16 ayat 16 dikatakan, “Dan ruh-ruh setan mengumpulkan sekalian tentara dunia di sebuah tempat bernama Armageddon” (Injil, hal. 388, penerbit Daar Ats Tsaqafah, Mesir)
2. Ronald Reagen pernah berkata, “Sesungguhnya generasi ini tepatnya adalah generasi yang akan melihat Perang Armageddon.” (Kitab Ramalan dan Politik)
3. Segala sesuatu pasti akan berakhir dalam beberapa tahun, dimana akan terjadi Perang Dunia yang paling besar, yaitu Perang Armageddon atau perang di dataran Mageddo. (“Kitab Drama Berakhirnya Zaman” oleh Oral Robertus dan “Kitab Akhir Bola Dunia Yang Paling Besar” oleh Hall Lindus, mereka mempercayai tahun 2000 adalah berakhirnya bola dunia secara final)
4. Jimmy Sujjest berkata, “Aku berkeinginan agar aku dapat mengatakan bahwa kita akan mencapai perdamaian. Akan tetapi aku percaya bahwa perang Armageddon akan datang. Sesungguhnya Armageddon akan datang dan berkecamuk di lembah Mageddo. Ia akan datang. Mereka bisa saja menandatangani perjanjian-perjanjian perdamaian yang mereka inginkan. Namun, sesungguhnya hal itu tak akan merealisasikan apa pun. Sebab, bagaimana pun juga hari-hari hitam itu akan datang.” (Kitab Janji yang Benar dan Janji yang Dusta)
5. Gerry Folwel, seorang pemimpin fundamentalis Kristen berkata, “Sesungguhnya Armageddon adalah sebuah hakikat (realita) dan sangat nyata, akan tetapi kita bersyukur karena ia akan terjadi pada akhir hari sejagat.” (Kitab Ramalan dan Politik)
6. Shofeld berkata, “Sesungguhnya orang-orang Kristen yang ikhlas hendaknya bergembira dengan peristiwa ini. Karena begitu pertempuran yang terakhir ini (Armageddon) dimulai, maka Isa al-Masih akan segera mengangkat mereka ke awan, dan mereka akan diselamatkan oleh al-Masih serta tidak akan menghadapi kesusahan apa pun yang terjadi di bumi.” (Kitab Ramalan dan Politik)

Perkataan-perkataan di atas merupakan suatu keanehan dari ahli kitab yang menunjukkan betapa besar kepercayaan mereka akan peperangan Armageddon dan dekatnya kedatangan perang tersebut.

Kaum Muslim dan Perang Armageddon

Memang aneh, pada saat kita mengetahui perkataan-perkataan ahli kitab, maka telah banyak dan datang secara bertubi-tubi peristiwa yang menguatkan perihal akan terjadinya perang Armageddon. Dan bahwa ia adalah realita yang tak dapat dipungkiri lagi. Sebab, kita menemukan banyak orang dari kaum Muslimin yang tidak mengerti apa itu Armageddon? Dan apa-apa yang dimaksud dengan kata yang berbahaya ini (dalam hal Armageddon sebagai istilah kamus ahli kitab)?
Kita tidaklah memaksudkan kalimat Armageddon sebagai suatu kata atau istilah saja, akan tetapi sebagai suatu pengertian dan isyarat. Karena, ia adalah sebuah kata yang mempunyai arti cukup banyak.

Sebagian pemikir-pemikir Islam telah mulai memperhatikan masalah pertempuran ini dan penekanannya bahwa:
1. Pertempuran yang menentukan sudah dekat kedatangannya dan ia pada saat ini sedang dipersiapkan.
2. Perang tersebut adalah perang strategis, nuklir, dan bersifat internasional.
3. Orang Yahudi akan mengalami kekalahan dalam pertempuran tersebut.
Bahwa perang Armageddon adalah perang persekutuan (internasional), dimana kaum Muslimin dan Kaum Rum (Eropa dan Amerika) tidak diragukan lagi akan menyatu menjadi satu blok. Kemudian mereka akan melawan suatu musuh yang berserikat, yang mana mereka itu belum kita ketahui. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, “Suatu musuh di belakang mereka….” Walaupun realita modern menunjukkan, bahwa blok musuh kita tersebut adalah blok Timur Komunis atau Syi’ah, dan kemenangan akan berada di tangan kita.

