Sebagai bulan yang Istimewa dan penuh berkah, pada Bulan Ramadhan terdapat banyak amalan-amalan utama yang memiliki banyak nilai lebih dibanding amalan-amalan di bulan lain. Berikut di antara amalan-amalan utama di Bulan Ramadhan tersebut:
1. Puasa Ramadhan
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan
mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari
dan Muslim)
2. Memberikan makanan untuk berbuka puasa
Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa
maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa
mengurangi sedikit pun pahala orang itu. (HR. At Tirmidzi)
3. Tadarus Al Qur’an
"Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu
kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Saya
tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf,
Lam satu huruf, dan Mim satu huruf." (HR. At Tirmidzi)
4. Memperbanyak Doa
“Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang
berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang
teraniaya.” (HR. At Tirmidzi)
5. Shalat Malam/ Tarawih
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan
keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
6. Shadaqah
"Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. At Tirmidzi dari Anas)
7. I’tikaf
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf
pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya,
beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim)
8. Umrah
"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Bukhari dan Muslim)
9. Menghidupkan Malam Lailatul Qadar
"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari iman dan mengharap
pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tulisan dihimpun dari berbagai sumber Agama
Sabtu, 20 Juli 2013
Dalil-dalil Tentang Kewajiban dan Keutamaan Puasa Ramadhan
Dalil-dalil tentang kewajiban puasa Ramadhan sangatlah banyak dalam
nash-nash Al-Qur`an dan Sunnah.
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia,
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, ketika seorang A’raby bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,
Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim ,dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab,
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah dimaklumi secara darurat dalam syariat Islam.
Seluruh dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat besar dan menunjukkan bahwa betapa agung nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam keutamaan puasa secara umum dan keutamaan puasa Ramadhan secara khusus. Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah dan bergembira terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa keutamaan puasa. Di antaranya adalah:
Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.
Allah Jalla Tsanâ`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka.
Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Juga dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat.
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.
Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalankan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis kesabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal menjalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelemahan pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan.
Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi.
Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun.
Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa.
Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah[1], zhihâr [2], sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja[4], dan pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari kiamat.
Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia,
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ
الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa Anna Muhammadan ‘Abduhu wa Rasûluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.” Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, ketika seorang A’raby bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,
خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ .
فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُنَّ قَالَ : لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ
وَصِيَامُ شَهْرِ رَمَضَانَ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهُ فَقَالَ :
لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . وَذَكَرَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ :
لاَ. إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ . قَالَ فَأَدْبَرَ الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُولُ
وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا وَلاَ أَنْقُصُ مِنْهُ. فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ .
“Shalat lima waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam.” Maka,
ia berkata, “Apakah ada kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab,
“Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah. Juga puasa Ramadhan.” Maka, ia
berkata, “Apakah ada kewajiban lain terhadapku?” Beliau menjawab, “Tidak
ada, kecuali hanya ibadah sunnah,” dan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam menyebutkan
(kewajiban) zakat terhadapnya. Maka, ia berkata, ‘Apakah ada kewajiban
lain terhadapku?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada, kecuali hanya ibadah
sunnah.” Kemudian, orang tersebut pergi seraya berkata, “Demi Allah,
saya tidak akan menambah di atas hal ini dan tidak akan menguranginya.’
Maka, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ia telah beruntung apabila jujur.’.”Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Anas bin Malik radhiyallâhu ‘anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jâbir bin Abdillah radhiyallâhu ‘anhumâ.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim ,dan hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam menjawab,
الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ
وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً.
“Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk
diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah,
engkau menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta
berhaji ke rumah (Allah) bila engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.”Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah dimaklumi secara darurat dalam syariat Islam.
Seluruh dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat besar dan menunjukkan bahwa betapa agung nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam keutamaan puasa secara umum dan keutamaan puasa Ramadhan secara khusus. Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah dan bergembira terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa keutamaan puasa. Di antaranya adalah:
Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.
Allah Jalla Tsanâ`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
“…Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar.” [Al-Ahzâb: 35]Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka.
Dalam riwayat Al-Bukhâry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ
أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَسْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ
قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّيْ امْرُؤٌ صَائِمٌ
“… dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada
pada hari puasa, janganlah ia berbuat sia-sia dan janganlah ia banyak
mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia
berkata, ‘Saya sedang berpuasa.’.”Juga dalam hadits Jâbir, ‘Utsman bin Abil ‘Âsh, dan Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Imam Ahmad dan selainnya, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan.”Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat.
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ
فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ،
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu
menikah, hendaklah ia menikah karena hal tersebut lebih menundukkan
pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu,
hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus
syahwatnya.”Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.
Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal menjalankan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah. Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis kesabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal menjalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar, haus, dan kelemahan pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu. Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas.” [Az-Zumar: 10]Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan.
Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi.
Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ
عَشْرَ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ
وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ يَدَعُ
شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِيْ وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ
عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipatgandakan menjadi
sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
‘Kecuali puasa. Sesungguhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan
Aku yang akan memberikan pahalanya karena (orang yang berpuasa)
meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku.’ Bagi orang yang
berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan
kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.” (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim)Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh puluh tahun.
Dalam hadits Abu Sa’id Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَصُومُ يَوْمًا فِى سَبِيلِ اللَّهِ
إِلاَّ بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلِكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ
سَبْعِينَ خَرِيفًا
“Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah,
kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah akan menjauhkan
wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.”Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa.
Dalam hadits Sahl bin Sa’ad As-Sâ’idy radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ
الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ
يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ
فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ
مِنْهُ أَحَدٌ
“Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyân.
Orang-orang yang berpuasa akan masuk melaluinya pada hari kiamat. Tidak
ada seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, ‘Di mana
orang-orang yang berpuasa?’ Lalu mereka memasukinya. Jika (orang)
terakhir dari mereka telah masuk, (pintu) itupun dikunci sehingga tidak
ada seorang pun yang melaluinya.”Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.
Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamân radhiyallâhu ‘anhumâ riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِيْ أَهْلِهِ وَمَالِهِ
وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ
وَالصَّدَقَةُ وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْىُ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan
tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat, shadaqah, serta amar
ma’ruf dan nahi mungkar.” (Konteks hadits adalah milik Imam Muslim)Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى
الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ
إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Shalat lima waktu, (dari) Jum’at ke Jum’at, dan (dari) Ramadhan
ke Ramadhan, adalah penggugur dosa (seseorang pada masa) di antara waktu
tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.”Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah[1], zhihâr [2], sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz Dzimmah ‘orang yang berada di bawah perjanjian’ tanpa sengaja[4], dan pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Dalam haditsnya riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nasâ`i, Ibnu Hibban, dan lain-lain, Abu Umâmah radhiyallâhu ‘anhu berkata kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمُرْنِيْ بِعَمَلٍ أَدْخُلُ بِهِ الْجَنَّةَ . قَالَ عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لاَ مِثْلَ لَهُ.
“Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu
amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke dalam surga. Beliau bersabda,
‘Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya.’.”Kesebelas, puasa memberi syafa’at pada hari kiamat.
Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallâhu ‘anhumâ, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَقُولُ الصِّيَامُ أَيْ رَبِّ مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ
وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. وَيَقُولُ الْقُرْآنُ
مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ فَشَفِّعْنِيْ فِيهِ. قَالَ
فَيُشَفَّعَانِ.
“Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafa’at untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, ‘Wahai Rabb-ku,
saya telah melarangnya terhadap makanan dan syahwat pada siang hari,
maka izinkanlah saya untuk memberi syafa’at baginya.’ Al-Qur`an berkata,
‘Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka izinkanlah saya untuk
memberi syafa’at baginya.’ (Beliau) bersabda, ‘Maka, keduanya mendapat
izin untuk mensyafa’ati (hamba) tersebut.’.” (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hâkim, dan selainnya. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tamâmul Minnah hal. 394-395)Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
“Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu.”Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya diampuni.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry dan Muslim, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Kategori
Marhaban Ya Ramadhan
Minggu, 07 Juli 2013
Produknya yang mana ???
Di suatu siang beberapa hari yang lalu, ketika sedang mengendarai sepeda motor dari rumah menuju kantor, saya bertemu dengan sales-sales salah satu produk (nama sengaja tidak disebutkan) yang nota bene wanita-wanita muda. Berambut panjang, tinggi, berkulit putih, dan ciri-ciri lainnya yang biasa dijadikan prasyarat oleh suatu perusahaan untuk merekrut tenaga-tenaga penjaja produknya. Mereka terlihat berjalan, baik sendirian ataupun berdua dengan temannya keluar masuk komplek pertokoan yang terletak searah dengan jalan ke kantor.
