Tidak sedikit di antara kita yang menuliskan pada statusnya di FB (Facebook): " Tahajjud sudah, dzikir sudah, baca al-Qur'an sudah. Sekarang apalagi ya?" Atau, ada lagi yang menuliskan bahwa dia sudah makan ini dan minum itu untuk sahur, agar diketahui orang lain bahwa dia sedang mengerjakan amal shalih puasa sunnah. Subhanallah...!!
Wahai para hamba Allah yang sedang meniti jalan menuju Rabbnya, janganlah luasnya rahmat dan ampunan Allah menjadikan kita merasa aman dari siksa dan adzab-Nya. Janganlah kita merasa bahwa segala amalan yang kita kerjakan pasti diterima oleh-Nya, siapakah yang bisa menjamin itu semua?
Allah Ta'ala berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
"Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka." (QS 23: 60).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: "Maksudnya, orang-orang yang memberikan pemberian itu khawatir dan takut tidak diterima amalannya, karena mereka merasa telah meremehkan dalam mengerjakan syarat-syaratnya." (Tafsir Ibnu Katsir, 3/234)
Aisyah radhiyallahu 'anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang ayat di atas, maka beliau menjawab: "Mereka adalah orang-orang yang berpuasa, bersedekah, shalat, dan mereka merasa khawatir tidak diterima amalannya." (HR. Tirmidzi no. 3175, Ibnu Majah no. 4198, Ahmad 6/159, Al-Hakim 2/393, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 162).
Allah Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan permisalan tentang hangusnya (terhapusnya) amalan seorang hamba.
Firman Allah Ta'ala:
أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya." (QS 2: 266)
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata: "Allah membuat permisalan tentang sebuah amalan." Umar bertanya: "Amalan apa?" Beliau menawab: "Amalan ketaatan seorang yang kaya, kemudian Allah mengutus setan kepadanya hingga orang itu berbuat maksiat yang pada akhirnya setan menghanguskan amalannya." (HR. Bukhari no. 4538. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, I/280).
Maka sudah selayaknya bagi kita untuk mengetahui apa saja sebab-sebab yang dapat menghapuskan amal shalih sehingga kita pun bisa menghindarinya.
Di antara sebab-sebab yang dapat menghapuskan amal shalih adalah:
1.Syirik Kepada Allah.
Tidak diragukan lagi bahwa syirik akan menghapuskan seluruh amal shalih, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS 39: 65)
ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
" Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." (QS 6: 88)
Aisyah radhiyallahu 'anha suatu hari pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Abdullah bin Jud'an yang mati dalam keadaan syirik pada masa jahiliyah, akan tetapi dia orang yang baik, suka memberi makan, suka menolong orang yang teraniaya dan punya kebaikan yang banyak. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Semua amalan itu tidak memberinya manfaat sedikitpun, karena dia tidak pernah mengatakan: 'Wahai Rabbku, berilah ampunan atas kesalahan-kesalahanku pada hari kiamat kelak." (HR. Muslim no. 214)
2. Riya'
Tidak diragukan lagi bahwa riya' membatalkan dan menghapuskan amalan seorang hamba. Dalam sebuah hadits qudsi, (Allah berfirman):
"Aku paling kaya, tidak butuh tandingan dan sekutu. Barangsiapa beramal menyekutukan-Ku kepada yang lain, maka Aku tinggalkan amalannya dan tandingannya." (HR. Muslim no. 2985)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah syirik kecil." Para sahabat bertanya: "Apa yang dimaksud dengan syirik kecil?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu riya'." (HR. Ahmad 5/428, Baihaqi no. 6831, Baghawi dalam Syarhus Sunnah 4/201, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 951, Shahih Targhib 1/120).
Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah berkata: "Ketahuilah bahwasanya amalan yang ditujukan kepada selain Allah bermacam-macam. Ada kalanya murni dipenuhi dengan riya', tidaklah yang ia niatkan kecuali mencari perhatian orang demi meraih tujuan-tujuan duniawi, sebagaimana halnya orang-orang munafik di dalam shalat mereka. Allah Ta'ala berfirman: "Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya' di hadapan manusia." (QS 4: 142). Lanjutnya lagi: "Sesungguhnya ikhlas dalam ibadah sangat mulia. Amalan yang dipenuhi riya' -tidak diragukan lagi bagi seorang muslim- sia-sia belaka, tidak bernilai, dan pelakunya berhak mendapat murka dan balasan dari Allah Ta'ala. Ada kalanya pula amalan itu ditujukan kepada Allah akan tetapi terkotori oleh riya'. (Taisir Aziz Hamid hal. 467).
Sekedar contoh: Seseorang sedang melaksanakan puasa sunnah dg niat semata-mata karena Allah. Tapi kemudian dia berkata agar diketahui oleh orang lain bahwa dia sedang berpuasa: "Enaknya buka puasa pakai apa ya?" Atau, ia "menulis di status FB-nya" bahwa ia telah melakukan amal shalih agar diketahui orang banyak. Maka hanguslah amalnya.
3. Menerjang Apa yg Diharamkan Allah Ketika Sedang Sendirian
Berapa banyak di antara kita yang berani menerjang hal-hal yang dilarang oleh Allah, utamanya ketika sedang sendiri dan merasa tidak ada yang tahu, padahal telah mengetahui bahwa Allah Ta'ala adalah dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Orang yang tetap nekat menerjang apa yang diharamkan Allah ketika sedang sendirian, maka akan terhapus amalnya berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Sungguh akan datang sekelompok kaum dari umatku pada hari kiamat dengan membawa kebaikan yang banyak semisal gunung yang amat besar. Allah menjadikan kebaikan mereka bagaikan debu yang bertebaran." Tsauban radhiyallahu 'anhu bertanya: "Terangkanlah sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, agar kami tidak seperti mereka." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Mereka masih saudara kalian, dari jenis kalian, dan mereka mengambil bagian mereka di waktu malam sebagaimana kalian juga, hanya saja mereka apabila menyendiri menerjang keharaman Allah." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 4245, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 505).
4. Menyebut-nyebut Amalan Shalihnya
Tidak diragukan lagi bahwa menyebut-nyebut amalan shalih dapat menghapuskan amal seorang hamba. Firman Allah Ta'ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang seperti itu bagaikan batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (QS 2: 264).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Ada tiga golongan yang tidak dilihat oleh Allah pada hari kiamat, tidak disucikan-Nya, dan baginya ADZAB YANG PEDIH." Para sahabat bertanya: "Terangkan sifat mereka kepada kami wahai Rasulullah, alangkah meruginya mereka." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Mereka adalah orang yang menjulurkan pakaiannya, orang yang suka menyebut-nyebut pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu." (HR. Muslim no. 106).
5. Mendahului Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Dalam Perintahnya
Maksudnya adalah, janganlah seorang muslim melakukan amalan yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab hal itu termasuk perbuatan lancang terhadap beliau. Sebab syarat diterimanya amal adalah yang sesuai dengan petunjuknya, yaitu ada contohnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS 49: 1)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa mengamalkan suatu amalan yang tidak adaperintah dari kami maka tertolak." (HR. Muslim no. 1718)
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Waspadalah anda dari ditolaknya amalan pada awal kali hanya karena menyelisihinya, engkau akan disiksa dengan berbaliknya hati ketika akan mati. Sebagaimana Allah berfirman: "Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat." (QS 6: 110). (Lihat majalah At-Tauhid, Jumadal Ula 1427 H).