Adapun tentang orang-orang Yahudi, maka rujukan kita tidak ada hal-hal yang menunjukkan peranan mereka dalam perang dunia ini. Akan tetapi tidak diragukan lagi, bahwa mereka ikut terjun dalam pertempuran ini. Dan bahkan merekalah yang mengobarkan api peperangan ini. Hingga dua pertiga jumlah Yahudi akan musnah dalam pertempuran dimaksud.
Adapun sepertiga jumlah mereka yang lain, maka mereka tersebut akan ditumpas oleh kaum Muslimin pada zaman Imam Mahdi, tepatnya setelah turunnya Isa al-Masih putra Maryam.

(Melihat perkembangan terakhir ini, Juli 2004, bahwa resolusi PBB menganggap tembok pemisah yang dibangun Yahudi tidak sah dan harus dihancurkan. Resolusi yang diajukan Palestina ini didukung oleh Uni Eropa (Rum) dan juga oleh sekitar 140 negara lain, sementara resolusi ini ditentang oleh hanya lima negara termasuk Yahudi dan Amerika. Akankah perang Armageddon melibatkan dua kubu ini? Wallahualam, -peringkas-).

Rasulullah bersabda, “Kalian akan mengadakan perdamaian dengan bangsa Rum dalam keadaan aman. Lalu kalian akan berperang bersama mereka melawan suatu musuh dari belakang mereka. Maka kalian akan selamat dan mendapatkan harta rampasan perang. Kemudian kalian akan sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Maka berdirilah seorang laki-laki dari kaum Rum lalu ia mengangkat tanda salib dan berkata, ‘Salib telah menang’. Maka datanglah kepadanya seorang lelaki dari kaum muslimin, lalu ia membunuh laki-laki Rum tersebut. Lalu kaum Rum berkhianat dan terjadilah peperangan, dimana mereka akan bersatu menghadapi kalian di bawah 80 bendera, dan di bawah tiap-tiap bendera terdapat dua belas ribu tentara.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Nash (teks) hadits di atas dengan jelas menerangkan bahwa di sana ada dua peperangan yang akan terjadi, yaitu:
1. Perang Dunia Armageddon, dimana peperangan ini telah diketahui akan terjadi oleh semua pihak
2. Perang yang dalam hadits disebutkan sebagai Peperangan Terbesar (Al-Malhamah Al-Kubra). Perang ini tidak diketahui kecuali oleh sebagian orang. Sementara pihak-pihak yang berperang dalam pertempuran ini adalah pihak kaum Muslimin menghadapi pihak Rum, setelah terjadinya perang Armageddon, dimana pihak Rum telah berkhianat terhadap kita dalam perang tersebut.

Peperangan Armageddon adalah peristiwa pertama sebagai permulaan dari serentetan huru-hara di akhir zaman, pertempuran ini adalah adalah perang penghancuran dan nuklir yang akan memusnahkan sebagian besar senjata-senjata strategis. Setelah itu, alat-alat dan senjata yang dipakai dalam peperangan selanjutnya adalah pedang, panah, dan kuda.

Hal tersebut tidaklah aneh untuk terjadi, karena sudah menjadi Sunnatullah sejak dari kebudayaan-kebudayaan zaman dulu akan adanya kehancuran setelah kejayaan, dan kejatuhan setelah ketinggian. Sedangkan kebudayaan abad ke-20 telah mencapai puncak kreasi dan inovasi dunia, bahkan orang-orang mulai sibuk bicara tentang perang bintang.