Saya sengaja memperhatikan aktivitas mereka sejenak, dengan bermodalkan beberapa bungkus produk di tangan, mengenakan pakaian terusan super ketat dan entah beberapa centi di atas lutut mereka berjalan santai berlenggak-lenggok di depan banyak pria yang ada di sekitar toko tersebut. Apakah mungkin mereka ingin membuat pria di sekitarnya bilang Wow dengan imajinasi di masing-masing benaknya ? Wallahu ta'ala a'lam. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Di sekitarnya saya lihat reaksi beberapa pria yang langsung berpaling melihat wanita-wanita itu, memperhatikan dari ujung ke ujung, dengan tatapan tajam dan mata yang sedikit membelalak. Membuat saya kadang ingin bertanya langsung kepada mereka, yang mau di tawarkan produk atau fisiknya sih mbak/neng/dek ? Belum selesai di sana, sejumlah pria yang duduk-duduk mengobrol atau mungkin mereka sedang beristirahat siang pun tampak saling memberikan kode kepada teman-temannya yang lain, baik berupa siulan atatupun kedipan mata, seakan-akan mereka sedang berujar dalam telepatinya, "ada barang bagus bro..". dan setiap orang pun memandang tubuh-tubuh kalian serta memuaskan hasratnya masing-masing meski sebatas benak pikiran.
Tidak munafik, tetapi memang begitulah fitrahnya para lelaki, terkecuali bagi mereka yang sanggup menjaga dan menahan pandangannya. Saya pernah mendengar sebuah tausiyah, "Kelemahan seorang lelaki ada pada matanya, dan dari apa yang ia lihat lah, yang dapat menimbulkan syahwatnya. Dan kelemahan wanita ada pada auratnya, karena mayoritas wanita sangat sulit menjaga aurat." Bahkan dalam realita kebanyakan mereka suka mengumbar aurat di khalayak ramai. Baik itu wanita yang mengenakan jilbab modis, maupun mereka yang sama sekali tidak berjilbab. Wanita terkadang merasa bangga ketika keelokan tubuhnya di puji oleh pria, padahal itu sebenarnya menjadi rendah, karena yang memuji hanyalah suka kepada fisiknya saja, bukan kepada orangnya.
Dan kembali ke masalah di atas, mungkin dosa-dosa pria itu bertambah, tapi 1 hal yang perlu di ingat, dosa-dosa kalian juga sangat mungkin lebih banyak. Karena kalian mendapat dosa mengumbar aurat, dan menjadi penyebab orang lain berbuat dosa. Dan dalam kondisi yang berbeda, mengumbar aurat bisa jadi pahala JIKA hal itu kalian lakukan di hadapan suami kalian sendiri.
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberikan hidayah kepada kita semua.. Hidayah yang dapat membuat kita (laki-laki) untuk dapat lebih menjaga mata, hati dan lisan dari perkara-perkara yang Alloh haramkan. Dan Alloh lah sebaik-baik penjaga. Dan hidayah kepada para wanita yang mungkin sampai saat ini masih suka mengumbar aurat demi mendapat sedikit dari keuntungan dunia, serta memberikan keistiqomahan kepada mereka yang telah menjaga hijabnya. Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi alaa diinik ! (yzi)
Saya sengaja memperhatikan aktivitas mereka sejenak, dengan bermodalkan beberapa bungkus produk di tangan, mengenakan pakaian terusan super ketat dan entah beberapa centi di atas lutut mereka berjalan santai berlenggak-lenggok di depan banyak pria yang ada di sekitar toko tersebut. Apakah mungkin mereka ingin membuat pria di sekitarnya bilang Wow dengan imajinasi di masing-masing benaknya ? Wallahu ta'ala a'lam. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Di sekitarnya saya lihat reaksi beberapa pria yang langsung berpaling melihat wanita-wanita itu, memperhatikan dari ujung ke ujung, dengan tatapan tajam dan mata yang sedikit membelalak. Membuat saya kadang ingin bertanya langsung kepada mereka, yang mau di tawarkan produk atau fisiknya sih mbak/neng/dek ? Belum selesai di sana, sejumlah pria yang duduk-duduk mengobrol atau mungkin mereka sedang beristirahat siang pun tampak saling memberikan kode kepada teman-temannya yang lain, baik berupa siulan atatupun kedipan mata, seakan-akan mereka sedang berujar dalam telepatinya, "ada barang bagus bro..". dan setiap orang pun memandang tubuh-tubuh kalian serta memuaskan hasratnya masing-masing meski sebatas benak pikiran.
Tidak munafik, tetapi memang begitulah fitrahnya para lelaki, terkecuali bagi mereka yang sanggup menjaga dan menahan pandangannya. Saya pernah mendengar sebuah tausiyah, "Kelemahan seorang lelaki ada pada matanya, dan dari apa yang ia lihat lah, yang dapat menimbulkan syahwatnya. Dan kelemahan wanita ada pada auratnya, karena mayoritas wanita sangat sulit menjaga aurat." Bahkan dalam realita kebanyakan mereka suka mengumbar aurat di khalayak ramai. Baik itu wanita yang mengenakan jilbab modis, maupun mereka yang sama sekali tidak berjilbab. Wanita terkadang merasa bangga ketika keelokan tubuhnya di puji oleh pria, padahal itu sebenarnya menjadi rendah, karena yang memuji hanyalah suka kepada fisiknya saja, bukan kepada orangnya.
Dan kembali ke masalah di atas, mungkin dosa-dosa pria itu bertambah, tapi 1 hal yang perlu di ingat, dosa-dosa kalian juga sangat mungkin lebih banyak. Karena kalian mendapat dosa mengumbar aurat, dan menjadi penyebab orang lain berbuat dosa. Dan dalam kondisi yang berbeda, mengumbar aurat bisa jadi pahala JIKA hal itu kalian lakukan di hadapan suami kalian sendiri.
Semoga Alloh subhanahu wa ta'ala memberikan hidayah kepada kita semua.. Hidayah yang dapat membuat kita (laki-laki) untuk dapat lebih menjaga mata, hati dan lisan dari perkara-perkara yang Alloh haramkan. Dan Alloh lah sebaik-baik penjaga. Dan hidayah kepada para wanita yang mungkin sampai saat ini masih suka mengumbar aurat demi mendapat sedikit dari keuntungan dunia, serta memberikan keistiqomahan kepada mereka yang telah menjaga hijabnya. Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qolbi alaa diinik ! (yzi)
Selasa, 18 Juni 2013
Pergaulan Ikhwan - Akhwat
Pergaulan dalam istilah bahasa Indonesia berarti
kehidupan bersama, yakni kehidupan antar sesama manusia. Salah satu
bentuk pergaulan antar sesama manusia adalah pergaulan antara laki-laki
dan perempuan. Terkadang bentuk pergaulan tersebut bisa berupa
persahabatan yang terjalin antara mereka dengan saling mengutarakan isi
hati (tempat curhat).
Sebuah persahabatan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan bisa dilatarbelakangi oleh kesamaan ide, gagasan, gaya hidup, minat, kebutuhan-kebutuhan, cara berpikir dan harapan-harapan. Dari situ muncullah simpati dan selanjutnya akan ada keterbukaan, jika sudah saling terbuka, maka dilanjutkan dengan sikap curhat. Dalam nuansa religiusnya biasanya dipakai kata ‘ukhuwah’. Namun ukhuwah ini didasari dengan keimanan, keikhlasan dan muroqobatullah.
Kedudukan sahabat begitu khusus dalam hati seseorang, sehingga persahabatan yang terjadi antara lawan jenis non mahrom perlu dipertanyakan, apakah mereka memang murni sebagai seorang sahabat ? Sebab tidak tertutup kemungkinan di hati mereka atau salah seorang dari mereka ada perasaaan memiliki dan penuh harap. Curhat yang terjalin diantara merekapun sebenarnya bukanlah untuk mencarikan sebuah solusi namun tidak jarang hanya untuk pengaduan dan minta perhatian.
Secara fitrah, antara laki-laki dan perempuan memiliki saling ketertarikan seperti positif dan negatif, sehingga tidak ada hubungan persahabata yang bebar-benar tulus diantara mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian baik bagi ikhwan maupun akhwat, sebab fenomena ini yang berkembang akhir-akhir ini telah terjadi ‘kelonggaran’ dalam pergaulan, apakah memang zamannya saudah berubah atau karena ruang lingkup dakwah sudah meluas, pergaulan sudah heterogen, bahkan dengan masyarakat secara umum. Sehingga perlu evaluasi kembali terhadap lawan njenis, kendati apa yang dilakuakn semata-mata demi berkembangnya dakwah.
Islam sebagai Dinullah telah mengatur kehidupan antar sesama manusia dengan rincinya. Islam sangat menjaga agar hubungan kerja sama antara laki-laki dan perempuan (ikhwan dan akhwat) hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat bukan hubungan yang bersifat khusus seperti saling mengunjungi antara mereka yang bukan mahrom atau jalan-jalan bersama. Kerjasama antara keduanya bertujuan agar mereka melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya.