6. Bersumpah Atas Nama Allah Tanpa Ilmu
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dahulu kala ada dua orang dari kalangan Bani Israil yang saling berlawanan sifatnya. Salah satunya gemar berbuat dosa, sedangkan yang satunya lagi rajin beribadah. Yang rajin beribadah selalu mengawasi dan mengingatkan temannya agar menjauhi dosa. Sampai suatu hari, ia berkata kepada temannya: 'Berhentilah berbuat dosa!' Karena terlalu seringnya diingatkan, temannya yang sering bermaksiat itu berkata: 'Biarkan aku begini. Apakah engkau diciptakan hanya untuk mengawasi aku terus?' Yang rajin beribadah itu akhirnya berang dan berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu!' Atau 'Demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga!!' Akhirnya Allah mencabut arwah keduanya dan dikumpulkan di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang rajin beribadah: 'Apakah engkau tahu apa yang ada pada diri-Ku, ataukah engkau merasa mampu atas`apa yang ada di tangan-Ku?' Allah berkata kepada yang berbuat dosa: 'Masuklah engkau ke dalam surga karena rahmat-Ku.' Dan Dia berkata kepada yang rajin beribadah: 'Dan engkau masuklah ke dalam neraka!'
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, orang ini telah mengucapkan perkataan yang membinasakan dunia dan akhiratnya." (HR. Abu Dawud no. 4901, Ahmad 2/323, dishahihkan oleh Ahmad Muhammad`Syakir dalam Syarh Musnad no. 8275. Lihat pula al-Misykah no. 2347).
Dari Jundub radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada orang yang berkata: 'Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.' Maka Allah berkata: 'Siapa yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan, sungguh Aku telah mengampuninya dan Aku membatalkan amalanmu!" (HR. Muslim no. 2621)
7. Membenci Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
Allah Ta'ala berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَرِهُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأَحْبَطَ أَعْمَالَهُمْ
"Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka." (QS 47: 9)
Yaitu karena mereka membenci apa yang dibawa oleh Rasul-Nya berupa Al-Qur'an yang isi kandungannya berupa tauhid dan hari kebangkitan, karena alasan itu maka Allah menghapuskan amal-amal kebajikan yang pernah mereka kerjakan. (Fathul Qadir 5/32).
8. Terluput Mengerjakan Shalat Ashar
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" Barangsiapa yang terluput dari mengerjakan shalat ashar, maka terhapuslah seluruh pahala amalannya pada hari itu." (HR. Bukhari, An Nasaa-i dan Ibnu Majah)
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kekuatan oleh Allah untuk menjauhi sebab-sebab yang dapat menghanguskan amal sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dan kita memohon kepada Allah agar amalan yang kita kerjakan dinilai sebagai amalan yang shalih, yang diterima di sisi-Nya, Allahumma amin.
sumber : http://taushiyah-online.com/index.php?page=taushiyah/detail_Tausyiah&idT=195
Minggu, 22 November 2009
Kamis, 19 November 2009
Perbankan Syariah : Langkah Menuju Masyarakat Madani
Perbankan syariah seperti kita ketahui sudah sangat berkembang diberbagai negara, bahkan negara yang notabene mayoritas penduduknya non muslim yaitu Inggris, perbankan syariah sangat diperhitungkan di Inggris, dengan diterimanya sistem ekonomi islam dalam wujud dukungan dari pemerintahan Inggris sendiri karena melihat sektor perbankan syariah adalah sektor yang sangat potensial. Maka dari itu Inggris berencana akan menjadi Center of Islamic Banking in Europe. Bagaimana dengan Indonesia??? Just Read this article until the end,OK.
Ekonomi Islam yang salah satu unsurnya adalah perbankan syariah sangat mengedepankan keadilan dalam berbagai kegiatan ekonominya dengan tidak adanya unsur ribawi yang sama sekali tidak ada unsur keadilan didalamnya.