Maha Suci Allah, tiada yang akan terjadi setelah puncak ketinggian kecuali kejatuhan dan kehancuran. Armageddon akan berkecamuk di Bumi Palestina dimana di sana akan bertemu kumpulan-kumpulan pasukan raksasa.

sumber : http://www.oaseislam.com

Abdullah bin Umar

Abdullah bin Umar adalah putra Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa muda, Abdullah bin Umar mendapat pendidikan dari lingkungannya, yang selalu mendapat pembinaan semangat Islam. Dia dididik oleh ayahnya yang disiplin dan taat kepada agamanya.

Pada Perang Badar dan Uhud, Abdullah bin Umar tidak ikut perang. Pada Perang Khandak (parit), Abdullah bin Umar ikut serta. Semenjak inilah Abdullah bin Umar ikut perang. Usia beliau waktu itu baru lima belas tahun.

Abdullah bin Umar pada suatu malam yang sunyi telah bermimpi yang aneh. Dalam mimpinya itu, dia duduk di masjid sedang mengerjakan salat. Kemudian melihat ada yang turun mendekati dia untuk mengajak pergi ke suatu tempat yang indah pemandangannya.

Lalu, Abdullah bin Umar menceritakan tentang mimpinya itu kepada saudaranya, yaitu Hafsah, istri Nabi. Sewaktu Nabi mendengarkannya, Nabi berkata, "Abdullah adalah seorang anak yang cakap, sebaiknya engkau setiap malam lebih banyak berdoa dan berzikir."

Abdullah bin Umar dengan perasaan senang dan ikhlas melaksanakan nasihat Nabi, beribadah sepanjang malam, istirahatnya berkurang.

Pada waktu salat ia menangis. Kadang-kadang air matanya keluar, dan mohon ampun kepada Allah. Sehingga, Rasulullah saw. merasa belas kasihan kepadanya. Maka, beliau memberi julukan kepadanya yaitu "Anak muda yang cakap".

Setelah Rasulullah saw. wafat, ia senantiasa ingat apa yang pernah ia alami selama bergaul dengan Nabi. Apabila membaca Alquran, dia sampai menangis. Demikian rasa takwa dan takutnya kepada Allah SWT.

Dengan keakraban Abdullah bin Umar dengan Nabi, menyebabkan dapat menghayati ajaran yang terkandung di dalamnya.

Abdullah bin Umar pernah menjadi guru. Murid-muridnya datang dari berbagai tempat untuk belajar dan mendapat bimbingannya.

Mencontoh sifat-sifat Nabi Muhammad saw. seperti cara memakai pakaian, makan, minum, dan lain-lain. Dengan dasar inilah, ia dapat digolongkan seorang yang berjiwa besar. Dia disegani dan dihormati.

Ketika wafatnya Utsman terjadi huru-hara. Para sahabat menginginkan Abdullah bin Umar menduduki jabatan khalifah, namun Abdullah bin Umar tidak menerima jabatan yang dianggapnya besar itu. Abdullah bin Umar ingin memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Muawiyah pernah berpesan kepada anaknya, Yazid, "Abdullah bin Umar memang terlalu sibuk dengan amaliah dan ibadah kepada Allah SWT, sehingga dia tidak mau menerima tawaran menjadi khalifah itu."

Mengerjakan salat malam tidak pernah lupa. Kain sajadah untuk sujud tetap terbentang dekat tempat tidurnya. Sebelum tidur, beliau salat terlebih dulu. Sejenak tidur, bangun lagi untuk mengambil air wudu. Kemudian salat beberapa rakaat. Ha
mpir setiap malamnya tidak kurang dari empat atau lima rakaat.

Abdullah bin Umar wafat pada tahun 72 Hijriah, tepat pada usia 84 tahun.

Sumber: http://www.oaseislam.com