Interaksi diantara mereka mestinya tidak mengarah pada hubungan yang bersifat nafsu syahwat, artinya interaksi mereka tetap dalam koridor kerjasama semata (amal jama’i) dalam menggapai berbagai kemaslahatan dakwah dan dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang bermanfaat, tanpa diwarnai oleh ‘kepentingan individu lainnya’.
Pergaulan ikhwan dan akhwat hendaknya menjadikan aspek ruhani sebagai landasan hukum dan syariat sebagai tolok ukur yang didalamnya terdapat hukum yang mampu menciptakan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Dalam menjaga hubungan dengan lawan jenis, rambu yang telah ditentukan Islam hendaknya dijadikan pedoman sekalipun hubungan tersebut dalam kerangka dakwah. Larangan dalam persoalan ini demikian tegas. Atas dasar itu, Islam menetapkan sifat menjaga kehormatan sebagai suatu kewajiban. Diantara ketentuan hukum yang berkenaan dengan hubungan terhadap lawan jenis antara lain adalah :
Pertama, Perintah untuk menjaga pandangan. Allah Swt berfirman : Katakanlah kepada laki-laki yang mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sikap demikian adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tahu atas apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS An-Nur : 30-31).
Apapun agen da dakwah yang hendak kita lukan, pandangan terhadap lawan jenis tetap harus dijaga, bukan berarti kita tidak melihat lawan jenis sama sekali, namun menjaga mata agar tidak saling menatap, sebab tatapan mata yang berlama-lama dapat mempengaruhi perasaan sehingga syaitan sangat leluasa menggoda. Rukhshoh hanya diberikan kepada mereka yang terlibat dalam proses belajar mengajar, transaksi jual beli, memberikan kesaksian, berobat dan saat khitbah.
Kedua, Islam telah memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian secara sempurna. Yakni pakaian yang menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. (QS Al-Ahzab : 59). Adapun bentuk dan model pakaian tidaklah termasuk urusan ibadah murni tatpi termasuk aspek muamalah yang illat dan ketentuan hukumnya berporos pada maksud dan tujuan syariat (sebagaimana yang diungkapkan Prof. Abdul Halim dalam Tahrirul Mar’ahnya).
Oleh sebab itu, bagaimanapun bentuk dan model pakaian asalakan dapat menutup aurat dengan memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan syariat, sesuai dengan kondisi iklim dan pada sisi lain memudahkan wanita bergerak, maka dapat diterima oleh syar’i. Kriteria dan persyaratan itu antara lain menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapan dan punggung tangan, longgar, tidak ketat dan tidak transparan, serta serasi dan tidak mencolok.
Ketiga, Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan), kecuali wanita itu disertai mahramnya. Rasulullah Saw bersabda : Tidak dibolehkan seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya.
Keempat, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus hendaknya jamaah (komunitas) kaum wanita terpisah dari jamaah kaum pria; begitu juga didalam masjid, sekolah, dan lain sebagainya. Paling tidak jangan sampai terjadi pembauran (ikhtilat), sekalipun dalam urusan dakwah. Pengaturan dan penjagaan shaf ikhwan dan akhwat baik dalam berdemo atau kegiatan lainnya perlu di tata kembali. Ikhtilat ini sangat banyak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat seperti di dalam kendaraan umum, di pasar, dllnya. Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan hal seperti ini dikategorikan sebagai bentuk dhorurat, selama kita memang belum mampu mengubahnya, namun apabila kita bisa mengaturnya, maka hukum dhorurat tidak berlaku lagi.
Demikian antara lain sebagian kecil dari sekian banyak rambu-rambu yang telah diatur Islam dalam pergaulan. Dakwah sudah menyebar, pergaulan sudah semakin luas, nemun kita sebagai kader dakwah hendaknya tetap menjaga asholah dakwah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
(Oleh : Ustdz. Dra. Herlini Amran, MA., Tarbiyah Akhwat. Majalah Al-Izzah Edisi 12 Th.1/Juli 2004)
Sebuah persahabatan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan bisa dilatarbelakangi oleh kesamaan ide, gagasan, gaya hidup, minat, kebutuhan-kebutuhan, cara berpikir dan harapan-harapan. Dari situ muncullah simpati dan selanjutnya akan ada keterbukaan, jika sudah saling terbuka, maka dilanjutkan dengan sikap curhat. Dalam nuansa religiusnya biasanya dipakai kata ‘ukhuwah’. Namun ukhuwah ini didasari dengan keimanan, keikhlasan dan muroqobatullah.
Kedudukan sahabat begitu khusus dalam hati seseorang, sehingga persahabatan yang terjadi antara lawan jenis non mahrom perlu dipertanyakan, apakah mereka memang murni sebagai seorang sahabat ? Sebab tidak tertutup kemungkinan di hati mereka atau salah seorang dari mereka ada perasaaan memiliki dan penuh harap. Curhat yang terjalin diantara merekapun sebenarnya bukanlah untuk mencarikan sebuah solusi namun tidak jarang hanya untuk pengaduan dan minta perhatian.
Secara fitrah, antara laki-laki dan perempuan memiliki saling ketertarikan seperti positif dan negatif, sehingga tidak ada hubungan persahabata yang bebar-benar tulus diantara mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian baik bagi ikhwan maupun akhwat, sebab fenomena ini yang berkembang akhir-akhir ini telah terjadi ‘kelonggaran’ dalam pergaulan, apakah memang zamannya saudah berubah atau karena ruang lingkup dakwah sudah meluas, pergaulan sudah heterogen, bahkan dengan masyarakat secara umum. Sehingga perlu evaluasi kembali terhadap lawan njenis, kendati apa yang dilakuakn semata-mata demi berkembangnya dakwah.
Islam sebagai Dinullah telah mengatur kehidupan antar sesama manusia dengan rincinya. Islam sangat menjaga agar hubungan kerja sama antara laki-laki dan perempuan (ikhwan dan akhwat) hendaknya bersifat umum dalam urusan-urusan muamalat bukan hubungan yang bersifat khusus seperti saling mengunjungi antara mereka yang bukan mahrom atau jalan-jalan bersama. Kerjasama antara keduanya bertujuan agar mereka melaksanakan apa yang menjadi kewajiban-kewajibannya.
Interaksi diantara mereka mestinya tidak mengarah pada hubungan yang bersifat nafsu syahwat, artinya interaksi mereka tetap dalam koridor kerjasama semata (amal jama’i) dalam menggapai berbagai kemaslahatan dakwah dan dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang bermanfaat, tanpa diwarnai oleh ‘kepentingan individu lainnya’.
Pergaulan ikhwan dan akhwat hendaknya menjadikan aspek ruhani sebagai landasan hukum dan syariat sebagai tolok ukur yang didalamnya terdapat hukum yang mampu menciptakan nilai-nilai akhlak yang luhur.
Dalam menjaga hubungan dengan lawan jenis, rambu yang telah ditentukan Islam hendaknya dijadikan pedoman sekalipun hubungan tersebut dalam kerangka dakwah. Larangan dalam persoalan ini demikian tegas. Atas dasar itu, Islam menetapkan sifat menjaga kehormatan sebagai suatu kewajiban. Diantara ketentuan hukum yang berkenaan dengan hubungan terhadap lawan jenis antara lain adalah :
Pertama, Perintah untuk menjaga pandangan. Allah Swt berfirman : Katakanlah kepada laki-laki yang mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sikap demikian adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tahu atas apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS An-Nur : 30-31).
Apapun agen da dakwah yang hendak kita lukan, pandangan terhadap lawan jenis tetap harus dijaga, bukan berarti kita tidak melihat lawan jenis sama sekali, namun menjaga mata agar tidak saling menatap, sebab tatapan mata yang berlama-lama dapat mempengaruhi perasaan sehingga syaitan sangat leluasa menggoda. Rukhshoh hanya diberikan kepada mereka yang terlibat dalam proses belajar mengajar, transaksi jual beli, memberikan kesaksian, berobat dan saat khitbah.
Kedua, Islam telah memerintahkan kepada kaum wanita untuk mengenakan pakaian secara sempurna. Yakni pakaian yang menutup seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. (QS Al-Ahzab : 59). Adapun bentuk dan model pakaian tidaklah termasuk urusan ibadah murni tatpi termasuk aspek muamalah yang illat dan ketentuan hukumnya berporos pada maksud dan tujuan syariat (sebagaimana yang diungkapkan Prof. Abdul Halim dalam Tahrirul Mar’ahnya).