Mengenai hal riba (bunga), kita bisa ambil contoh ketika seseorang ingin mendapatkan dana untuk suatu keperluan, ketika mereka melalui Bank Konvensional, maka dalam pemberian kredit itu akan ditetapkan bunga pada awal peminjaman, yang membuatnya tidak adil adalah bank tidak mempedulikan apakah sang debitur mendapatkan keuntungan atau sebaliknya mengalami kerugian dalam penggunaan kredit tersebut untuk usaha, atau kredit yang diberikan hanya untuk sekedar hal yang konsumtif dan tidak produktif. Bank Konvensional biasanya tidak memperdulikan hal-hal tersebut, yang terpenting adalah cicilan kredit plus bunga tiap bulan harus dibayarkan oleh debitur.
Lalu bagaimana dengan Bank Syariah, satu hal yang jelas dari Bank Syariah adalah bebas dari riba karena riba hukumnya haram sebagaimana firman Allah SWT pada Surat Al Baqarah ayat 275 yang artinya:
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah : 275 )“
Selain bebas dari riba, Bank Syariah berbasis pada kegiatan ekonomi yang nyata atau sektor riil, pada Bank Konvensional, anda diperbolehkan mengambil kredit untuk apa saja, tanpa tahu harus digunakan untuk apa kreditnya. Sebaliknya yang dilakukan Bank Syariah adalah dalam bentuk pembiayaan untuk keperluan konsumen, yaitu dengan cara membelikan barang yang dibutuhkan konsumen dengan akad murabahah, atau menyuntikan modal untuk memulai atau mengembangkan usahanya dengan akad mudharabah atau musyarakah, sehingga betul-betul untuk kebutuhan riil dari nasabah atau pengaju pembiayaan.
Dari sinilah pebankan syariah bisa menjadi salah satu tonggak dalam bidang perekonomian untuk mewujudkan masyarakat madani yang berkeadilan dan berkesejahteraan. Sebelumnya pengertian dari masyarakat madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasiskan pada: nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang keimanan; menghormati pluralitas (tetapi tidak dengan pluralisme), bersikap terbuka dan demokratis; dan bergotong royong menjaga kedaulatan negara.
Pengertian dari masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan konteks masyarakat Indonesia di masa kini yang terikat dalam ukhuwah Islamiyyah (ikatan keislaman), ukhuwah wathaniyyah (ikatan kebangsaan), dan ukhuwah basyariyyah (ikatan kemanusiaan) dalam bingkai NKRI”.
Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Maka dari itu cita-cita tersebut harus diperjuangkan bersama-sama seluruh segenap elemen bangsa. Salah satunya adalah Ekonomi Islam yang sudah terbukti kekuatannya pada saat krisis ekonomi global yang melanda dunia dan meluluhlantahkan Ekonomi Konvensional, jika saya lihat siklus kebobrokan Ekonomi Konvensional adalah sekitar 10-11 tahun sekali, penyebabnya mari kita sama-sama cari tahu dan membandingkan dengan Ekonomi Islam yang kuat bertahan sebagai riil solution bagi permasalahan ekonomi. Mungkin saya paparkan salah satunya yaitu perbankan syariah berbasis pada sektor riil, karena pada krisis ekonomi kemarin yang sangat terpengaruh adalah sektor pasar modal, seperti bangkrutnya perusahaan Lehman Brothers pialang sekuritas terbesar USA, tetapi bisa kita lihat sektor riil misalnya dipasar-pasar tradisional, atau pun pasar tanah abang tidak terlalu besar dampaknya.
Perbankan Syariah bisa menjembatani bangsa ini menuju masyarakat madani karena sama-sama mempunyai nilai yang disebutkan dalam pengertian masyarakat madani, diantaranya menjunjung nilai-nilai dan moral yang ditopang keimanan, dalam segala hal perbankan syariah dalam operasional harus berpijak pada Al Qur’an dan As Sunnah, jadi insya Allah hal-hal yang mendegradasi moralitas bangsa dalam segi ekonomi akan otomatis terjauhi. Apa saja yang membuat degradasi moralitas bangsa setidaknya ada tiga ,yaitu Rakus, Riswah, Riba .