Oleh sebab itu, bagaimanapun bentuk dan model pakaian asalakan dapat menutup aurat dengan memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan syariat, sesuai dengan kondisi iklim dan pada sisi lain memudahkan wanita bergerak, maka dapat diterima oleh syar’i. Kriteria dan persyaratan itu antara lain menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapan dan punggung tangan, longgar, tidak ketat dan tidak transparan, serta serasi dan tidak mencolok.
Ketiga, Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan), kecuali wanita itu disertai mahramnya. Rasulullah Saw bersabda : Tidak dibolehkan seorang pria dan wanita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya.
Keempat, Islam sangat menjaga agar dalam kehidupan khusus hendaknya jamaah (komunitas) kaum wanita terpisah dari jamaah kaum pria; begitu juga didalam masjid, sekolah, dan lain sebagainya. Paling tidak jangan sampai terjadi pembauran (ikhtilat), sekalipun dalam urusan dakwah. Pengaturan dan penjagaan shaf ikhwan dan akhwat baik dalam berdemo atau kegiatan lainnya perlu di tata kembali. Ikhtilat ini sangat banyak terjadi dalam kehidupan bermasyarakat seperti di dalam kendaraan umum, di pasar, dllnya. Menurut Dr. Abdul Karim Zaidan hal seperti ini dikategorikan sebagai bentuk dhorurat, selama kita memang belum mampu mengubahnya, namun apabila kita bisa mengaturnya, maka hukum dhorurat tidak berlaku lagi.
Demikian antara lain sebagian kecil dari sekian banyak rambu-rambu yang telah diatur Islam dalam pergaulan. Dakwah sudah menyebar, pergaulan sudah semakin luas, nemun kita sebagai kader dakwah hendaknya tetap menjaga asholah dakwah dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
(Oleh : Ustdz. Dra. Herlini Amran, MA., Tarbiyah Akhwat. Majalah Al-Izzah Edisi 12 Th.1/Juli 2004)
Minggu, 16 Juni 2013
Harmoni Alam (Bagian 2-Habis)
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.05 WIB. Aku pun bersiap untuk berangkat ke masjid, ketika azan mulai berkumandang. Perlahan aku mulai melangkahkan kaki, setapak demi setapak. Ku lihat langit maghrib itu nampak cerah. Awan-awan tipis tampak menyebar dan membentuk formasi indah di atas cakrawala, jejak sinar mentari yang mulai tenggelam masih melekat di perut-perut awan menyisakan warna jingga yang berpadu dengan wana biru cakrawala yang mulai di selubungi oleh gelapnya malam. Sepertinya cuaca sangat bersahabat, tidak ada tanda-tanda awan mendung yang bersemayam di langit. Aku pun terus berharap, semoga cuaca nanti malam cerah dan kami bisa berkumpul di agenda rutin pengajian mingguan.
Sepulang dari masjid aku melakukan rutinitas seperti biasa hingga jam menunjukkan pukul 19. 45 WIB. Aku segera menyiapkan segala sesuatu yang akan ku bawa ke pengajian malam itu. Mulai dari Qur'an, buku catatan, dan tak ketinggalan kado yang sudah di bungkus sedemikian rupa untuk acara inti. Oh ya aku ingin sedikit menjelaskan, mengapa di adakan acara tukar kado ? apakah ada yang berulang tahun ? Tenyata tidak. Hal ini dilakukan untuk mengaplikasikan anjuran dari Rasulullah shallallahu 'alaihi was salam untuk saling memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana yang tersebut dalam hadis riwayat Bukhari. Rasulullah shallallahu 'alaihi was salam bersabda; "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai."
Berhubung tempat kami mengadakan pengajian adalah di rumah salah seorang teman yang berlokasi di daerah yang cukup jauh dan sedikit terpencil, maka aku mulai menghubungi beberapa teman untuk berbarengan pergi ke lokasi yang di tuju. Suasana alam malam itu amat bersahabat. Cuaca langit begitu cerah, bulan purnama tampak utuh terlukis indah di atas langit, awan-awan hitam hanya sedikit yang menampakkan diri, angin pun berhembus pelan, yang menandakan tidak akan turun hujan. Bintang-bintang hanya sedikit yang nampak, mungkin karena cahaya mereka "termakan" oleh terang sinar bulan malam itu. Aku pun segera menarik laju kuda besi menuju persimpangan Rca, tempat aku dan teman-teman berjanji bertemu, sebelum berangkat ke tempat tujuan.
Sekitar pukul 20.10 WIB, aku telah tiba disana. Dari kejauhan aku melihat, akh (bahasa arab-artinya saudara, -pen) farhur telah tiba lebih dahulu. Akh fahrur adalah salah satu rekan pengajianku, beliau berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar Islam terkemuka di kotaku. Perawakannya sedang, dengan wajah dihiasi cambang dan janggut yang tumbuh rapi di sekitar dagu dan tepi wajahnya, pria kelahiran tanah Jawa ini telah menunggu lebih kurang lima menit sebelum aku tiba. Akupun menepikan motor di depan salah satu toko baju yang ada di simpang itu. Kami pun mengobrol sejenak, sambil menunggu temanku yang satu lagi akan tiba, akh ican. Beliau juga seorang guru muda dan mengajar di Sekolah dasar yang sama dengan akh fahrur. Sepuluh menit berselang beliau sudah tiba. Kami pun segera berangkat bersama menuju rumah akh tama, tempat kami mengadakan pengajian malam itu.
Rumah yang terletak cukup jauh, melewati jalan berkelok dan naik turun tebing. Mungkin karena berada di lokasi yang secara geografis terdiri dari daerah perbukitan. Sekitar pukul 20.40 WIB kami telah tiba di rumah yang di tuju. Disana tampak beberapa teman telah lebih dahulu tiba, kami pun memarkirkan motor di halaman depan rumahnya. Rumah bedeng yang berada di tepi jurang, dimana di bawah jurang tersebut terdapat aliran sungai kelingi. Jika di lihat dari sudut pandang berbeda, lokasi rumah ini cukup nyaman, karna menyatu dengan nuansa hutan yang masih alami. Kami pun segera berkumpul di ruang tengah, dan memulai acara pengajian malam itu.
Pengajian di buka oleh temanku yang bertindak sebagai MC. Lantunan ayat-ayat qur'an mulai menggema ketika kami membaca qur'an (tilawah) secara bergiliran. Selesai tilawah, acara pun dilanjutkan dengan pengumpulan infaq, setiap anggota kelompok menyisihkan uang seikhlasnya untuk di kumpulkan dan masuk ke dalam kas kelompok pengajian kami, setelahnya baru masuk ke acara inti penyampaian materi oleh murrobbi (guru). Berhubung jarak antara penulisan kisah ini dengan momen tersebut cukup jauh, materi pun tidak bisa saya jabarkan di sini. :-). Selesai penyampaian materi, kami masuk ke acara berikutnya, tukar kado.
Masing-masing anggota mengeluarkan kado yang telah mereka siapkan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk kotak agak besar, ada yang seukuran kotak jam, dan berbagai macam rupa lainnya, dan tentu telah di bungkus dengan kertas kado dengan warna beragam. Supaya adil dan tidak bisa memilah mana kado yang akan di dapatkan, kami pun membuat nomor untuk setiap kado, dan selanjutnya di guncang seperti layaknya arisan. Qodarullah, aku mendapatkan kado berisi buku berjudul Panduan Lengkap Perjalanan Haji dan Umroh. Saya anggap itu sebagai salah satu doa agar Allah berkenan memberangkatkanku mengunjungi tanah suci-Nya, dan ku lihat teman-teman yang lain pun mendapat kado beragam. Sepasang kaos kaki ber-merk, buku panduan mengasuh bayi, dan lain-lain. Malam itu pun di penuhi dengan gelak tawa yang cukup hangat, ketika melihat temanku yang masih lajang mendapatkan buku yang seharusnya dimiliki oleh pria yang sudah beristri. Setelah serangkaian acara selesai di laksanakan, tuan rumah menyajikan berbagai macam makanan seperti pisang goreng, pempek, dan lain-lain untuk kami santap bersama, hingga jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Kami pun pamit, dan pulang ke rumah masing-masing.
Sepulang dari masjid aku melakukan rutinitas seperti biasa hingga jam menunjukkan pukul 19. 45 WIB. Aku segera menyiapkan segala sesuatu yang akan ku bawa ke pengajian malam itu. Mulai dari Qur'an, buku catatan, dan tak ketinggalan kado yang sudah di bungkus sedemikian rupa untuk acara inti. Oh ya aku ingin sedikit menjelaskan, mengapa di adakan acara tukar kado ? apakah ada yang berulang tahun ? Tenyata tidak. Hal ini dilakukan untuk mengaplikasikan anjuran dari Rasulullah shallallahu 'alaihi was salam untuk saling memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana yang tersebut dalam hadis riwayat Bukhari. Rasulullah shallallahu 'alaihi was salam bersabda; "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai."
Berhubung tempat kami mengadakan pengajian adalah di rumah salah seorang teman yang berlokasi di daerah yang cukup jauh dan sedikit terpencil, maka aku mulai menghubungi beberapa teman untuk berbarengan pergi ke lokasi yang di tuju. Suasana alam malam itu amat bersahabat. Cuaca langit begitu cerah, bulan purnama tampak utuh terlukis indah di atas langit, awan-awan hitam hanya sedikit yang menampakkan diri, angin pun berhembus pelan, yang menandakan tidak akan turun hujan. Bintang-bintang hanya sedikit yang nampak, mungkin karena cahaya mereka "termakan" oleh terang sinar bulan malam itu. Aku pun segera menarik laju kuda besi menuju persimpangan Rca, tempat aku dan teman-teman berjanji bertemu, sebelum berangkat ke tempat tujuan.
Sekitar pukul 20.10 WIB, aku telah tiba disana. Dari kejauhan aku melihat, akh (bahasa arab-artinya saudara, -pen) farhur telah tiba lebih dahulu. Akh fahrur adalah salah satu rekan pengajianku, beliau berprofesi sebagai guru di salah satu Sekolah Dasar Islam terkemuka di kotaku. Perawakannya sedang, dengan wajah dihiasi cambang dan janggut yang tumbuh rapi di sekitar dagu dan tepi wajahnya, pria kelahiran tanah Jawa ini telah menunggu lebih kurang lima menit sebelum aku tiba. Akupun menepikan motor di depan salah satu toko baju yang ada di simpang itu. Kami pun mengobrol sejenak, sambil menunggu temanku yang satu lagi akan tiba, akh ican. Beliau juga seorang guru muda dan mengajar di Sekolah dasar yang sama dengan akh fahrur. Sepuluh menit berselang beliau sudah tiba. Kami pun segera berangkat bersama menuju rumah akh tama, tempat kami mengadakan pengajian malam itu.
Rumah yang terletak cukup jauh, melewati jalan berkelok dan naik turun tebing. Mungkin karena berada di lokasi yang secara geografis terdiri dari daerah perbukitan. Sekitar pukul 20.40 WIB kami telah tiba di rumah yang di tuju. Disana tampak beberapa teman telah lebih dahulu tiba, kami pun memarkirkan motor di halaman depan rumahnya. Rumah bedeng yang berada di tepi jurang, dimana di bawah jurang tersebut terdapat aliran sungai kelingi. Jika di lihat dari sudut pandang berbeda, lokasi rumah ini cukup nyaman, karna menyatu dengan nuansa hutan yang masih alami. Kami pun segera berkumpul di ruang tengah, dan memulai acara pengajian malam itu.
Pengajian di buka oleh temanku yang bertindak sebagai MC. Lantunan ayat-ayat qur'an mulai menggema ketika kami membaca qur'an (tilawah) secara bergiliran. Selesai tilawah, acara pun dilanjutkan dengan pengumpulan infaq, setiap anggota kelompok menyisihkan uang seikhlasnya untuk di kumpulkan dan masuk ke dalam kas kelompok pengajian kami, setelahnya baru masuk ke acara inti penyampaian materi oleh murrobbi (guru). Berhubung jarak antara penulisan kisah ini dengan momen tersebut cukup jauh, materi pun tidak bisa saya jabarkan di sini. :-). Selesai penyampaian materi, kami masuk ke acara berikutnya, tukar kado.
Masing-masing anggota mengeluarkan kado yang telah mereka siapkan sedemikian rupa. Ada yang berbentuk kotak agak besar, ada yang seukuran kotak jam, dan berbagai macam rupa lainnya, dan tentu telah di bungkus dengan kertas kado dengan warna beragam. Supaya adil dan tidak bisa memilah mana kado yang akan di dapatkan, kami pun membuat nomor untuk setiap kado, dan selanjutnya di guncang seperti layaknya arisan. Qodarullah, aku mendapatkan kado berisi buku berjudul Panduan Lengkap Perjalanan Haji dan Umroh. Saya anggap itu sebagai salah satu doa agar Allah berkenan memberangkatkanku mengunjungi tanah suci-Nya, dan ku lihat teman-teman yang lain pun mendapat kado beragam. Sepasang kaos kaki ber-merk, buku panduan mengasuh bayi, dan lain-lain. Malam itu pun di penuhi dengan gelak tawa yang cukup hangat, ketika melihat temanku yang masih lajang mendapatkan buku yang seharusnya dimiliki oleh pria yang sudah beristri. Setelah serangkaian acara selesai di laksanakan, tuan rumah menyajikan berbagai macam makanan seperti pisang goreng, pempek, dan lain-lain untuk kami santap bersama, hingga jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Kami pun pamit, dan pulang ke rumah masing-masing.
Senin, 03 Juni 2013
Harapan pada-Mu subur kembali
Terkadang kita jatuh dalam sebuah kesendirian
Di dalam kelam nya zaman tanpa sebuah hamparan
Jauh dari jamaah tanpa tinggalnya kesan
Membunuh amanah sebagai seorang insan
Hampa dan kosong sesak beragam dalam dada
Kering dengan sukma yang lama telah menderita
Arrogan hati tak kunjung hilang mereda
Mendengar bisikan tanpa ada kalimat tanya
Hanya detak jantung tanpa sebuah harapan
Diri Tertatih berjalan dalam sebuah titian kehidupan
Menjerit hati untuk mengharapkan pertolongan
Namun enggan lisan untuk mengungkapkan
Teringatkan janji untuk eratkan langkah
Menggenggam penuh dalam berdakwah
Kalahkan hawa nafsu yang kian membuncah
Satukan diri dalam ikatan ukhuwah
Teringatkan diri dalam senyuman itu
Senda gurau saling berpadu
Tangis dan tawa pemecah ragu
Secercah cahaya hilangkan sendu
Tetingatkan diri ke masa itu
Keluh kesahnya jalan yang berbatu
Terhapuskan haru dengan yang satu
Kembali menuai cinta dan rindu
Padamu yang ingin meraih cita
Teruntuk dirimu yang ingin meraih cinta-Nya
Di dalam kelam nya zaman tanpa sebuah hamparan
Jauh dari jamaah tanpa tinggalnya kesan
Membunuh amanah sebagai seorang insan
Hampa dan kosong sesak beragam dalam dada
Kering dengan sukma yang lama telah menderita
Arrogan hati tak kunjung hilang mereda
Mendengar bisikan tanpa ada kalimat tanya
Hanya detak jantung tanpa sebuah harapan
Diri Tertatih berjalan dalam sebuah titian kehidupan
Menjerit hati untuk mengharapkan pertolongan
Namun enggan lisan untuk mengungkapkan
Teringatkan janji untuk eratkan langkah
Menggenggam penuh dalam berdakwah
Kalahkan hawa nafsu yang kian membuncah
Satukan diri dalam ikatan ukhuwah
Teringatkan diri dalam senyuman itu
Senda gurau saling berpadu
Tangis dan tawa pemecah ragu
Secercah cahaya hilangkan sendu
Tetingatkan diri ke masa itu
Keluh kesahnya jalan yang berbatu
Terhapuskan haru dengan yang satu
Kembali menuai cinta dan rindu
Padamu yang ingin meraih cita
Teruntuk dirimu yang ingin meraih cinta-Nya
Minggu, 12 Mei 2013
Harmoni Alam (Bagian 1)
Siang itu, tanggal16 Jumadil akhir 1434 H, matahari begitu terik menyengat.
Jam tangan menunjukkan waktu pukul 2 siang. Aku pun segera merapikan meja
kerjaku, bersiap untuk segera keluar dari kantor dan memberi beberapa barang
yang telah saya rencanakan sebelumnya. Dari dalam kantor, ku lihat matahari
bersinar dengan terangnya. Hanya sedikit awan yang singgah di langit kotaku,
matahari pun menampakkan diri dengan gagah, tanpa ada penghalang yang berarti.
Setelah meja selesai kurapikan, aku segera menuju motor yang cukup lama "dipajang" di halaman kantor. Ku lihat kendaraan yang melintas sangat ramai, bunyi klakson mobil & motor bercampur baur membuat irama sumbang yang kurang enak di dengar. Perjalanan pun dilanjutkan, dan menuju salah satu toko buku yang sudah ku ketahui sebelumnya banyak menjual buku-buku bernuansa islam.