Rakus kita bisa lihat dari tamaknya seseorang dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi yang akhirnya menghasilkan praktek korupsi dan kawan-kawannya, yang menurut ICW (Indonesia corruption watch) pada tahun 2006 saja sudah 14 triliun uang negara dikorupsi.
Riswah (Suap) karena ketamakannya maka mereka melakukan suap untuk memuluskan kegiatan illegal dalam perekonomian seperti ekonomi “pelacuran”, ekonomi “korupsi dan judi”, ekonomi “obat terlarang dan black market” yang semuanya merusak akhlaq dan merugikan perekonomian.
Terakhir adalah Riba seperti yang sudah dipaparkan diatas riba hukumnya haram dan ini adalah salah satu dari tiga pilar “Satanic Finance” yang membuat hutang bangsa tidak kunjung habisnya, mungkin bisa dibahas dilain waktu tentang tiga pilar itu.
Dari ketiga unsur itu, perbankan syariah sangat bertolak belakang dan terlepas dari ketiga unsur itu, karena sekali lagi perbankan syariah menjunjung tinggi akhlaq dalam hal bermuamalah. Sehingga dapat dikatakan dalam cita-cita menuju masyarakat madani, perbankan syariah mempunyai peranan penting apalagi semua sektor kehidupan tidak terlepas dan selalu terkait dengan ekonomi. Perbankan syariah telah terbukti dan teuji pada saat krisis ekonomi dapat bertahan dari gelombang krisis, perbankan syariah akan menjadi salah satu solusi dalam hal ekonomi menuju masyarakat madani. Insya Allah, amin. GET HAPPY WITH ISLAMIC BANKING.
sumber : http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/08/24/perbankan-syariah-langkah-menuju-masyarakat-madani-2/
Rabu, 18 November 2009
Setelah Sekian Lama Mencari Agama yang Benar, Seorang Pemuda Australia Putuskan Memeluk Islam
Seorang Pemuda Australia mengumumkan keislamannya setelah sekian lama mencari agama yang benar. Pemuda tersebut menuturkan kisahnya, “Kisahku ini berawal ketika aku mencari agama yang benar pada tahun pertama di bangku kuliah. Saat itu ayah dan ibuku bercerai, anjingku mati, dan tragisnya hal itu terjadi dalam pekan yang sama. Dan pada tahun yang sama pula, aku kehilangan temanku. Dari sinilah, aku mulai bertanya, “Kenapa aku ada?” “Apa sebenarnya tujuan hidup ini?” Kemudian aku mulai mencari agama yang benar.
Karena aku orang australia, tentu teman-temanku beragama nasrani. Suatu ketika aku pergi bersama mereka ke perkemahan. Di sana orang-orang sedang mengerjakan shalat sambil bersenandung yang aku tidak memahaminya. Dan yang dapat kutangkap hanyalah ungkapan, “Allah mencintaiku”, hal itu saat aku menanyakan kenapa anjingku mati?
“Banyak pertanyaan yang membuatku bingung. Ketika aku tanyakan kepada pendeta atau dukun, setiap mereka menjawabnya dengan jawaban yang berbeda satu dengan yang lainnya tanpa memberikan satu dalil pun dari kitab suci.
“Aku juga pernah berkenalan dengan seseorang yang menganut agama hindu. Aku menanyakan kepadanya, ‘Apa alasannya meletakkan kepala gajah di atas patung-patung mereka?’. Maka jawabannya pun bukanlah jawaban yang diharapkan”, lanjut pemuda itu.
Pemuda itu menceritakan lebih jauh, bahwa dia juga telah mencari di dalam sekte-sekte di agama Kristen, agama yahudi, dan budha, tapi belum menemukan jawaban yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang membuatnya bimbang dan labil.