Sesampainya disana aku segera memarkirkan motor dan disambut seuntai senyum dari penjaga toko yang kebetulan wanita dan usianya mungkin jauh di bawah usiaku. Senyum yang cukup ramah, aku pun balas tersenyum, sambil menundukkan sebentar kepala (ghadul bashor). Melihat dari caranya berpakaian (mengenakan jilbab terikat "kuat" di leher) dan berbicara, tidak mungkin jika ia berusia diatas 25 tahun. Akupun segera menghampirinya dan menanyakan salah satu judul buku yang sedang ku cari. Dengan wajahnya yang polos dan sedikit bingung, ia tampak kesulitan menjawab tanyaku. Sesekali kepalanya tampak melihat ke kanan dan kiri untuk mencari buku yang di maksud, tapi akupun segera "mencegahnya" dan berinsiatif mencari sendiri buku yang dimaksud.
Buku yang telah ku persiapkan jauh-jauh hari untuk di berikan kepada akhifillah (rekan pengajian) dalam acara tukar kado, yang akan di adakan kelompok pengajian malam itu. Saya sengaja memilih buku sebagai kado, karena selain akan bermanfaat untuk penerima, juga bisa menjadi amal jariyah bagi kita yang memberikannya. Terutama jika ia membaca dan mengamalkan apa yang terkandung di dalam buku tersebut. Sepuluh menit sudah waktu berjalan, dan aku masih dalam proses mencari dan memilih dari sekian judul buku yang terbaca olehku, hingga mataku tertuju pada 1 buku. Buku yang juga mungkin menjadi cambuk bagi diri untuk ikut mengaplikasikan isi yang terkandung di dalamnya. Sebenarnya saya sudah memiliki buku yang "substansinya" sama dengan buku tersebut, hanya saja pola motivasi dan judul bukunya saja yang berbeda. Saya harap buku itu akan di dapat oleh akhi yang tepat, dan mungkin juga belum bisa sepenuhnya mengaplikasikan hal apa yang disampaikan oleh buku yang dimaksud.
Jika kalian menebak isi bukunya adalah tentang n*k*h, maka bisa saya jawab, anda salah :-). karena buku itu berjudul "Cinta TahajJud". Sengaja ku pilih buku tersebut karena berharap kolom-kolom evaluasi akan terisi rapi setiap minggunya. Setelah mempertimbangkan isi buku, dan isi dompet (baca: duit). Aku pun memutuskan untuk membelinya. Oh ya, aku teringat dengan tingkah penjaga toko yg kuceritakan di awal tadi, ketika sedang sibuk memilih buku di pojok kumpulan buku2 islam. Sesekali ia bertanya; "milih buku utk pacarnya ya kak ?" yang covernya warna merah muda bagus tuh kak ?" katanya sambil nyengir kuda (walaupun penulis belum pernah liat kuda nyengir).
Kembali ke cerita awal, setelah selesai membeli buku aku segera menarik laju motorku menuju rumah, setelah selesai dengan sekelumit urusanku siang itu. Mungkin untuk "Harmoni alam" edisi 1 aku cukupkan sampai disini dulu, aku tidak mau anda berpanjang-panjang membaca tulisan yang mungkin jauh dari kehandalan sastra para penulis ulung. Di edisi ke 2, aku akan bercerita tentang kegiatanku malam itu dan kisah apa saja yang tercipta di keesokan harinya.. (bersambung)
Setelah meja selesai kurapikan, aku segera menuju motor yang cukup lama "dipajang" di halaman kantor. Ku lihat kendaraan yang melintas sangat ramai, bunyi klakson mobil & motor bercampur baur membuat irama sumbang yang kurang enak di dengar. Perjalanan pun dilanjutkan, dan menuju salah satu toko buku yang sudah ku ketahui sebelumnya banyak menjual buku-buku bernuansa islam.
Sesampainya disana aku segera memarkirkan motor dan disambut seuntai senyum dari penjaga toko yang kebetulan wanita dan usianya mungkin jauh di bawah usiaku. Senyum yang cukup ramah, aku pun balas tersenyum, sambil menundukkan sebentar kepala (ghadul bashor). Melihat dari caranya berpakaian (mengenakan jilbab terikat "kuat" di leher) dan berbicara, tidak mungkin jika ia berusia diatas 25 tahun. Akupun segera menghampirinya dan menanyakan salah satu judul buku yang sedang ku cari. Dengan wajahnya yang polos dan sedikit bingung, ia tampak kesulitan menjawab tanyaku. Sesekali kepalanya tampak melihat ke kanan dan kiri untuk mencari buku yang di maksud, tapi akupun segera "mencegahnya" dan berinsiatif mencari sendiri buku yang dimaksud.
Buku yang telah ku persiapkan jauh-jauh hari untuk di berikan kepada akhifillah (rekan pengajian) dalam acara tukar kado, yang akan di adakan kelompok pengajian malam itu. Saya sengaja memilih buku sebagai kado, karena selain akan bermanfaat untuk penerima, juga bisa menjadi amal jariyah bagi kita yang memberikannya. Terutama jika ia membaca dan mengamalkan apa yang terkandung di dalam buku tersebut. Sepuluh menit sudah waktu berjalan, dan aku masih dalam proses mencari dan memilih dari sekian judul buku yang terbaca olehku, hingga mataku tertuju pada 1 buku. Buku yang juga mungkin menjadi cambuk bagi diri untuk ikut mengaplikasikan isi yang terkandung di dalamnya. Sebenarnya saya sudah memiliki buku yang "substansinya" sama dengan buku tersebut, hanya saja pola motivasi dan judul bukunya saja yang berbeda. Saya harap buku itu akan di dapat oleh akhi yang tepat, dan mungkin juga belum bisa sepenuhnya mengaplikasikan hal apa yang disampaikan oleh buku yang dimaksud.
Jika kalian menebak isi bukunya adalah tentang n*k*h, maka bisa saya jawab, anda salah :-). karena buku itu berjudul "Cinta TahajJud". Sengaja ku pilih buku tersebut karena berharap kolom-kolom evaluasi akan terisi rapi setiap minggunya. Setelah mempertimbangkan isi buku, dan isi dompet (baca: duit). Aku pun memutuskan untuk membelinya. Oh ya, aku teringat dengan tingkah penjaga toko yg kuceritakan di awal tadi, ketika sedang sibuk memilih buku di pojok kumpulan buku2 islam. Sesekali ia bertanya; "milih buku utk pacarnya ya kak ?" yang covernya warna merah muda bagus tuh kak ?" katanya sambil nyengir kuda (walaupun penulis belum pernah liat kuda nyengir).
Kembali ke cerita awal, setelah selesai membeli buku aku segera menarik laju motorku menuju rumah, setelah selesai dengan sekelumit urusanku siang itu. Mungkin untuk "Harmoni alam" edisi 1 aku cukupkan sampai disini dulu, aku tidak mau anda berpanjang-panjang membaca tulisan yang mungkin jauh dari kehandalan sastra para penulis ulung. Di edisi ke 2, aku akan bercerita tentang kegiatanku malam itu dan kisah apa saja yang tercipta di keesokan harinya.. (bersambung)
Minggu, 05 Mei 2013
Perjalanan Malam (Bagian 2)
Malam itu, aku baru bisa memejamkan mata sekitar pukul 23.00. Entah kenapa mataku bisa terpejam di saat sedang takjubnya melihat keindahan bulan malam itu. Mungkin karena banyaknya aktivitas di siang hari dan udara malam yang begitu dingin yang cukup berkontribusi "menidurkan" segenap tubuh dan pikiranku. Di sepertiga akhir malam sekitar pukul 3 lewat 30 menit, di saat kami para peserta mabit sedang asyik dengan tidurnya. Lampu2 masjid mendadak di hidupkan, aku pun terbangun dan melihat ada beberapa orang yang mungkin memang di tugaskan oleh panitia membangunkan rekan-rekannya yang lain untuk segera bangun dan mengambil air wudhu, untuk melaksanakan Qiyyamul lail (Shalat tahajud).
Aku pun segera bangkit dan membereskan kain sarung dan jaket yang ku pakai sebagai perlengkapan tidur. Segera ku berjalan menuju tempat wudhu dan perlahan-lahan membuka kran airnya. Bisa ku rasakan dinginnya udara malam itu yang kebetulan di sertai dengan turunnya hujan yang lumayan deras. Air yang memancar dari kran pun terasa hangat membasahi jari2 dan tanganku. Aku pun segera mengambil siwak membersihkan anggota mulutku, dan menuntaskan wudhuku. Malam itu, aku baru bisa memejamkan mata sekitar pukul 23.00. Entah kenapa mataku bisa terpejam di saat sedang takjubnya melihat keindahan bulan malam itu. Mungkin karena banyaknya aktivitas di siang hari dan udara malam yang begitu dingin yang cukup berkontribusi "menidurkan" segenap tubuh dan pikiranku. Di sepertiga akhir malam sekitar pukul 03.30 WIB, di saat kami para peserta mabit sedang asyik dengan tidurnya. Lampu-lampu masjid mendadak di hidupkan, aku pun terbangun dan melihat ada beberapa orang yang mungkin memang di tugaskan oleh panitia membangunkan rekan-rekannya yang lain untuk segera bangun dan mengambil air wudhu, untuk melaksanakan
Oh ya, ada 1 hal menarik saat aku berjalan dari tempat wudhu menuju
kembali ke shaf masjid, di sudut-sudut masjid aku melihat para peserta mabit
yang nota bene kader2 dakwah sedang khusyuk melaksanakan shalat sunnah
tahajud, dan sebagian lagi membaca Qur'an. Ada yang berdiri shalat
dengan mushaf di tangan kanannya, membaca surat-surat panjang seperti
halnya yang Rasulullah shallallahu alaihi wa salam contohkan. Aku pun
teringat kepada 1 hadis, yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abdullah
bin Mas'ud, bahwasanya ia bercerita tentang lamanya Nabi saw berdiri
dalam shalat tahajudnya, sehingga cukup membuat "gusar" Ibnu Mas'ud yang
menjadi makmumnya kala itu. Berbagai macam irama alunan suara2 indah
yang keluar dari mulut-mulut suci pun terdengar sayup-sayup memenuhi segenap
ruangan masjid. Namun tidak sampai mengganggu kekhusyukan peserta yang
lain dalam beribadah.
Sungguh takjub aku melihat suasana malam itu, begitu khusyuknya para peserta dalam melaksanakan ibadahnya demi mengharap rahmat dan ampunan dari Tuhannya. Hal ini sebenarnya tidaklah mengherankan bagi sebagian orang yang sudah terbiasa dan paham betul akan besarnya keutamaan melaksanakan shalat tahajud. Tapi untuk orang seukuran saya dan mungkin pembaca yang masih awam, ada baiknya kita melihat sejenak anjuran Allah swt kepada manusia untuk melaksanakan shalat malam. Seperti yang di firman kan Allah swt dalam QS Al Isra' ayat 79; "Dan pada sebahagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. Dan juga yang terucap dari lisan Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda : "Keutamaan shalat malam atas shalat siang, seperti keutamaan bersedekah secara sembunyi atas bersedekah secara terang-terangan."
Kembali ke cerita awal, aku pun bersegera menuju shaf depan, mencari ruang kosong untuk ikut bermunajat di malam itu. Mataku melirik sebentar ke arah jam besar yang terpajang indah di mihrab imam di pojok masjid. Waktu menunjukkan pukul 4.10 WIB, masih ada waktu sekitar 45 menit sebelum adzan subuh berkumandang. Ku mulai tahajud dengan 2 raka'at ringan, yang kemudian dilanjutkan dengan raka'at-raka'at panjang. Menyempatkan diri untuk berdoa, mengharap dosa di ampuni oleh Yang Maha Pencipta. Sepertiga malam memang termasuk kepada waktu2 mustajab untuk berdoa, karena pada waktu itulah menurut hadis qudsi bahwa Allah azza wa jalla "turun" ke langit dunia dan berfirman yang intinya siapa yang berdoa akan Ia kabulkan, begitu juga bagi hamba yang meminta dan memohon ampunan.
Seiring dengan doa2 dan tilawah qur'an di lantunkan, beduk subuh pun mulai di tabuh oleh salah seorang pengurus masjid. Azan subuh mulai berkumandang, bersahut-sahutan antara satu masjid dengan masjid yang lain, memecah keheningan dan membangunkan sebagian insan yang sedang larut dalam bayang2 di alam mimpinya. Satu demi satu insan terpanggil yang ada di sekitar masjid mulai berdatangan, menyambut seruan suci ilahi. Memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang muslim, terutama mereka yang bertetangga dengan masjid.
Kami para peserta mabit pun larut dalam kekhusyukan ketika imam mengumandangkan takbir dan melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'anul Karim.. Ba'da subuh acara pun di lanjutkan, ke markas dakwah tempat aku dan teman2 berkumpul malam itu.di bagian ke 3 dari kisah ini, aku akan menceritakan hal-hal yang cukup menakjubkan yang lebih menitikberatkan pada pengenalan sosok2 insan, yang aku dan temanku az temui. (bersambung)
Sungguh takjub aku melihat suasana malam itu, begitu khusyuknya para peserta dalam melaksanakan ibadahnya demi mengharap rahmat dan ampunan dari Tuhannya. Hal ini sebenarnya tidaklah mengherankan bagi sebagian orang yang sudah terbiasa dan paham betul akan besarnya keutamaan melaksanakan shalat tahajud. Tapi untuk orang seukuran saya dan mungkin pembaca yang masih awam, ada baiknya kita melihat sejenak anjuran Allah swt kepada manusia untuk melaksanakan shalat malam. Seperti yang di firman kan Allah swt dalam QS Al Isra' ayat 79; "Dan pada sebahagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. Dan juga yang terucap dari lisan Rasulullah saw bahwasanya beliau bersabda : "Keutamaan shalat malam atas shalat siang, seperti keutamaan bersedekah secara sembunyi atas bersedekah secara terang-terangan."
Kembali ke cerita awal, aku pun bersegera menuju shaf depan, mencari ruang kosong untuk ikut bermunajat di malam itu. Mataku melirik sebentar ke arah jam besar yang terpajang indah di mihrab imam di pojok masjid. Waktu menunjukkan pukul 4.10 WIB, masih ada waktu sekitar 45 menit sebelum adzan subuh berkumandang. Ku mulai tahajud dengan 2 raka'at ringan, yang kemudian dilanjutkan dengan raka'at-raka'at panjang. Menyempatkan diri untuk berdoa, mengharap dosa di ampuni oleh Yang Maha Pencipta. Sepertiga malam memang termasuk kepada waktu2 mustajab untuk berdoa, karena pada waktu itulah menurut hadis qudsi bahwa Allah azza wa jalla "turun" ke langit dunia dan berfirman yang intinya siapa yang berdoa akan Ia kabulkan, begitu juga bagi hamba yang meminta dan memohon ampunan.
Seiring dengan doa2 dan tilawah qur'an di lantunkan, beduk subuh pun mulai di tabuh oleh salah seorang pengurus masjid. Azan subuh mulai berkumandang, bersahut-sahutan antara satu masjid dengan masjid yang lain, memecah keheningan dan membangunkan sebagian insan yang sedang larut dalam bayang2 di alam mimpinya. Satu demi satu insan terpanggil yang ada di sekitar masjid mulai berdatangan, menyambut seruan suci ilahi. Memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagai seorang muslim, terutama mereka yang bertetangga dengan masjid.
Kami para peserta mabit pun larut dalam kekhusyukan ketika imam mengumandangkan takbir dan melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'anul Karim.. Ba'da subuh acara pun di lanjutkan, ke markas dakwah tempat aku dan teman2 berkumpul malam itu.di bagian ke 3 dari kisah ini, aku akan menceritakan hal-hal yang cukup menakjubkan yang lebih menitikberatkan pada pengenalan sosok2 insan, yang aku dan temanku az temui. (bersambung)
Kisah Penjual Gorengan yang Istiqomah
Siang itu, matahari baru saja tergelincir dari posisi puncaknya (zawal/di atas kepala). Dari kejauhan terlihat seorang bapak sedang mempercepat langkah mendorong gerobak dagangannnya, ia berjalan menuju masjid yang berada tak jauh dari tempat mangkalnya. Di lihat dari raut wajahnya, mungkin ia berusia sekitar 45 tahun ke atas. Baju kaos hitam berkerah yang ia kenakan tampak lusuh dan sudah berubah warnanya. Kulitnya yang hitam mungkin karena terbakar sinar matahari ketika ia sedang asyik mendorong gerobak dagangannya kesana kemari berharap orang datang mampir membeli.
Dagangan yang mungkin tidak berisi begitu banyak aneka makanan, hanya ada pisang molen dan tempe goreng di dalamnya. Namun dari dua komoditas itulah beliau bisa mendapatkan nafkah untuk keluarganya di rumah. Beberapa menit berselang ia sudah tiba dan memarkirkan gerobaknya di depan masjid. Terlihat ia mengeluarkan setumpuk uang ribuan dari laci kecilnya, sambil sesekali menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya. Uang yang mungkin tidak terlalu banyak jika dilihat dari jumlahnya. Namun bagi sang bapak uang tersebut amatlah berharga, ia dapatkan dari hasil jerih payahnya menjajakan gorengan kesana-kemari, dan mengingat uang tersebut adalah hasil kerjanya setengah hari dan masih ada kemungkinan untuk bertambah ketika ia melanjutkan dagangannya dari siang hingga sore hari.