Suatu hari, dia ditanya oleh salah seorang temannya tentang agama-agama yang telah dia pelajari. Dia menjawab, bahwa dia telah mencari (agama yang benar) di dalam agama nasrani, budha, dan yahudi. Lalu temannya bertanya kepadanya, “Kenapa kamu tidak berusaha mencari jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan dan meresahkanmu mu di dalam Islam?”, maka dia menjawabnya dengan nada mengejek, “Mereka adalah teroris”. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam salah satu masjid. Di sana seorang berjanggut lebat yang dikenal dengan Abu Hamzah dan beberapa orang menghampiri dan menyambutnya serta sangat memuliakannya. Lalu mengajaknya berbincang-bincang dengan lembut dan penuh hormat. Abu hamzah menjawab setiap pertanyaannya dengan ayat al-Qur’an al-karim.
Pada suatu malam pemuda tersebut berusaha mendapatkan sebuah isyarat yang membawanya masuk ke dalam Islam, ketika ada sebuah kilat dan petir, tapi tidak terjadi sesuatu apapun.
Kemudian dia memutuskan secara tiba-tiba untuk membaca sebagian ayat-ayat al-Qur’an al-Karim, lalu dia menemukan ayat-ayat “Tadabbur” (renungan) tentang penciptaan langit-langit, bumi, matahari, bintang-bintang, dan planet-planet, maka dari sinilah dia memutuskan untuk memeluk Islam.(www.alsofwah.or.id)
Karena aku orang australia, tentu teman-temanku beragama nasrani. Suatu ketika aku pergi bersama mereka ke perkemahan. Di sana orang-orang sedang mengerjakan shalat sambil bersenandung yang aku tidak memahaminya. Dan yang dapat kutangkap hanyalah ungkapan, “Allah mencintaiku”, hal itu saat aku menanyakan kenapa anjingku mati?
“Banyak pertanyaan yang membuatku bingung. Ketika aku tanyakan kepada pendeta atau dukun, setiap mereka menjawabnya dengan jawaban yang berbeda satu dengan yang lainnya tanpa memberikan satu dalil pun dari kitab suci.
“Aku juga pernah berkenalan dengan seseorang yang menganut agama hindu. Aku menanyakan kepadanya, ‘Apa alasannya meletakkan kepala gajah di atas patung-patung mereka?’. Maka jawabannya pun bukanlah jawaban yang diharapkan”, lanjut pemuda itu.
Pemuda itu menceritakan lebih jauh, bahwa dia juga telah mencari di dalam sekte-sekte di agama Kristen, agama yahudi, dan budha, tapi belum menemukan jawaban yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang membuatnya bimbang dan labil.
Suatu hari, dia ditanya oleh salah seorang temannya tentang agama-agama yang telah dia pelajari. Dia menjawab, bahwa dia telah mencari (agama yang benar) di dalam agama nasrani, budha, dan yahudi. Lalu temannya bertanya kepadanya, “Kenapa kamu tidak berusaha mencari jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan dan meresahkanmu mu di dalam Islam?”, maka dia menjawabnya dengan nada mengejek, “Mereka adalah teroris”. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam salah satu masjid. Di sana seorang berjanggut lebat yang dikenal dengan Abu Hamzah dan beberapa orang menghampiri dan menyambutnya serta sangat memuliakannya. Lalu mengajaknya berbincang-bincang dengan lembut dan penuh hormat. Abu hamzah menjawab setiap pertanyaannya dengan ayat al-Qur’an al-karim.
Pada suatu malam pemuda tersebut berusaha mendapatkan sebuah isyarat yang membawanya masuk ke dalam Islam, ketika ada sebuah kilat dan petir, tapi tidak terjadi sesuatu apapun.
Kemudian dia memutuskan secara tiba-tiba untuk membaca sebagian ayat-ayat al-Qur’an al-Karim, lalu dia menemukan ayat-ayat “Tadabbur” (renungan) tentang penciptaan langit-langit, bumi, matahari, bintang-bintang, dan planet-planet, maka dari sinilah dia memutuskan untuk memeluk Islam.(www.alsofwah.or.id)
Langganan:
Postingan (Atom)