Dagangan yang mungkin tidak berisi begitu banyak aneka makanan, hanya ada pisang molen dan tempe goreng di dalamnya. Namun dari dua komoditas itulah beliau bisa mendapatkan nafkah untuk keluarganya di rumah. Beberapa menit berselang ia sudah tiba dan memarkirkan gerobaknya di depan masjid. Terlihat ia mengeluarkan setumpuk uang ribuan dari laci kecilnya, sambil sesekali menyeka keringat yang bercucuran di wajahnya. Uang yang mungkin tidak terlalu banyak jika dilihat dari jumlahnya. Namun bagi sang bapak uang tersebut amatlah berharga, ia dapatkan dari hasil jerih payahnya menjajakan gorengan kesana-kemari, dan mengingat uang tersebut adalah hasil kerjanya setengah hari dan masih ada kemungkinan untuk bertambah ketika ia melanjutkan dagangannya dari siang hingga sore hari.
Dengan logika sederhana, tak pernahkah terpikir oleh kita (termasuk penulis), betapa besarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita ??? Tak perlu kita jauh-jauh bersusah payah mencari uang, terutama untuk mereka yang bekerja di bank, karyawan kantor, dan lain-lain. Cukuplah mereka mengerjakan rutinitas harian dan uang pun akan masuk ke rekening mereka setiap bulannya. Kalaupun mereka sakit atau tidak masuk kerja, mereka akan tetap mendapatkan gaji walaupun tidak 100%. Bayangkan dengan mereka penjaja gorengan keliling, sehari saja mereka tidak bekerja maka uang mustahil mereka dapatkan. Dalam dunia mereka tidak ada istilah "gaji buta", yaitu gaji yang di dapat secara cuma-cuma meskipun individu tersebut tidak bekerja dengan maksimal.
Kembali ke cerita awal, selesai menghitung si bapak segera memasukkan uang ke dalam dompetnya. Ia bergegas menuju tempat wudhu di halaman masjid. Dengan sedikit membungkuk, pelan-pelan ia memutar kran air dan membasuh satu per satu anggota badannnya. Segar air terasa di siang hari yang terik itu. Selesai berwudhu dengan langkah tegap setengah lelah beliau masuk ke dalam masjid untuk melakukan ibadah sunnah shalat tahiyatul masjid, dan duduk menunggu adzan zuhur di kumandangkan.
Ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak, mengisi selang waktu dengan berdzikir kepada Rabb semesta alam. Gerobak yang merupakan mesin pencari nafkah ia letakkan di luar masjid. Tak ada rasa takut barang dagangannya akan di ganggu/diambil pemuda-pemuda iseng yang mungkin lewat, ketika ia sedang khusyuk melaksanakan ibadah2 sunnah & menanti adzan di dalam masjid. Tak risau juga akan kehilangan pembeli, selama masa 20 menit ia berada di dalam masjid. Berserah diri, & bertawakkal sepenuhnya kepada Allah yang maha menjaga & pemberi rezeki. Ia hanya yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya. Pemandangan yang mungkin jarang kita temui saat ini, dimana banyak orang mendewakan uang dan berusaha mendapatkannya dengan cara apapun, tanpa memandang halal-haram jalannya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
Ia mengistirahatkan tubuhnya sejenak, mengisi selang waktu dengan berdzikir kepada Rabb semesta alam. Gerobak yang merupakan mesin pencari nafkah ia letakkan di luar masjid. Tak ada rasa takut barang dagangannya akan di ganggu/diambil pemuda-pemuda iseng yang mungkin lewat, ketika ia sedang khusyuk melaksanakan ibadah2 sunnah & menanti adzan di dalam masjid. Tak risau juga akan kehilangan pembeli, selama masa 20 menit ia berada di dalam masjid. Berserah diri, & bertawakkal sepenuhnya kepada Allah yang maha menjaga & pemberi rezeki. Ia hanya yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah telah menjamin rezeki setiap hamba-Nya. Pemandangan yang mungkin jarang kita temui saat ini, dimana banyak orang mendewakan uang dan berusaha mendapatkannya dengan cara apapun, tanpa memandang halal-haram jalannya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini.
Sabtu, 04 Mei 2013
Perjalanan Malam (Bagian 1)
Perjalanan malam. Mungkin ini kata yang tepat untuk memulai tulisanku kali ini. Di sini aku akan bercerita panjang lebar tentang kegitan dan seluk beluk aktivitas yang ku lewati malam itu. Aku juga ingin menceritakan hal-hal yang sempat membuatku takjub, dan sedikit mengungkapkan mengapa malam (lail, dalam bahasa arab-pen) begitu di"muliakan" dalam Islam, bahkan Allah subhanahu wa ta'ala sering mengawali firman-Nya dengan bersumpah, Demi Malam" atau Wal Laily dlm bahasa arabnya.
Di suatu malam tepatnya di minggu pertama bulan jumadil akhir 1434 H, seperti biasa aku dan sohibku (panggil saja Az), akan menghadiri agenda pengajian rutin mingguan. Kala itu, aku berangkat tidak tepat pada waktunya, mengingat agenda kami ialah agenda spesial dan cukup santai, wisata kuliner bersama rekan-rekan pengajianku.
Malam itu aku berangkat sendirian dengan mengendarai sepeda motor, bermodal bensin full tank dan cuaca malam yang cukup bersahabat, aku pun segera melaju menuju "markas" orang-orang soleh. Markas yang menjadi pusat berkumpulnya para aktivitis dakwah di kota kecilku.
Biasanya aku berangkat berdua dengan temanku. Namun, karena malam itu dia ada kegiatan lain jadi kami tidak bisa berangkat berbarengan.
Tepat jam 8 lewat 20 menit, kami telah berkumpul di markas. Duduk-duduk sebentar, mengobrol dan bercanda, sembari menunggu bendahara kelompok kami datang. Maklum, malam itu agenda kami membutuhkan dana yang cukup besar. Tiga puluh menit kemudian, sekitar pukul 8 malam lewat 55 menit bendahara pun datang sambil menjelaskan alasan keterlambatannya, dan tanpa menunggu lama kami langsung berangkat ke tempat "wisata kuliner" yang telah kami rencanakan di minggu sebelumnya, di depan SMA swasta terkemuka di kotaku.
Acara pun dimulai ketika makanan yang di pesan telah terhidang di depan kami. Sambil melanjutkan santap malam dan sesekali bercanda bersama teman2, kami melahap habis makanan yang di hidangkan. Penuh rasa ukhuwah dan kebersamaan. Selesai dari tempat itu, kami pun melanjutkan perjalanan malam itu ke sebuah masjid, yang terletak di jln. kemang 1 sekitar 500 meter dari lokasi wisata kuliner. Kami ingin melengkapi wisata kuliner malam itu dengan mengikuti acara Mabit yang di adakan oleh salah satu kelompok dakwah di masjid tersebut. Sekedar untuk di ketahui, Mabit adalah Malam Bina Iman dan Taqwa, pada malam itu ruhiyah atau pemahaman akan ilmu agama kita benar-benar di bina, di isi dengan kegiatan2 islami, mulai dari ceramah agama, bangun malam utk qiyyamullail dan shalat subuh berjamaah.
Kembali ke cerita awal, sesampainya di sana aku dan teman-teman segera memarkirkan kendaraan kami di halaman masjid. Dari luar, aku melihat jauh ke dalam masjid melalui kaca jendela masjid yang transparan, aku melihat seorang ustadz muda mengenakan kopiah hitam dan baju koko putih sedang berdiri menyampaikan ceramah di hadapan puluhan kader dakwah yang hadir di acara itu. Rupanya acara telah berjalan lebih dulu sebelum kami tiba.
Materi yang ku ingat di sampaikan oleh sang ustadz pada malam itu bertema tentang kematian. Namun sayang, pada waktu kami tiba ustadz telah selesai menyampaikan ceramahnya dan di lanjutkan ke sesi diskusi (tanya jawab).
Sekitar pukul 22.30 malam itu, sesi diskusi pun di tutup, dan para peserta mabit di bolehkan melakukan aktivitasnya masing-masing.
Pukul sebelas malam para peserta sudah terlihat berbaring di lantai-lantai masjid beralaskan karpet merah, ada yang sudah tertidur namun sebagian ada yang masih kelihatan mengobrol, bercerita seputar kegiatan sehari-hari, seperti yang di lakukan temanku az bersama temannya yang lain.
Sementara aku sendiri masih belum bisa memejamkan mata, aku hanya tertegun dan takjub melihat bulan dari balik kaca masjid yang begitu indah terlukis di langit biru malam itu.Tepat di samping bulan terdapat banyak bintang yang bertebaran. Mereka ibarat pecahan intan yang berhamburan memenuhi langit. Gumpalan awan tipis berwarna hitam tampak bergelayut di bawah bulan, seolah tak mau ketinggalan menghiasi indahnya langit malam itu. Subhanallah.. maha suci Engkau ya Allah yang menciptakan bumi dan alam semesta.. Kami hanyalah butiran debu di hadapan-Mu. (Bersambung)
Langganan:
Postingan (Atom)